1. Nayara Maheswari

639 93 90
                                    

Tik! Tik!

"Stop!"

Gadis itu mengedarkan pandangan, menghembuskan napas lega saat semua berjalan sesuai prediksinya.

Semuanya senyap. Tidak ada hiruk-pikuk suasana kota. Tidak ada bisingnya suara mesin kendaraan. Tidak ada suara langkah kaki ataupun traffic light.

Semuanya juga terhenti setelah Nayara Maheswari menjentikkan jarinya dua kali. Tidak ada yang bergerak. Bahkan selembar daun yang jatuh dari pohon terhenti di udara.

Nayara menarik tubuh seorang ibu-ibu dan memindahkannya ke trotoar jalan. Dia juga menarik sebuah kereta bayi dan menempatkannya di samping ibu-ibu itu.

Nayara menutup mata sesaat, kembali membukanya setelah mengumpulkan nyali. Dia mengangkat tangan tinggi-tinggi lalu menjentikkan jarinya dua kali.

"Play."

Saat itu juga kehidupan di sekitarnya berjalan lagi. Orang-orang melakukan aktifitasnya seolah tidak terjadi apa-apa. Kendaraan kembali berlalu-lalang dengan ramainya.

Tiga detik setelah Nayara menjalankan waktu, sebuah mobil sedan melaju dengan kecepatan tinggi. Melintas tepat di tempat awal ibu-ibu itu sebelum dipindahkan Nayara.

"Hati-hati, Bu," pesan Nayara saat melihat ibu-ibu itu. "Walau ini zebra cross, masih aja ada pengemudi gak tau aturan yang nyelonong semaunya."

Lana mengerutkan kening. Seingatnya, dia sedang menyebrangi jalan sambil mendorong kereta bayinya. Sekarang dia berada di atas trotoar, dengan kereta bayi di sampingnya. "Kok saya disini? Kamu siapa? Kenapa bisa tahu bakal ada mobil yang melintas?" tanyanya beruntun.

Nayara mengedikkan bahu tidak acuh. "Oh, saya bisa menjeda waktu."

"Hah?"

"Saya bisa menjeda waktu," ulang Nayara. "Kalau telat dikit aja, Ibu pasti udah kelindes mobil."

Lana hampir tersedak air liurnya sendiri. Seumur hidup, lelucon yang dilontarkan gadis berseragam SMA di hadapannya itu merupakan lelucon paling tidak lucu yang pernah dia dengar.

"Jangan ngada-ngada dong. Mana ada orang kayak gitu?" celanya sambil menggeleng-geleng tidak percaya. Dia mendorong kereta bayinya dan berjalan menjauh tanpa menunggu ucapan Nayara.

Nayara memiringkan kepala.  Padahal dia berkata jujur. Dia tidak akan mengucapkan satu kebohongan ketika ditanyai.

Dalam hidupnya, dia tidak akan berbohong, tidak akan menyukai kebohongan, tidak akan mendekati seorang pembohong dan tidak akan menempatkan diri dalam situasi yang mengharuskannya berbohong.

Tapi, kalau ibu-ibu itu tidak mau percaya ...

Ya bukan urusannya.

∆∆∆

Baru perkenalan, ya. Gini aja dulu. Unsur misterinya baru ada setelah perkenalan tokoh.

—Algriff Spinx

Just For a Moment (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang