Menculik

507 28 9
                                    

Pagi ini Iqbaal dan Salsha berangkat ke sekolah bersama. Mereka terlihat bahagia satu sama lain dan melemparkan senyum.

Ada beberapa siswa yang iri melihat mereka berjalan di koridor dan ada juga yang menatap nya tidak suka. Sama seperti Ara yang sekarang menatap mereka berdua tidak suka.

Tetapi sebuah ide muncul di otak Ara, ia pun langsung menghampiri Iqbaal.

"Hai Baal. Lo udah selesai di skor?" Tanya Ara dengan senyum yang tercetak dibibir nya.

Langkah Iqbaal langsung berhenti ketika di hampiri Ara. "Eh iya Ra. Kenapa?"

"Jadi gini, lo kan udah seminggu ga ikut rapat. Terus kemaren itu ada projek dari pembina buat ngemajuin peminat osis. Nah gue butuh ide-ide dari lo. Yu ke ruang osis buat nyiapin rapat."

"Oh gitu. Tapi maaf Ra, kenapa ga pulang sekolah aja, iya deh pulang sekolah aja ya."

"Tapi Ball-" Ucapan Ara terhenti ketika Iqbaal memegang pundak nya.

"Pulang sekolah aja ya." Setelah mengucapkan itu Iqbaal kembali berjalan sambil menggandeng Salsha dan meninggalkan Ara.

Yang ditinggalkan hanya bisa diam dan menggenggam emosi. Namun tiba-tiba muncul Ferell dari belakang.

Seolah-olah tahu apa yang terjadi, Ferell langsung berbicara tanpa menunggu Ara mengeluarkan suara.

"Tenang aja Ra. Kita bales pulang sekolah ini."

"Maksudnya?"

"Gue tadi ga sengaja denger ucapan lo sama Iqbaal. Tenang aja Ra, gue punya rencana. Gue juga udah benci banget sama si Salsha."

"Kenapa Rel?"

"Ternyata Salsha nyari tahu tentang Papih baru gue yang sebenarnya Ayah Iqbaal, dia main ke rumah gue buat nyari informasi. Setelah itu dia aduin ke Iqbaal. Sumpah gue ga habis pikir. Yang dia lakuin bikin nyokap gue sakit jiwa."

"Anjrr tu anak bener-bener ya." Kata Rara menggelengkan kepalanya.

Ferell tertawa sinis sambil berbisik. "Maka nya nanti pulang sekolah lo harus bener-bener sama Iqbaal ya. Biar Salsha gue yang urus."

Mendengar bisikan Ferell, Ara menaikkan sebelah alis nya. "Okee. Gue ga sabar liat Salsha menderita Rel."

Di sisi lain kini Iqbaal dan Salsha sudah berada di depan ruang kelas XI-1. Entah mengapa pagi ini perasaan Salsha sangat bahagia bersama Iqbaal, seolah-olah esok hari tidak akan terjadi seperti ini lagi.

"Kamu belajar yang rajin ya sayang. Jangan mikirin aku." Ucap Iqbaal sambil mengacak lembut rambut Salsha.

Sedangkan Salsha yang diperlakukan seperti itu hanya bisa menahan blushing nya.

"Tuh kan baru diginiin, pipi nya dah langsung merah. Padahal belum aku cium."

Mendengar ucapan Iqbaal, Salsha langsung mencubit pinggang lelaki itu.

"Apaan pipi gue ga merah tuh." Ucap nya sambil menunjukan pipinya.

"Oh berarti kamu mau di cium nih?"

"Apaan sih lo kok jadi manggil aku kamu. Udah deh mending ke kelas sana. Bentar lagi masuk."

"Ya biarin suka-suka aku dong. Jadi beneran mau di cium nih?"

Salsha semakin geram dengan Iqbaal karena pagi-pagi sudah menggoda nya. Tangan nya tidak tinggal diam, ia mencubit perut Iqbaal hingga lelaki itu meringis.

"Ehh aduh aduhh iyaiya udahh dong cubit nya. Iya nih gue pergi."

Setelah mendengar perkataan Iqbaal yang meringis kesakitan, Salsha melepaskan tangan nya dan tidak lagi mencubit perut Iqbaal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

(rain)Bow🌈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang