(rain)Bow🌈

Marah

Jam menunjukan pukul 22.00 malam, namun mata Salsha tak kunjung terpejam juga. Entahlah seperti ada yang dipikirkan. Niat nya untuk memejamkan mata pun ia urungkan kembali.

Untung menenangkan pikiran, ia menuju balkon dan menatap langit. Rasa nya begitu sunyi dan tenang.

Tak sengaja arah mata nya melihat ke rumah Iqbaal dan disitu ada mobil milik Om Sigit~Ayah Iqbaal terparkir rapih.

"Apa Iqbaal udah pulang?" Batin nya.

Buru-buru ia mengambil ponsel nya kedalam dan kemudian kembali lagi ke balkon untuk menelepon seseorang.

Satu kali tak terjawab.

Dua kali tak terjawab.

Dan yang ketiga kali akhir nya terjawab. Namun heran karena tidak ada suara jawaban dari seberang sana.

"Assalamualaikum"

"...."

"Iqbaal lo denger suara gue ngga?"

"....."

"Ball.."

"Hmm"

"Lo udah pulang?"

"Lo masih inget
kalau punya pacar?"

"Maksudnya?" Salsha mengerutkan kening nya heran mengapa Iqbaal jadi seperti ini.

Tiba-tiba Iqbaal sudah berada dibalkon sebelah dan sedang menatap Salsha sambil masih memegang ponsel ditelinga.

"Sini liat gue. Diseberang lo."

"Maksud-" ucapan Salsha terpotong ketika menengok kesebelah lalu melihat Iqbaal di depan balkon dan sambil menatap ke arah nya tajam.

Terjadilah tatap menatap dari kejauhan dan masing-masing masih memegang ponsel ditelinga nya.

Cukup lama hingga akhirnya Iqbaal kembali bersuara melalui via telepon.

"Masih inget kalau punya pacar?"

"Maksud lo apa Baal, gue ga ngerti"

"Kemana aja lo selama ini?"

"Baal gue ga ngerti apa yang lo omongin.."

"Gue tanya sekali lagi,
apa lo masih anggap gue pacar?"

"Lo kenapa Baal nanyain hal aneh kaya gini?"

"Gimana ga ada gue seminggu ini?
Seru kan bebas ngapain aja?"

Salsha mengerutkan kening nya tak mengerti.

"Enakan bebas?
Bebas juga meluk Ferell?"

"Hah?!
Oh itu ga seperti yang lo pikirin Baal."

"Emang yang lo pikirin gimana?"

"Gue bisa jelasin.."

"Gue cape, mau istirahat."

Tut..tut..tut