13. Kasus Ketiga

216 40 11
                                    

Setelah memeriksa semua CCTV yang ternyata rusak semua, Liam dan Felix memutuskan untuk pulang. Letak rumah mereka yang bersampingan membuatnya kemana-mana selalu bersama.

Besoknya, keduanya masuk ke kelas bersamaan. Felix yang langsung duduk dan menelungkupkan kepala di lipatan tangannya, dan Liam yang seperti biasa, melakukan rutinitas dramanya di depan kelas.

"Kawan-kawanku sekalian, apakah kalian sering minum susu sapi?!" teriak Liam agar seisi kelas memperhatikannya.

"IYA!" sahut semuanya.

"Kenapaaaa?" tanyanya dramatis.

"Biar pinter."

Liam menggeleng-geleng kasihan. Dia berseru, "Kasian kalian. Kena tipu."

Salah satu temannya menyahut heran, "Loh. Kok bisa?"

"Emang kalian pernah lihat anak sapi jadi sarjana? Nggak kan?" Liam terkekeh-kekeh saat seisi kelas berdiskusi membenarkan perkataannya. Cowok itu beranjak duduk di bangkunya.

"Huahaha. Betapa puasnya meracuni otak manusia-manusia ini," bisiknya pada Felix. "Bro, gue cabut ke kelas Aya, ya. Bel masuk masih lama."

•••

Dalam hati, Nayara bersyukur sekolah tidak gempar dengan kasus Nada. Tapi rasanya aneh sekali tidak ada yang mencari Nada setelah dia menghilang dari kemarin.

Pertama, Tenri meninggal akibat keracunan yang abnormal. Terlebih lagi racun yang digunakan adalah racun sukar seperti sianida.

Kedua, Nada meninggal tergantung di ruangan Klub Musik. Banyak keganjalan kasat mata yang bisa dilihat dari posisi tergantungnya.

Lalu kemarin, di hari yang sama dengan kematian Nada, Nayara mendengar percakapan Arka di telepon dengan seseorang yang entah siapa.

Semua itu bisa dicegah jika dia menjeda waktu disaat yang tepat. Dan karenanya, Nayara merasa bertanggung jawab atas kasus itu.

Nayara berada dalam kebingungan. Terlebih semua korban menempati satu kelas yang sama dengannya.

Saat sibuk merangkai semua kepingan puzzle yang membingungkan itu, dia dikejutkan oleh kedatangan Liam yang mengungkapkan sesuatu padanya.

"Lo ... apa?"

"Gue bisa liat ingatan seseorang, hanya dengan nyentuh bagian tubuhnya."

Nayara mengerutkan kening. Dia memilih mengabaikan perkataan Liam. Bukan karena tidak percaya pada hal semacam itu, tetapi karena Liam selalu mengucapkan sesuatu yang tidak jelas kebenarannya. "Bohong."

Nayara tidak ingin mudah percaya pada informasi apapun yang dia dapat. Dia tidak sudi melihat satu kebohongan dari orang terdekatnya ketika sedang menjeda waktu.

Karena Nayara paling tidak suka kebohongan. Mengetahui hal yang ingin orang lain sembunyikan itu ... mengerikan.

"Gue serius," ucap Liam sambil melompat tidak jelas. "Karena itu gue gak suka disentuh-sentuh."

Ya. Semua orang di SMA Bumi Khatulistiwa  juga tahu, seberapa pun anehnya tingkah Liam, cowok itu tidak pernah suka disentuh siapapun.

"Terus?" tanya Nayara tidak peduli. Dia melangkah keluar kelas, menuju kantin untuk membeli beberapa camilan.

"Mungkin kemampuan gue bisa berguna buat mecahin kasus-kasus ini."

Nayara tidak merespin, matanya fokus menatap satu titik. Awalnya, Liam ingin protes dan menyuarakan omelannya. Tetapi saat berhasil menyusul Nayara dan melihat arah pandang cewek itu, dia ikut terdiam.

Tidak jauh dari mereka, puluhan murid berkerumun melihat sesuatu. Menyisakan hanya sedikit celah untuk Nayara dan Liam.
Celah itulah yang membuat keduanya terpaku.

Untuk ketiga kalinya, kasus mengerikan kembali menimpa salah satu teman sekelas Nayara.

Di tengah lapangan, di hari yang masih pagi buta seperti ini, satu sosok cowok tergeletak di tanah. Wajah dan bibirnya membiru, busa keluar dari bibirnya. Tubuh cowok itu tidak lagi bergerak. Tapi tangan yang seperti mencengkram lehernya kuat menandakan kesulitannya untuk bernapas.

Nayara mengepalkan tangan kuat, sampai kuku-kukunya menancap di kulitnya. Rasa marah menguasainya. Sinar matanya berkilat penuh murka.

Baru kemarin Nada meninggal. Baru kemarin dia mengatur suasana hatinya. Baru kemarin dia, bersama Liam dan Felix, mendapat setitik petunjuk tentang kasus ini.

Dan hari ini, di saat dia masih merangkai beragam kemungkinan, satu kematian kembali diperlihatkan padanya.

Nayara tidak terima dengan kematian Arka. Apalagi dengan membawa berbagai kunci petunjuk yang saat ini sudah tidak bisa diulik.

Cewek itu menghampiri Liam yang sama terlihat syoknya. Dia mencengkram kerah seragam cowok itu. "Lo bilang lo bisa lihat ingatan orang?"

Liam mengangguk pelan, tidak bisa bergerak karena cengkraman Nayara yang cukup kuat. Cewek itu menatap Liam tepat di matanya.

"Simpan kemampuan lo itu baik-baik. Pada saatnya nanti, gue bakal nagih perkataan lo."

Mulai saat itu, Nayara bertekad mencari dalang dari semua kejadian mengerikan yang terjadi di sana.

∆∆∆

Algriff Spinx.

Just For a Moment (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang