Sudah Nayara bilang, kan, dia tidak suka pada orang yang berbohong?
Apalagi, yang mengucapkan kebohongan dengan begitu mudah, dan dengan tampang yang sama sekali tidak jelas keseriusannya.
Dengan alasan itulah, terbesit satu ide kecil di otaknya. Nayara menyingkirkan perasaan geli yang sempat menghampirinya ketika melihat tingkah cowok itu. Dengan tenang dia mengambil kancing baju yang disodorkan Liam.
"Lo mau jadi pacar gue?" tanyanya santai.
Mata Liam berbinar saking senangnya. Dia mengangguk-angguk keras seperti mainan rusak. Lebih keras lagi saat Nayara mengukir senyum yang menurutnya super manis.
"Boleh,"
Demi laut yang luasnya tidak mau Liam hitung! Nayara mau?
Kalau tidak ingat harus menjaga imej di depan jodohnya, dia pasti sudah kebablasan memukul meja, atau menggigiti batu, atau berjongkok dan bernyanyi bersama rumput yang bergoyang.
Liam meremas-remas tangannya gemas. Dia bertanya heboh, "Serius? Jadi kita pa—"
"Tapi boong," ungkap Nayara lempeng.
Tahu rasanya makan bakso dengan limpahan cabai yang rasanya enak banget itu, tapi tidak dikasih minum?
Liam melongo. Tidak sanggup memberi respon selain kata, "Hah? Bo-bohong?"
"Tapi serius," ungkap Nayara lagi-lagi dengan tampang lempeng.
"Serius pacaran?" tanya Liam dengan wajah super nelangsa.
Nayara mengukir seringaian. "Serius boong."
"Hah?"
Nayara mengangguk puas. Dia kembali fokus pada gambarannya. Sepertinya, cukup sampai di sini dia bermain. Perkataannya barusan hanya untuk membuat cowok itu sadar kalau kebohongan tidak akan pernah bisa diterima dalam bentuk apapun.
Terjadi hening selama beberapa menit. Nayara menoleh dan terkejut saat melihat ekspresi kaget dan tatapan kosong yang memancar dari mata Liam. "Hei! Kenapa lo?"
Tidak ada tanggapan yang diberikan Liam membuat Nayara mendadak diserang khawatir. Dia mengguncang sebelah tangan cowok itu. "Yaudah maaf. Gue Nayara. Lo siapa?"
"Liam," sahut Liam.
Nayara menghembuskan napas pelan. "Udah dong. Kan gue udah minta maaf," bujuknya sambil menggungcang tangan Liam.
Lagian, wajah Liam yang seperti kerbau gila kehilangan oksigen lama-lama juga membuat Nayara tidak tega. Mana bisa dia berkonsentrasi menggambar jika terus-terusan disuguhi pemandangan seperti itu?
Nayara baru akan melayangkan satu bujukan lagi sebelum akhirnya suara tawa Liam menggema di seluruh penjuru rooftop. Semakin lama semakin nyaring. Juga tidak ada lagi sorot mata kosong dan muka nelangsa itu.
Pelan-pelan, tatapan Liam turun ke bawah. Bibirnya kini melengkung lebar, dengan mata yang berbentuk bulan sabit akibat tersenyum. Dia bergumam pelan,
"Omaigat! Demi apa tangan gue disentuh bidadari."
"Sinting lo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Just For a Moment (REVISI)
Mystery / Thriller"Karena sikap lamban lo, tiga orang itu mati." "Apa?" "Lo istimewa, Na, sama seperti yang dibilang partner gue. Lo bahkan jadi alasan kenapa dia membunuh tiga orang itu." "Maksudnya?" "Lo pikir kenapa semua korban berada di kelas yang sama dengan lo...