Warning : Alur dalam bab ini bisa diibaratkan seperti flashback atau terjadi sebelum alur sebenarnya:)
JANGAN LUPA CEK AUTHOR NOTE!
***
"Vino, kamu yakin ngga mau nerusin bakatmu di bidang Fisika dan Matematika?"
Pertanyaan yang dilontarkan oleh papa Alvino seketika membuat Alvino berpikir sejenak.
Tidak lama kemudian, Alvino kembali menatap papanya dan menggelengkan kepalanya. "Ngga, Pa. Alvino mau fokus ke basket aja."
"Kenapa basket?"
"Karena Vino suka dan ingin mengasah kemampuan Vino." jawab Alvino dengan yakin.
Jawaban dari Alvino membuat Alvaro, papa Alvino, langsung menatap anak semata wayangnya dengan fokus.
"Vino, kamu ingat kan singkatan keluarga kita apa?"
Alvino menghela napasnya kasar. Jika papanya sudah menyangkut ke arah singkatan keluarga, maka sebaiknya Alvino segera menuruti permintaan papanya.
Karena itu merupakan tanda jika papanya sedang dalam mode serius.
"3A, Pa."
Alvaro mendekati posisi Alvino, lalu menepuk bahu Alvino dengan pelan. "Bagus, kamu masih ingat. Sebaiknya kamu pertimbangkan dengan baik ucapan papa."
Alvaro kemudian melangkah pergi, menjauhi Alvino. Kepergian Alvaro membuat Alvino dapat menghela napasnya lega.
"Ya ampun, gue kira gue bakalan mati kena papa hari ini."
Airin yang mendengar dari arah belakang, langsung menutupi mulut Alvino dengan tangannya. "SHHH. Alvino, kamu mau kalau papamu dengar?"
"Hehe, engga ma. Habisnya, papa suka maksa Vino buat ikutan lomba lagi."
Airin tersenyum. "Jangan bilang gitu, sayang. Papa cuman mau yang terbaik buat kamu."
"Tapi masa Vino harus balik lagi ikutan lomba?"
"Ya, kenapa tidak? Emangnya kalau balik, kenapa?"
"Vino belum siap aja, Ma."
"SAYANG, BESOK DAFTARKAN ALVINO DALAM PERLOMBAAN FISIKA."
Belum sempat Airin menjawab perkataan Alvino, terdengar teriakan dari arah atas. Ya, itu adalah teriakan dari Alvaro, papa Alvino.
Dan sekarang, sambil menunggu namanya dipanggil, Alvino duduk di tempat duduk yang terletak di depan ruang guru.
Berkat ucapan papanya kemarin, membuat Airin benar-benar langsung mendaftarkannya ke dalam perlombaan Fisika yang akan diadakan bulan depan.
Alvino mendenguskan napasnya kasar. Yang benar saja, masih kelas sepuluh, sudah langsung didaftarkan ke dalam perlombaan Fisika.
Bahkan, dengar-dengar dari temannya, peserta lomba Fisika ini terdiri dari setiap jenjang. Yaitu, kelas sepuluh, sebelas dan dua belas.
Membayangkannya saja sudah dapat membuat Alvino ngeri sendiri.
"Gila, kalau gue beneran kepilih, udah bisa dipastikan soal pertama gue langsung didiskualifikasi," ucap Alvino kepada dirinya sendiri.
Untuk menghilangkan rasa bosannya yang muncul, Alvino memutuskan untuk memainkan ponselnya.
Saat sedang memainkan ponselnya, Alvino merasakan ada beberapa kertas yang tertiup angin dan mendarat di wajahnya.
"Sorry, sorry."
Dari arah depan, Alvino mendengarkan suara perempuan. Yang sepertinya sedang meminta maaf kepadanya.
Dengan perasaan kesal, Alvino segera mengambil kertas yang menghalangi mukanya dan menatap pelakunya dengan tatapan tajam.
"Kenapa kertas lo bisa mendarat ke muka gue?"
Perempuan yang ditatapi oleh Alvino, seketika menjadi takut untuk menatap wajah Alvino. "Sorry, tadi gue lagi buru-buru. Kirain udah telat, eh ternyata belum."
"Gue ngga percaya, tuh."
"Lah, lo sendiri ngapain di luar? Lo ikutan lomba juga?"
"Suka-suka gue. Emangnya ada masalah sama lo?" balas Alvino dengan senyuman sinisnya.
Perempuan itu juga menunjukkan senyuman sinisnya kepada Alvino. "Ada."
"Apa?"
"Lo halangin jalan gue."
"Emangnya ini jalan milik lo?"
"Daripada bacot, mending kita lihat siapa yang akan terpilih di lomba Fisika nanti," tantang perempuan itu.
"Oke, siapa takut?"
Perempuan itu kemudian mengulurkan tangannya. "Nama gue Carren dan mulai hari ini, kita jadi rival lomba. Deal?"
"Deal. Kalau jadi pacar juga boleh, sih."
"DASAR MODUS!" teriak Carren sambil berlalu pergi.
"NAMA GUE ALVINO, BUKAN MODUS!"
Sejak hari itu, Alvino dan Carren resmi menjadi rival lomba. Siapa yang akan mengira jika keputusan yang menurut Alvino buruk malah membawanya untuk bertemu dengan seseorang yang spesial?
Terima kasih, pa. Udah maksa Vino buat balik ikutan lomba Fisika lagi.
***
A/N : Akhirnya cerita ini benar-benar selesai❤. Ngga akan ada extra part atau yang lainnya lagi. Karena ini benar-benar yang terakhir😅.
Oh iya, untuk cast dari setiap pemeran Not My Type, mau ku tunjukkan atau ngga usah? Jadi, menurut imajinasi kalian aja.
Semuanya balik ke jawaban kalian hehe. Aku ikutin aja yang kalian mau. Sekali lagi, terima kasih semuanya.
Sampai ketemu di #NotSeries2. Ntar aku kabarin kalau udah publish❤.
Salam,
Michelle.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not My Type [✔]
Fiksi RemajaRival Lomba. Itulah yang dapat menggambarkan hubungan Alvino dan Carren. Sebagai rival lomba, tentu saja mereka sering beradu mulut. Tiada hari tanpa mereka berdua saling beradu mulut, yang membuat suasana kelas 11 IPA 2 selalu ribut. Jika kalian...