"OI! GUE MAU NGASIH PANTUN OF THE DAY!"
Seisi kelas memerhatikannya. Liam Adelardo masuk dengan berjinjit. Pelan-pelan dia melangkah menuju bangkunya, menaruh tasnya dengan gaya seanggun mungkin.
Dia mengedarkan pandangan lalu mengukir cengiran lebar. "Nungguin ya kalian?"
"Jangan didenger, guys. Pasti nggak penting," sela salah satu temannya.
Liam terbahak-bahak. Padahal tidak ada yang lucu. "Oke-oke. Denger, ya. Ini bagus banget soalnya." Dia berdeham, mencoba mengusir sisa tawanya. Tapi, ketika mengingat betapa lucunya pantun itu, tawanya kembali meledak. "HA. HAHAHAHA!"
"Cepetan, oi!"
Liam memegangi perutnya yang terasa kebas. Dia juga memukul-mukul meja saking gemasnya. "Wih! Gue diamuk netijen! Ampuuun."
Satu penghapus melayang dan mengenai kepala Liam. Felix menguap, dia menatap Liam dengan mata sayunya. "Cepet. Gue mau tidur."
"Ikan hiu naik ambulans!" cetus Liam cepat.
Cakeeep!
"Hiu hiu hiu hiu."
Hening.
"Lucu, kan? Lucu dong! Hahahahaha." Liam kembali terbahak-bahak. Tidak sadar dengan tatapan geram yang dilayangkan teman-temannya.
Felix menguap lagi. Sudah dia duga. Apapun bentuk lawakan yang keluar dari mulut Liam kalau tidak masuk akal, ya pasti akan garing. Dia juga tidak tahu sejak kapan selera humor Liam jadi jauh di bawah rata-rata?
Sepertinya ... Liam memang sudah sinting.
"Nggak pa-pa, guys. Jangan malu-malu buat ketawa. Gue tau kok, pantunnya lucu banget," sambung Liam makin tidak terkontrol. Dia mengambil sapu, memegangnya seperti sebuah mic. "Sebagai hiburan, gue bakal nyanyiin satu la—"
Ucapan Liam terhenti saat tidak sengaja matanya melirik ke arah pintu. Dia memerhatikan seorang cewek yang berjalan bersama dua temannya.
Cewek yang sama dengan yang dia lihat di persimpangan jalan. Cewek bertubuh tinggi yang mengatakan pada seorang ibu-ibu kalau dia bisa menjeda waktu.
Bruk!
"Sori, gue gak sengaja."
Liam terlalu fokus sampai tidak sempat menghindar saat seseorang menabrak tubuhnya. Tidak sengaja kulitnya bersentuhan dengan orang itu.
Dia melangkah mundur, bersiap menerima rentetan ingatan yang akan masuk dalam kepalanya. Namun, tidak ada yang terjadi. Liam tidak dapat melihat ingatan orang itu walau sudah menyentuhnya.
Apa ini artinya dia sudah tidak bisa melihat ingatan orang lain?
"Waaaauu," ucapnya dengan senyum lebar merekah di bibir.
Namun Liam tersentak saat seseorang menepuk pundaknya.
Sekelebat bayangan mulai memenuhi kepalanya. Tentang sekelompok siswa dalam satu ruangan, dengan belasan botol minuman keras yang sudah habis. Dan serbuk putih yang mereka hirup.
Liam berbalik, menatap Arga yang berdiri di hadapannya.
Perlahan, senyum lebar yang menghias wajahnya mulai luntur. Kedua matanya melotot tajam. Liam mengukir senyum miring.
"Udah gue bilang. Jangan sembarangan nyentuh gue."
∆∆∆
Udah ngerti, kan, kenapa Liam sampe gak suka disentuh-sentuh?
Lihat ingatan orang lain itu serem, guys. Melanggar privasi dan nilai kemanusiaan.
Kritik dan saran sangat diterima ya!
See you later,
Algriff Spinx.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just For a Moment (REVISI)
Mystery / Thriller"Karena sikap lamban lo, tiga orang itu mati." "Apa?" "Lo istimewa, Na, sama seperti yang dibilang partner gue. Lo bahkan jadi alasan kenapa dia membunuh tiga orang itu." "Maksudnya?" "Lo pikir kenapa semua korban berada di kelas yang sama dengan lo...