Lelaki itu menggandeng tangan Fumi dan menuntunnya untuk melangkah keluar gedung. Fumi yang masih syok hanya bisa mengikuti langkah itu sambil berusaha menahan air matanya.
Fumi masih menunduk, meski kakinya sudah berhenti, ia bahkan belum sanggup untuk mengangkat kepalanya-melihat siapa seseorang yang telah mengajaknya keluar. Lelaki itu melepaskan genggamannya lalu menuntun Fumi untuk duduk.
Fumi hanya diam, begitupun lelaki yang berada dihadapannya saat ini. Lalu dengan sedikit terkejut Fumi mendapatkan usapan pelan dikepalanya, lelaki itu berjongkok kemudian mengalihkan rambut Fumi yang semula menutupi wajahnya kebelakang telinga dan mengusap air mata Fumi dengan lembut.
"Hiks" Fumi masih terisak, namun tangan lembut itu bisa membuatnya menjadi lebih tenang. Aroma citrus yang sangat Fumi kenal langsung memenuhi indra penciumannya, membuat Fumi malah semakin menangis.
"Kakak" panggilnya pelan,
lalu tangisnya semakin pecah. Lelaki itu mendekat, lalu menarik Fumi kedalam pelukannya. Membiarkan Fumi menangis dengan puas disana,
"Menangislah. Kakak disini" katanya sambil mengusap punggung Fumi.
Sampai akhirnya Fumi berhenti menangis. Ia melepaskan pelukan lalu merapihkan rambutnya sendiri, mengontrol nafasnya lalu disusul Junki yang duduk disebelahnya.
"Kakak"
"Iya?"
"Apa kakak tahu kenapa aku seperti ini?" Tanya Fumi, "mungkin"
"Aku tidak mengerti kenapa bisa sesedih ini, tapi-" Fumi menarik nafasnya dalam, karena tangisnya tadi membuat nafasnya menjadi tidak teratur,
"Aku seketika malah merasa bersalah" tambahnya membuat Junki menoleh kearah Fumi,
"Aku bahkan belum bertanya dia siapa dan mendengarkan penjelasan dari kak Keigo. Tapi aku sudah berfikiran negatif dan menyalahkan kak Keigo didalam fikiranku sendiri" katanya lagi.
Fumi memang sedih, ia melihat seorang wanita tampak mesra berasa kekasihnya. Tapi Fumi juga bahkan belum mendengar alasan apapun dari Keigo.
"Bisa saja aku salah paham. Ya kan, kak?"
Junki melihat guratan senyum yang muncul di wajah adiknya. Ia sedang menghibur diri. Fumi selalu begitu, tidak mau menyalahkan orang dan berakhir menyiksa dirinya sendiri dengan perasaan bersalah tanpa alasan.
"Iyaa. Mungkin kamu benar" jawab Junki mencoba mendukung. Ia merasa itu hal terbaik yang bisa dilakukan untuk sekarang. "Aku harus mendengarkan penjelasan dari kak Keigo dulu. Ya kan, kak?" Tanya Fumi lagi
"Iyaa. Fumi"
"Kak Keigo tidak mungkin seperti fikiran buruk yang sedang aku pikirkan bukan, kak?"
Junki mendengarnya, suara Fumi semakin bergetar bahkan air matanya kembali turun. "Semua pasti bo-"
"Iyaa. Fumi. Kamu perlu mendengarkan penjelasan terlebih dahulu. Semua yang kamu katakan benar." Kata Junki sambil merangkul Fumi dari samping, ia sedikit menunduk untuk melihat wajah Fumi. Junki menunjukkan senyum hangatnya, lalu mengusak gemas rambut Fumi.
Keadaan kembali hening, Fumi dengan pikirannya sendiri, dan Junki yang sibuk menenangkan Fumi sampai ia dengan ragu memanggil lelaki yang dianggap sebagai kakak tersebut,
"Kakak"
"Hm?"
"Kakak kenapa tidak pernah mengunjungiku belakangan ini?" Tanya Fumi sambil memainkan jari-jarinya,
"Eh?"
"Aku menunggu kakak. Setiap hari"
Junki mengedipkan matanya berkali-kali, berusaha mencerna kata-kata yang keluar dari Fumi barusan. "Benarkah?"

KAMU SEDANG MEMBACA
My Oniichan-s || JO1
FanfictionOniichan adalah panggilan dari seorang adik untuk kakak laki-laki kesayangannya. Lalu bagaimana jika memiliki dua orang kakak? Menyenangkan? Atau malah membuat bingung? Cast : - Shiroiwa Fumi (OC) - Shiroiwa Ruki - Kono Junki - and other JO1 memb...