18

4.2K 352 15
                                    

Selamat membaca..aku ngilangnya lama yak? Wkwkwk

Mau curhat dikit_Jadi di dua cerita yang on going ini aku benar-bener buntu alurnya kemana dan gimana karena sebelum buat cerita aku nggak pake outline padahal wajib pake banget sebelum nulis tuh kita buat outline supaya alurnya jelas dan terarah kemana, tips buat penulis atau yang mau nulis.

Walaupun di dua cerita aku yang udah end aku nggak pake outline nggak tau kenapa dua ceria yang udah end itu idenya ngalir gitu aja malah dua yang on going justeru stuck, jadi maklumin aja kalo aku up datenya lama.

Sekali lagi ini cerita jauh dari kata sempurna baik untuk penggunaan kata, kalimat dan tata cara kepenulisan.

Selamat membaca...


Mereka benar-benar didasar jurang saat ini dengan Gulf yang memberi tatapan tajam pada Mew karen ide konyolnya yang sampai membuat mereka harus terjebak. Mereka berusaha untuk melepaskan ikatan masing-masing setelahnya kembali berteriak meminta bantuan tapi nihil tidak ada yang dapat mendengarkan mereka ditengah hutan belantara.

"kau punya ide?" tanya salah satu teman pada Gulf yang diam bersandar ditepi tapi Gulf tidak menjawab melainkan melemparkan pandangannya pada Mew yang membuat temannya juga menatap Mew

"tidak ada ide" Mew mengangkat kedua bahunya

"lalu ide siapa yang membuat kita terjebak disini? Kau kira kau bisa memanjat keatas?!" ledek Gulf yang mulai kesal

"aku mendapatkan ide" ucap Mew menyuruh temannya untuk berjongkok kemudian naik kebahunya dan disusul oleh yang lain tentu saja itu terus gagal tapi mereka harus tetap berusaha karena saat ini hanya mereka yang bisa menolong diri mereka sendiri

Dan terbukti Gulf yang memanjat terakhir mampu menjangkau akar yang ada dan memanjat keatas setelah mencari akar yanng kira-kira bisa membantu dan melemparkannya

"kalian harus berusaha. Aku akan pergi mencari Sammy!" teriak Gulf, setelah memberitahu segera pergi

"ini berbahaya. Kita harus membantunya" ucapnya temannya

"tunggu" Mew mengintrupsi

"biar aku yang menyusul dan kalian mencari pertolongan" usul Mew

"tap.."

"tidak. Sammy dalam bahaya. Cepat!" mereka berpisah. Dua teman yang mencari pertolongan dan Mew yang mencari keberadaan Gulf dan Sammy

Gulf terus menajamkan pendengarannya setelah mengikuti jejak para penjarah yang membawa Sammy. Gulf meraih lehernya yang sakit dan benar ada noda darah ditangannya

Gulf hendak merobek ujung kaosnya tapi sudah lebih dulu Mew yang mengikat kain dilehernya

"terimakasih" ucap Mew sarkas

Gulf menatap malas

"apa rencanamu?" tanya Mew

"aku akan melawan mereka"

"kau gila? Mereka bersenjata!"

"tapi Sammy taruhannya" ucap Gulf

"sial! Apa pihak sekolah tidak ada yang menyadarinya?"

"mereka sudah pasti menyadarinya tapi sebelum itu kita harus menyelamatkan Sammy"

"kau buta! Lihat..itu adalah markas mereka bahkan jumlah mereka sebanding"

"masa bodoh"

Gulf tanpa berfikir keluar dari tempar persembunyian seperti pangeran berkuda putih

"lepaskan temanku!" tunjuk Gulf

"Gulf!! Tolong aku"

"tolong"

Semakin darah Gulf naik pitam melihat Sammy dikurung dalam sebuah kandang

"kalau berani lawan aku" ucap Gulf tapi nihil Gulf sama sekali tidak ahli dalam bela diri untung ada Mew yang menahan serangan tersebut

"cepat, selamatkan Sammy" ucap Mew dan Gulf pergi

"kau tidak apa?"

Sammy menggeleng

"kau harus pergi dari tempat ini"

"tapi...Mew dibelakangmu!" teriak Sammy saat melihat Mew yang bertarung dengan penjarah ada senjata yang siap menebus kulitnya

Tidak tahu apa yang dilakukan Gulf ikut bertarung

"apa yang kau lakukan?" tanya Mew heran melihat Gulf dibelakang

"ayo kita habisi mereka"

Setelah mengatakan itu mereka benar-benar menjadi petarung tapi akibat strategi mereka yang buruk tentu saja mereka kalah ditambah lagi mereka hanya memiliki dua tenaga sedangkan para penjajah puluhan orang.

Detik terkhir Mew terkena pukulan dan jatuh ketanah Gulf yang melihat itu langsung berlari dan menolongnya

"kau tidak apa?"

Mew menggeleng

"awas dibelakangmu" Gulf mendorong Mew saat seseorang menghujam dengan sebilah pisau dan pisau itu menembus kulit Gulf bersamaan dengan suara ledakan

Dengan mata kepala sendiri Mew melihat Gulf jatuh ketanah seperti mimpi. Alam seolah berhenti tentang suara ledakan, teriakan, orang-orang yang menolong dihiraukannya karena fokusnya saat ini hanya satu yaitu Gulf yang tersungkur ketanah dengan bergelimang darah

Sepasang tangan yang gemetar menutupi luka itu sang objek yang tidak sadarkan diri menambah kepanikan

"kau tidak bisa menjaga dirimu sendiri!"

"dasar anak.." suara itu yang marah besar

Mew berbalik berdiri menghadap orang itu "pa...selamatkan temanku. Aku mohon" Mew mengiba wajahnya pias memegang tangan orang yang ia sebut papa entah dari mana kata itu ia dapat karena kata itu tidak ada dalam kamus hidupnya

Tangan yang berlumuran darah kembali memohon pada papanya untuk menyelamatkan sang teman

Hati laki-laki paruh baya itu menghangat kala tangannya digenggam. Putra kesayangannya saat ini sedang memanggilnya papa dan memohon padanya

"pa..aku mohon"

Kalimat itu berulang-ulang membuat orang yang dipanggil papa mengangguk dan mengangkat sesuatu ditangannya

"landaskan pesawat dan hubungi rumah sakit terdekat"

Mendengar itu Mew merasa lega kembali menghampiri Gulf sedangkan orang yang dipanggil papa tadi menatap tanggannya yang berlumuran darah setelah digenggam oleh sang putra.

Pesawat datang kemudian dan mengangkut Gulf kerumah sakit.

Operasi membutuhkan banyak waktu dokter masuk bergantian keruang operasi Mew menunggu dengan gelisah

"kau harus dirawat" ucap salah satu guru yang bertanggung jawab dalam acara kemah menghampiri Mew

Mew menggeleng "aku tidak apa"

"kau lihat kakimu mengeluarkan darah?" tanya sang guru lagi

Mew menatap..benar dibawahnya penuh dengan darah baru bau anyir menyengat dihidungnya

"kau harus dirawat"

"tapi"

"operasinya akan lebih lama sambil menunggu itu kau dirawat dulu biar yang lain berjaga" ucap gurunya menjelaskan dengan pelan agar Mew tidak membantah.



Bersambung.

Terimakasih sudah membaca.

MEWGULF || INTO YOUR HEART✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang