34♡

44 6 1
                                    

Syoya merapihkan selimut dan memeriksa keadaan nyonya Kimata dengan seksama. Keadaannya semakin membaik dan tentunya membuat Syoya senang.

"Syoya.." panggil nyonya Kimata kepada anak sulungnya itu,

Syoya selesai merapihkan selimut kemudian duduk didekat nyonya Kimata "hmm?"

"Maafkan mamah karena jarang berbicara denganmu. Kamu pasti memiliki banyak kesulitan dan hanya memendamnya sendirian" kata nyonya Kimata membuat Syoya terdiam,

"Mamah mencoba meluangkan waktu tapi, tetap saja merasa tidak pernah berada disisimu"

"Tidak apa-apa, mah" jawab Syoya tidak ingin menunjukkan perasaan seseungguhnya,

"Apa kamu sering dipukul papah?" Tanya nyonya Kimata sambil mengecek wajah Syoya apakah ada lebam atau tidak,

Syoya menggeleng "aku sudah kabur sebelum itu terjadi" jawabnya,

"Papamu sangat keras, ia ingin kamu sempurna dan menaruh seluruh bebannya untuk kamu ambil kelak. Tapi mamah tau, kamu tidak tertarik dengan dunia bisnis, bukan?"

Syoya menatap nyonya Kimata, "bagaimana mamah bisa tahu?"

Nyonya Kimata tersenyum, "kamu tidak tahu kan hubungan ku dengan Ruki itu sangat dekat? Ruki menceritakan semuanya kepadaku. Terutama tentang minatmu kepada dunia kesehatan, kamu ingin menjadi dokter kan"

Syoya terdiam, padahal Syoya tidak bercerita secara frontal bahwa ia ingin menjadi seorang Dokter kepada Ruki,

"Mamah mendukungmu, Syoya. Aku senang kamu memiliki sesuatu yang ingin kamu capai"

"Tapi, papah tidak mungkin setuju"

Nyonya Kimata meraih tangan Syoya "untuk saat ini, serahkan itu kepada mamah. Dan jika sudah keterlaluan, mama memiliki cara lain"

Syoya nampak bingung dengan perkataan mamanya, cara lain apa? Bagaimana? Namun saat pikiran-pikiran itu muncul, Nyonya Kimata mengusak rambut Syoya membuyarkan lamunannya,

"Sudah, tidak usah dipirkan"

----

Akhir pekan menjadi waktu dimana Sukai bekerja paruh waktu di sebuah kafe. Karna kakaknya pernah bekerja paruh waktu di kafe, dan cukup mahir, Sukai pun menjadi sedikit tahu dan memutuskan bekerja paruh waktu sebagai seorang barista.

Dengan apron hitam, kemeja coklat muda, dan topi ala barista Sukai melayani pengunjung dengan ramah dan hati-hati. Pengunjung hari ini tidak terlalu ramai, sehingga Sukai bisa sedikit beristirahat dan berlatih beberapa resep baru yang akan dikeluarkan kafe.

Cling

Lonceng pada pintu berbunyi menandakan ada pelanggan baru. Mendengar itu Sukai segera  merapihkan apron nya dan menuju pelanggan.

Sukai menahan nafasnya, ia terkejut dengan pelanggannya kali ini. Tubuh tinggi dengan rambut hitam, badannya berbalut jas casual. Sukai dapat dengan jelas mengetahui itu adalah Keigo.

Namun, bukan itu yang membuat Sukai terkejut. Sukai melihat Keigo datang bersama seorang wanita yang nampak sangat manja menempel pada tubuh Keigo.

Sukai mengepalkan tangannya kesal, tapi jika ia marah disini pastinya ia akan mendapatkan masalah. Sukai tidak mau membuat keributan apalagi kafe ini milik teman kakaknya. Sukai menarik nafas berusaha tenang, memakai maskernya dan berjalan mendekat.

"Satu americano dan latte" pesan Keigo kepada Sukai,

"Aku mau cheesecake juga, sayang" kata wanita disebelahnya Keigo, Sukai sempat menatap wanita itu lekat sebelum wanita itu sadar. Ia tidak mengenalnya namun dari dandannya tampak seperti orang yang boros dan suka pamer kekayaan.

"Baiklah, apa lagi?"

"Sudah, cukup" balas wanita itu "tolong cepat ya" tambahnya kepada Sukai,

Sukai tidak bisa berkata apa-apa selain mengulangi pesanan. Ia sangat marah sekarang, melihat pacar dari teman yang ia sukai sedang selingkuh didepan matanya. Bagaimana bisa Sukai tenang?

Setelah mengantarkan pesanan, Sukai melepas apronnya, ia butuh udara luar untuk menjernihkan pikirannya sesaat. Saat ia melihat kearah luar, Sukai melihat seorang gadis yang berdiri mematung beberapa detik sebelum akhirnya pergi darisana.

Karena merasa tidak asing, Sukai segara pergi keluar dan melihat siapa gadis itu. Dugaan Sukai benar, dia adalah Fumi. Sukai dapat melihat Fumi yang sibuk mengusap air matanya dari kejauhan. Tubuhnya ingin menghampiri Fumi, namun tertahan lagi setelah melihat seseorang datang menghampiri Fumi.

Dengan tersenyum Fumi menyambut orang itu. Layaknya tidak terjadi apa-apa Fumi tertawa setelah mendengar seseorang itu bercerita.

Hati Sukai semakin menciut ketika kepala Fumi diusap lembut. Sukai seperti menerka apa yang telah terjadi. Fumi pasti menangis karna melihat Keigo dengan wanita lain, namun didepan Junki ia berpura-pura tidak melihat apapun dengan memperlihatkan senyumannya.

Sukai berbalik, berjalan lagi menuju kafe, karena semakin ia melihat Fumi, semakin besar rasa ingin menghabisi Keigo saat itu juga.






Waktu makan malam dikediaman keluarga Kinjo. Semua makanan sudah siap, tuan dan nyonya Kinjo bahkan Wonu sudah duduk dimeja makan.

"Mana Sukai? Biasanya dia yang duduk paling awal" tanya tuan Kinjo membuat yang lainnya ikut bertanya-tanya,

"Sepertinya main game" jawab Wonu,

"Tolong panggil, Sukai, Wonu, ini sudah waktunya makan malam" pinta nyonya Kinjo. Wonu langsung berdiri kemudian berjalan menuju lantai dua dimana kamarnya dan kamar Sukai berada.

Wonu membuka pintu kamar, seperti dugaan, Sukai sedang bermain game dikomputernya,

"Mati kau! Mati!!" Kata Sukai kasar ketika bermain game, kakaknya bersandar dipintu dengan kedua tangan dilipat didepan dada, namun Sukai tampak tidak merasa terganggu dan tetap melanjutkan gamenya,

"Kau seperti benar-benar ingin membunuh seseorang"

"Memang" jawab Sukai

Wonu makin tidak habis pikir, apalagi setelah melihat Sukai menekan keyboard dan menggeser mouse dengan emosi, "Makan malam sudah siap, kau harus punya tenaga jika ingin membunuh seseorang" kata Wonu namun tidak dihiraukan Sukai,

"Astaga.."

Wonu menghamipir Sukai, melepas headphone adiknya dan menarik badan Sukai keluar kamar "Jangan membuat yang lain menunggu"

Sukai mencoba melepaskan kuncian dari Wonu, "Makan saja duluan" jawab Sukai,

"Sudah diam. Makan dulu" Wonu mendorong badan Sukai sambil memegangi kedua tangan Sukai dari belakang. Seperti sedang membawa seorang penjahat untuk diadili.

Sukai boleh juara karate ketika disekolah, tetapi dirumah Wonu masih lebih jago darinya. Sukai itu pada dasarnya memang tidak pernah menang dari kakaknya. Entah bagaimana Wonu selalu memiliki cara untuk mengalahkan Sukai dalam hal apapun.

Wonu mengantarkan atau lebih tepatnya memaksa Sukai untuk duduk dikursi, setelah itu ia kembali duduk dikursinya. "Nah, duduk, makan, baru bisa membunuh orang nanyi" kata Wonu ,

"Sukai ingin membunuh apa? Siapa?" Tanya Nyonya Kinjo,

"Tidak, ibu.. kak Wonu memang tidak jelas"

"Ey.. padahal kau sendiri yang bilang tadi" balas Wonu

Sukai hanya menghela nafasnya, ia tidak ingin berdebat sekarang.

"Sudah-sudah, ayo makan" ajak Nyonya Kinjo kemudian mulai makan bersama
"Itadakimasu"


















~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Kyu lagi bucin Wonwoo nih skskssks

-Kyu

My Oniichan-s || JO1 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang