♡5

93 17 13
                                    

"Fumi, kakak boleh masuk?"

......

"Fumi, kakak masuk ya? Jangan terkejut"
Junki membuka pintu kamar Fumi perlahan, memasuki ruang itu dan duduk di pinggir ranjang Fumi,

"Apa kamu tidak kepanasan?" Junki melihat Fumi yang tidur menyamping dengan seluruh tubuhnya ditutupi selimut, Junki mendengar isakan tangis pelan dan sedikit pukulan kesal dari dalam sana,

"Sepertinya sudah lama ya, kita berdua tidak seperti ini. Padahal dulu Fumi selalu meminta ku memainkan lagu sampai kamu tertidur" Junki mengedarkan pandangannya ke seluruh kamar, sangat berbeda dengan kamarnya dulu. Ia merasakannya, Fumi tidak suka, terlalu polos dan membosankan,

"Kakak tau, pasti berat menerima keadaan dan orang baru dalam hidupmu. Tapi, kakak Yakin ini tempat terbaik untuk Fumi" kata Junki sambil mengusap kepala Fumi yang terbalut selimut,

"Fumi tau kan, kalau Fumi itu mempunyai hati yang sangat lembut dan baik. Fumi punya itu, bahkan kakak sangat iri."

"Kakak juga punya hati yang baik" jawab Fumi dari dalam selimut,

"Tapi Fumi juga punya suatu hal istimewa dan hal itu membuat Fumi sangat dicintai dan disayangi,"

"Semua orang menyangi Fumi, kakak, teman-teman, bunda, ayah, kak Ruki. Bahkan kak Ruki adalah orang yang paling menyayangi Fumi" lanjut Junki,

"Bohong" balas Fumi,

"Eiy, apa Fumi tidak percaya kakak?" Tanya Junki, sedangkan Fumi hanya diam tidak menjawab,

"Kak Ruki memberikan syarat itu karena ingin Fumi aman dan baik-baik saja selama bersekolah. Kak Ruki itu orang yang paling memperhatikan Fumi loh.."

"Bohong, kalau begitu kenapa kak Ruki tidak mengerti perasaanku?" Kata Fumi dengan suara bergetar. Junki tau, pasti Fumi sedang menahan tangisnya,

"Oleh karena itu kak Ruki ingin Fumi menceritakan semua kepadanya. Bagaimana hari Fumi, perasaan Fumi, dan segalanya"

...

Tidak ada jawaban juga kata-kata lagi dari Junki. Fumi masih kesal dengan Ruki namun perkataan Junki tidak ada satupun yang salah. Jika ingin dimengerti, maka ia harus mengungkapkannya.

"Fumi pasti tidur nyaman, kasurnya sangat empuk" kata Junki sambil melompat-lompatkan tubuhnya ringan dari tempatnya duduk,

"Tapi sangat membosankan"

Fumi menarik selimutnya sampai menampakkan dirinya, kemudian duduk mengahadp Junki, "astaga lihat rambutmu" celetuk Junki sambil tertawa, membuat Fumi langsung merapihkan rambutnya sendiri,

"Membosankan ya? Kalau begitu, kamu bisa memperbaikinya bukan?"

Fumi menunduk sebentar, kemudian kembali menatap Junki dan mengangguk pelan, merasa paham dengan apa yang dibicarakan oleh Junki.

"Sepertinya sudah larut, aku harus segera kembali" kata Junki kemudian berdiri,

"Kakak, seperti Cinderella saja" jawab Fumi membuat keduanya tertawa,

"terimakssih kak Junki. Sekarang aku sadar aku memang salah dan berlebihan" Fumi menundukkan kepalanya merasa bersalah atas perbuatannya,

"Hey, jangan menunduk dong. Nanti mahkotanya jatuh" Junki menghampiri Fumi dan membuat kepalanya terangkat, "you always threat me like a princess" , "because you are a princess"

"Mau peluk?" tawar Junki dan disambut anggukan oleh Fumi. Mereka berpelukan cukup lama "aku berharap kakak akan selalu menjadi kakak ku" kata Fumi disela pelukan mereka,

"Tentu, aku akan selalu menjadi kakak Fumi" jawab Junki sambil memejamkan mata, berharap perkataan itu hanya pemanis dan tidak didengar oleh Tuhan.

------

Pukul dua pagi, Fumi tidak bisa tidur. Sudah berapa kali pun ia berusaha, matanya tetap tidak bisa terpejam dan tidur. Fumi akhirnya menyerah, ia melangkahkan kaki nya untuk keluar dari kamar. Berharap jalan kaki sedikit dapat membuatnya lelah dan mengantuk.

Rumah ini cukup luas untuk ia kelilingi sendiri, walaupun terkesan sedikit kuno namun terdapat beberapa ruangan yang terkesan modern dan simple.

Fumi berjalan menuju ruang baca, dimana buku dengan ratusan judul tersusun rapih di rak kayu. Ruangan itu cukup luas namun sangat nyaman, mungkin memang sang pemilik rumah berusaha membuat tempat ini istimewa. Fumi memasuki ruangan yang tidak terkunci itu kemudian mencoba mencari buku yang ia suka.

Tangan mungil nya mengambil novel fantasi dan mulai membuka lembar demi lembar halamannya.

"Belum tidur?" Tanya seseorang membuat Fumi mencari sumber dari suara itu,

"Kakak, kamu mengejutkanku" kata Fumi sambil mengusap dadanya karna terkejut, "maaf,"

Keheningan sempat menyelimuti mereka berdua, Fumi masih ragu untuk memulai pembicaraan dan Ruki masih merasa bersalah atas kejadian sore tadi.

"Kak--"
"Fumi--" panggil mereka bersamaan. Bukankah ikatan mereka semakin erat?

"Kakak dulu"

"Tidak, Fumi dulu"

"Kakak saja"

"Ladies first"

Fumi menghela nafasnya, "baiklah"

"Kakak, Fumi ingin meminta maaf atas kejadian di ruang makan" kata Fumi sambil menunduk, Ruki terdiam, kini rasa bersalahnya semakin bertambah,

"Tidak, Fumi. Aku yang minta maaf, sepertinya aku memang berlebihan" Ruki berdiri dari kursinya, menghampiri Fumi yang berusaha menahan air matanya agar tidak lolos, "tidak perlu menangis, kakak minta maaf ya" kata Ruki malah membuat Fumi menangis,

"Aku juga minta maaf, ka karna marah tanpa menanyakan alasan kepada kakak" kata Fumi sambil terisak, Ruki pun memeluk dan mengusap lembut kepala Fumi, membiarkannya menangis di dalam pelukan Ruki. Untuk pertama kalinya Fumi dipeluk oleh Ruki, aroma woody langsung memenuhi indra perciuman Fumi, aroma yang sangat menenangkan.

"Fumi kenapa belum tidur hm?"

"Aku tidak bisa tidur" jawab Fumi masih sedikit terisak,

"Apa ada yang Fumi pikirkan?" Fumi menggelangkan kepalanya, sepertinya pikiran yang membutnya tidak bisa tidur sudah terlepas, Fumi merasa sudah lega,

"Baiklah, sebaiknya Fumi kembali ke kamar untuk tidur" pinta Ruki,

Fumi melepaskan pelukan Ruki kemudian menatapnya, "bolehkan aku membaca buku ini dulu? Disini?"

Ruki tersenyum, adiknya sangat lugu, siapa yang melarangnya untuk membaca buku? "Tentu,"

Sekitar setengah jam Ruki kembali duduk di kursi untuk membaca buku, ia melihat kearah jam dinding, sudah pukul setengah tiga, kemudian ia menoleh kearah Fumi.

"Astaga, dia tertidur"

Ruki melihat Fumi tertidur dengan tangan yang masih memegang novel diatas perutnya. Kepalanya sedikit miring dan rambutnya sedikit menutupi wajahnya. Ruki mengambil novel yang masih Fumi pegang lalu meluruskan badan Fumi untuk tidur diatas sofa panjang dengan perlahan. Ia mengambil selimut dan menyelimuti tubuh Fumi supaya tidak kedinginan.

"Selamat tidur"

















~~~~~~~~~~

Fumiii kenapa keuwuan mu berlapis-lapis?

Sebenernya karakter Fumi disini manja banget gitu ya ga gaes? Agak kesel sih tapi gapapa, biar uwu 😁

-Kyu

My Oniichan-s || JO1 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang