Sudah 3 hari, Salsha melihat Ferell tidak mendekati nya seperti biasa. Sungguh aneh, justru kali ini Ferell lebih banyak diam dan seperti sedang memikirkan sesuatu.
Namun bukankah itu justru membuat nya senang, karena Ferell tidak lagi mendekati nya?
Karena hari ini jam olahraga, Salsha mencoba berbaris untuk pemanasan di sebelah Ferell. Tetapi, Ferell tidak mengobrol atau menoleh kepada nya sama sekali.
"Anak-anak, kalau kalian sudah pemanasan, sekarang kalian boleh olahraga sendiri bebas. Bapak izin mau ada rapat dulu." Ucap Pak Rio selaku guru olahraga mereka.
"Iya Pak.." jawab mereka serempak.
"Satu lagi, kalian harus tertib ya olahraga nya. Jangan ada yang ceroboh atau macam-macam. Ingat itu."
"Iya Pak."
Setelah itu, Pak Rio pergi meninggalkan lapangan dan menuju kantor. Sedangkan sekarang anak kelas 10-1 berolahraga sendiri. Ada yang bermain basket, sepak bola, bulu tangkis, lompat tali, badminton, bahkan ada yang duduk-duduk saja dan malah bergibah.
Ferell sedang duduk dibawah pohon rindang dekat lapangan basket dan tengah memperhatikan teman-teman nya bermain basket.
Kesempatan yang bagus untuk Salsha menanyakan apa ada masalah dengan Ferell.
"Ekhm." Deheman Salsha membuat Ferell menoleh untuk melihat nya, namun hanya sesaat.
Merasa tidak direspon oleh Ferell, Salsha akhir nya duduk disebelah nya sambil berpikir bagaimana cara harus memulai pembicaraan.
"Lo ngapain disini?" Tanya Ferell.
Salsha gugup sekaligus bersyukur karena yang memulai pembicaraan adalah Ferell. Seketika kegugupan nya langsung ia buang jauh-jauh.
"Oh nggapapa sih, mau duduk aja disini. Hmm emang ga boleh ya Rell?"
Tidak ada jawaban dari Ferell, justru niat Salsha untuk bertanya juga terhenti. Ia bangkit dari duduk nya dan baru saja berdiri, tangan nya sudah ditarik Ferell untuk duduk kembali disamping nya. Salsha pun menuruti.
Salsha tak ingin berbasa-basi lagi. "Oh ya Rell, lo kenapa? Ada masalah? Kenapa ga cerita sama gue?"
Senyuman Ferell mengembang. "Kenapa? Lo khawatir?" Tanya nya dengan nada bercanda.
Salsha membuang wajah nya kesembarang arah, seharusnya ia tidak bertanya seperti itu, ceroboh.
"Hmm ya Sal, pulang sekolah mau temenin gue ke Mamah ngga?" Tanya Ferell tiba-tiba.
"Iya Rell. Tap-" ucapan Salsha terpotong oleh kedatangan Steffi dan Cassie yang tiba-tiba menarik tangannya.
"Sal, Ayo main basket giliran anak cewe nih. Tim kita kurang satu orang." Ajak Steffi masih menarik-narik tangan nya. Karena tenaga Steffi dan Cassie sangat kuat menarik nya, ia hanya bisa pasrah dan pergi meninggalkan Ferell tanpa pamit.
Pritt..
Suara peluit yang dibuat buat dari mulut Steffi pun terdengar. Dan mereka memulai bermain basket.
Salsha sangat mahir sekali bermain basket, apalagi dulu waktu SMP ia sering sekali mendapatkan juara dari lomba basket. Tetapi aneh, mengapa ia sekarang malas sekali untuk bermain, memegang bola saja rasa nya berat.
Bola di diberikan kepada Cassie, dan ia mulai memasukkan nya kedalam ring. Namun, bola berhasil ditangkap oleh lawan tapi Steffi berhasil merebut kembali bola dan mengarahkan nya kepada Salsha.
Saat itu, Salsha yang belum siap menerima bola akhir nya hanya bisa diam dan naas bola terkena jidat Salsha.
Tadi pagi, ia belum sempat sarapan dan sekarang kepala nya terkena bola. Lengkap sudah rasa pusing yang di alami nya. Karena tidak kuat lagi untuk sadar, ia pun pingsan di lapangan basket.
KAMU SEDANG MEMBACA
(rain)Bow🌈
RomanceBerawal dari putus cinta terhadap mantan kekasih nya, Salsha tidak ingin mengenal sebuah cinta lagi untuk beberapa waktu kedepan, sehingga ia memutuskan untuk bersikap dingin terhadap lelaki. Lalu Iqbaal datang berhasil meluluhkan hati nya yang memb...