5. Kancing Baju

358 69 88
                                    

Tiga hari setelahnya, berita kematian Tenri masih menjadi trending topic nomor satu di SMA Bumi Khatulistiwa. Tidak ada yang tidak tahu, semua murid di sana menaruh ketertarikan pada kejadian itu.

Di saat hari kejadian, puluhan polisi bersama petugas kesehatan datang dan membawa mayat Tenri. Tentu saja setelah mendokumentasikan dan menyimpan beberapa bukti.

Polisi juga mewawancarai semua orang yang berada di kantin saat itu. Belakangan ini Nayara sadar bahwa ibu-ibu kantin juga ikut diwawancarai.

Walaupun terbilang aneh, kematian Tenri dinyatakan sebagai tindakan bunuh diri. Dengan adanya surat peninggalan dan beberapa keterangan dari  siswa-siswi yang membeberkan keadaan Tenri, polisi semakin yakin dengan keputusannya.

Karena itu, tidak ada penyelidikan lebih dalam untuk kasus ini. Beberapa orang yang menganggap janggal kematian Tenri juga tidak bisa berbuat lebih jauh.

Mayat Tenri tidak diotopsi melainkan langsung dimakamkan. Dari kabar yang beredar, Tenri hidup seorang diri. Kedua orangtuanya meninggal saat dia masih kecil. Dia dibesarkan oleh pamannya yang tidak bisa hadir di pemakaman karena bekerja di luar negeri.

"Rencananya, gue mau buat upacara pemakaman kecil-kecilan buat Tenri."

Perkataan Aurellia Pratama menyita seluruh perhatian di kelas XI IPA 1. Begitupun dengan Nayara. Dia mengamati Aurel yang berdiri di depan kelas.

Aurel itu ... apa, ya? Di mata Nayara, dia bagai malaikat pembawa berkah. Cewek itu dikenal dengan kebaikannya, juga sikap anggun yang selalu menyertainya.

Selama Nayara sekolah di SMA Bumi Khatulistiwa, belum pernah dia mendengar ada satu orang pun yang pernah bergosip atau membicarakan keburukan Aurel. Dimana pun dia berada, berita yang berkaitan dengan Aurel hanya berputar pada pujian dan sanjungan.

Aurel selalu mengukir senyum ramah. Bahkan pada orang yang dikucilkan, dia mengulurkan tangan untuk membantu. Menjadi putri tunggal dalam keluarga Pratama sekaligus kandidat terkuat penerus Pratama Corporation tidak membuatnya besar kepala.

Semua orang menyukainya. Semua orang ada untuknya ketika dia butuh. Semua orang akan memusuhi siapa pun yang berbuat jahat padanya.

Intinya, Aurel tidak memiliki celah. Dia bersih dari segala macam tindakan tidak terpuji.

"Nggak usah didatangi banyak orang, cukup kita sekelas aja yang ngadain." Aurel memberi usul dengan tampang bersahabat. "Gimana? Ada yang setuju?" tanyanya meminta pendapat.

Seisi kelas bersorak setuju. Semuanya memuji perbuatan Aurel. Seperti biasa, Aurel selalu mengesankan. "Oke. Gue bakal bagi tugas, ya. Sebagian ada yang bersihin rumah Tenri, beli buket bunga sama perlengkapan berdoa. Sisanya ngurus masalah konsumsi."

Lagi-lagi, ucapan Aurel mendapat persetujuan mutlak. Pada saat seperti inilah Nayara merasa menjadi orang beken benar-benar enak.

Aurel kembali melempar pertanyaan, "Gimana kalo kita juga ngumpulin foto-foto Tenri bareng kita sebagai kenang-kenangan?"

"Tapi kan, Tenri pendiem banget. Dia juga jarang ikut foto. Pasti bakal susah nyarinya," seru salah satu siswi yang diketahui bernama Freya.

Walaupun terkesan mengeluh dan sedikit jahat, dalam hati Nayara membenarkan ucapan itu. Sifat introvert milik Tenri memang kadang membuatnya memiliki batas tersendiri dari pergaulan sosial di sekitar.

Alih-alih ikut mengeluh seperti kebanyakan orang, Aurel mengukir senyumnya. "Susah bukan berarti nggak ada, kan?" Dia menegapkan tubunya. "Gini, mayat Tenri emang udah dikubur. Tapi, nggak ada salahnya kita buat perpisahan yang memorable untuk salah satu teman sekelas kita."

Hening sesaat. "Iya, kan?" tanyanya sekali lagi dengan senyum yang makin lebar.

Seperti baru tersadar, semuanya kembali menganggukkan kepala tanda setuju.

Dan seperti itulah Nayara akhirnya ikut membantu upacara pemakaman itu.

•••

Liam mengikat dasinya di kepala. Dia berlari menuju cermin di sudut kelas, berkaca sambil merapikan rambutnya. Setelahnya, dia mendekati Felix yang —seperti biasa— sedang tertidur.

Ada yang harus Liam pastikan. Saat nyalinya sudah terkumpul, dia mencolek pipi Felix dengan jari telunjuknya. Hal yang membuat Felix membuka matanya.

Felix berdecak, ingin mengomel tapi matanya masih terasa berat. Akhirnya, dia hanya melayangkan gerutuan, "Apa, sih?"

"Ssst!" desis Liam dengan mata yang tertutup. Felix memutar bola matanya lalu kembali ke posisi awal—tidur. Malas sekali rasanya meladeni tingkah Liam yang kian absurd.

Setelah beberapa lama, Liam kembali membuka matanya. Dia mangut-mangut. Kemampuannya membaca ingatan orang ternyata masih ada. Terbukti, barusan dia bisa melihat sepotong ingatan milik Felix setelah menyentuhnya.

Jika dengan Felix, Liam mau-mau saja disuruh menyentuhnya. Karena ingatan Felix tidak akan jauh dari seputar game, tugas, dan tentu saja, tidur.

Sekarang, yang perlu Liam lakukan hanya menunggu Nayara lewat di depan kelasnya. Berkat pengamatannya pada cewek itu, dia jadi tahu kalau Nayara sering pergi ke rooftop saat jamkos. Dan kebetulan, tangga menuju rooftop tepat berada di samping kelasnya.

Oh, kebetulan sekali lagi, hari itu sebagian besar guru-guru sedang pergi menghadiri evaluasi guru yang diadakan sebulan sekali. Yang mana artinya, kelas Nayara pasti akan free.

Liam melompat kegirangan, prediksinya benar. Buru-buru dia menoel pipi Felix lagi saat melihat Nayara lewat. Cowok itu semakin kegirangan saat tidak ada kepingan ingatan Felix yang masuk dalam kepalanya.

Ketika Nayara sudah berlalu dan hilang dari pandangannya, untuk ketiga kalinya Liam menoel pipi Felix. Mulutnya seketika membentuk huruf o.

"Oi! Ngapain, sih?!" sembur Felix berang.

Liam terkekeh-kekeh mirip orang sinting. Dia menggebrak meja keras, membuat orang di dekatnya berjengit kaget.

Setelah menempuh rintangan yang amat sulit —baginya, menyentuh orang adalah rintangan tersulit dalam hidup— Liam akhirnya mengerti.

Ketika Nayara berada dalam jangkauan pandangannya, kemampuan Liam secara otomatis akan terblokir, dan kembali berfungsi saat Nayara sudah menjauh.

"Bro, kayaknya gue udah nemu jodoh deh," ungkapnya sambil menatap Felix.

"Omong kosong macam apa lagi itu?" Ingin rasanya Felix mengamuk karena tidurnya yang diganggu. Tapi dia mengurungkan niatnya karena diserang rasa malas.

Liam tidak memedulikan ocehan Felix. Baginya, Felix memang selalu meributkan hal yang tidak penting. Liam berlari keluar kelas setelah mengucapkan, "Bye. Gue mau pergi menyusul jodoh dulu!"

Saat sampai di rooftop, Liam mendapati Nayara sedang duduk sambil menggambar sesuatu di atas kertas. Dia mendekati cewek itu dengan jantung yang —seperti biasanya— selalu dugeun-dugeun tidak karuan.

Biasanya, di novel atau drama korea yang selalu Liam tonton, pemeran utama laki-laki yang memiliki kemampuan spesial selalu dipasangkan dengan cewek yang bisa membuatnya merasa seperti orang normal.

Jadi, tidak salah kan, kalau Liam menganggap Nayara itu adalah jodohnya?

Liam menarik satu kancing seragamnya sampai terlepas dan menyodorkan benda itu pada Nayara. Tidak lupa dia membentuk simbol heart dari jari telunjuk dan jempolnya.

"Hai. Kamu manis. Jadiin aku pacar, ya?"

∆∆∆

Mohon kritik dan sarannya, ya🍂

Algriff Spinx.

Just For a Moment (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang