Now Playing : HIVI! - Remaja
***
"Setiap pertemuan akan berakhir dengan perpisahan. Jadi, biasakanlah dirimu."
***
"Hai, tante."
Ketika melihat sosok yang ia kenali di ambang pintu, Airin langsung berlari menghampirinya. "CARREN!"
"Tante, apa kabar?"
"Sebelumnya, kabar tante ngga baik. Tapi, pas kamu datang jadi baik," Airin tersenyum kepada Carren.
Carren mengerutkan keningnya. "Kok ngga baik, tante?"
"Nih ya, Carren. Tante kasih tau kamu, pas kamu pergi ke Singapura, dia itu tiba-tiba mogok makan. Lalu, jadi sedih dan marah-marah terus. Pokoknya kayak anak perempuan lagi pms!" ucap Airin sambil melirik ke arah Alvino.
"Alvino ngga pernah gitu ya, ma."
"Ah, masa? Coba kemarin mama rekam, biar jadi bukti buat Carren."
Carren seketika tertawa. Kemudian ia menjinjit sedikit, supaya dapat sampai di telinga Alvino. "Gapapa kok, Vin. Gue emang ngangenin."
Berdekatan dengan Carren seperti itu, membuat Alvino merasa atmosfer sekitarnya tiba-tiba menjadi sangat panas.
Carren memang tidak terlalu tinggi, hanya sekitar 160 cm saja. Sedangkan tinggi Alvino sudah hampir mencapai 180 cm. Jadi, perbedaan diantara keduanya cukup terlihat.
"Eh, tante sampai kelupaan. Ayo Carren, masuk ke dalam." Airin mempersilahkan Carren untuk masuk ke dalam rumah.
Tetapi, saat Alvino ingin masuk juga, Airin langsung menahan tangannya. "Kamu ngga boleh masuk, tolong buatin minum buat Carren dulu."
"Hah? Kok aku, ma?"
Pletak!
"Biar kamu rajin sedikit. Ayo cepat, semangat nak!"
Dengan perasaan sedikit kesal, Alvino masuk ke dalam rumah. Sesampainya di dalam, ia langsung berlalu menuju dapur.
"Duh, kalau kepala gue kena pukul terus, gimana ngga makin bego?" tanya Alvino pada dirinya sendiri.
***
Dengan perlahan-lahan, Alvino membawa nampan yang berisi dua gelas teh hangat. Kakinya sedikit bergetar. Alvino membayangkan jika teh panas ini tertuang ke kakinya, pasti sangat panas.
"Silahkan minum tehnya, mbak-mbak cantik."
"Terima kasih, pak." balas Carren diikuti dengan gelak tawanya.
Airin juga melakukan hal yang sama. Kemudian, ia memberikan kode ke arah laci. "Uang jajan kamu ada di sana. Silahkan diambil."
YES!
Alvino berteriak senang di dalam hatinya. Akhirnya setelah sekian lama, ia mendapatkan uang jajannya kembali.
"Makasih, ma."
Setelah Alvino pergi, Airin menatap wajah Carren secara mendetail. Lalu, Airin memegang salah satu tangan Carren.
"Carren, tante minta maaf ya. Mewakili Alvino, yang udah nyakitin kamu."
"Jangan minta maaf, tante. Alvino kemarin juga udah minta maaf sama Carren," ujar Carren dengan senyumannya yang terukir. "Dan kita juga udah pacaran."
Airin membulatkan kedua bola matanya. "HAH? SERIUS? AKHIRNYA!"
"Haha, kenapa tante?"
"Tunggu dulu, jangan panggil tante lagi. Panggil aja mama. Latihan untuk jadi menantu nanti."
"MA, KITA BELUM LULUS SEKOLAH!"
Airin tertawa terbahak-bahak. Jadi gini, rasanya mengerjai anak remaja yang tengah berkasmaran?
***
Alvino melambaikan tangannya kepada Danny yang sudah berada di dalam cafe terlebih dahulu. Di sampingnya, ada Nessa yang sedang duduk.
Sedetik kemudian, Alvino baru menyadari jika Nadhira juga berada di sana.
"Nadhira? Lo ngapain ke sini?" Ternyata, Carren juga menyadarinya.
Alvino dan Carren bertatapan satu sama lain. Barulah mereka melangkahkan kaki mendekat ke arah Danny, Nessa dan Nadhira.
"Duduk dulu,"
Tanpa basa-basi, Alvino dan Carren langsung menduduki kursi yang ada.
"Nadhira ngapain ada di sini, Dan?"
Danny menarik napasnya terlebih dahulu. "Jadi gini, kita kan niatnya mau double date nih. Tapi, ternyata Nadhira putus sama Gino. Jadinya, gue bawa aja dia ke sini."
Nessa nampak tidak suka ketika Danny menjelaskan situasi mereka kepada Alvino dan Carren.
"Serius? Nad, lo ngga papa?"
Carren tiba-tiba merasa khawatir. Setahu Carren, Nadhira itu sangat bucin kepada Gino. Tapi, kenapa tiba-tiba bisa seperti ini?
"Ren, lo ikut gue ke toilet dulu yuk." Nadhira langsung menarik tangan Carren ke dalam toilet.
Sesampainya di sana, Nadhira langsung menangis.
"Hiks, Ren, gue minta maaf."
"Kenapa minta maaf? Lo, kan, ngga salah apa-apa."
"Gue salah, banget. Sejak lo pergi ke Singapura, tiba-tiba perasaan ini muncul."
Carren mengerutkan keningnya. Ia merasa sangat bingung sekarang. "Perasaan apa maksud lo?"
"Perasaan gue sama Danny. Yang buat gue sama Gino berantem dan putus."
"HAH?"
***
(NOT MY TYPE)
#NotSeries1 DONE✔(NOT YOUR GIRLFRIEND) #NotSeries2 COMING SOON❤
Akhirnya, cerita ini benar-benar selesai. Tenang aja, masih ada secret part kok hehe.
Tungguin ya #NotSeries2. Akan mengisahkan tentang Danny, Nessa dan juga Nadhira. Yang tentunya lebih complicated dan memusingkan😚❤.
Carren dan Alvino juga masih akan muncul! Jadi, yang kangen sama mereka, bisa tungguin dan baca kalau udah dirilis ya. Nanti aku kabari juga🙂.
SEKALI LAGI, TERIMA KASIH ATAS SUPPORTNYA SELAMA INI❤❤
Sampai jumpa di cerita-cerita berikutnya.
With love,
Michelle.

KAMU SEDANG MEMBACA
Not My Type [✔]
Teen FictionRival Lomba. Itulah yang dapat menggambarkan hubungan Alvino dan Carren. Sebagai rival lomba, tentu saja mereka sering beradu mulut. Tiada hari tanpa mereka berdua saling beradu mulut, yang membuat suasana kelas 11 IPA 2 selalu ribut. Jika kalian...