PROLOG

864 113 79
                                    

Nayara berada dalam kebingungan ketika satu persatu kasus mengerikan mulai terjadi di sekolahnya. Yang lebih mengerikan, semua korban menempati satu kelas yang sama dengannya.

Saat sibuk merangkai semua kepingan puzzle yang membingungkan itu, dia kembali dikejutkan oleh Liam yang datang dan mengungkapkan sesuatu padanya.

"Lo ... apa?"

"Gue bisa liat ingatan seseorang, hanya dengan nyentuh bagian tubuhnya."

Nayara mengerutkan kening. Dia memilih mengabaikan perkataan Liam. Bukan karena tidak percaya pada hal semacam itu, tetapi karena Liam selalu mengucapkan sesuatu yang tidak jelas kebenarannya. "Bohong."

Nayara tidak ingin mudah percaya pada informasi apapun yang dia dapat. Dia tidak sudi melihat satu kebohongan dari orang terdekatnya ketika sedang menjeda waktu.

Karena Nayara paling tidak suka kebohongan. Mengetahui hal yang ingin orang lain sembunyikan itu ... mengerikan.

"Gue serius," ucap Liam sambil melompat tidak jelas. "Karena itu gue gak suka disentuh-sentuh."

Ya. Semua orang di SMA Bumi Khatulistiwa  juga tahu, seberapa pun anehnya tingkah Liam, cowok itu tidak pernah suka disentuh siapapun.

"Terus?" tanya Nayara tidak peduli. Dia melangkah keluar kelas.

"Mungkin kemampuan gue bisa berguna buat mecahin kasus-kasus ini."

Nayara diam, matanya fokus menatap satu titik. Awalnya, Liam ingin protes dan menyuarakan omelannya. Tetapi saat berhasil menyusul Nayara dan melihat arah pandang cewek itu, dia ikut terdiam.

Tidak jauh dari mereka, puluhan murid berkerumun melihat sesuatu. Menyisakan hanya sedikit celah untuk Nayara dan Liam.

Celah itulah yang membuat keduanya terpaku. Mengetahui satu fakta baru yang seakan menamparnya keras.

Untuk ketiga kalinya, kasus mengerikan kembali menimpa salah satu teman sekelas Nayara.

Dan saat itulah, Nayara bertekad mencari dalang dari semua kejadian mengerikan itu.

∆∆∆

Maros, 1 Juni 2020
—Algriff Spinx

Just For a Moment (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang