30♡

57 10 7
                                    

Ruki, Fumi, dan Syoya melangkahkan kakinya tergesa-gesa. Pasalnya mereka belum mengetaui bagaimana keadaan Nyonya Kimata saat ini. Ruki sudah menghubungi tuan Kimata tapi sayangnya beliau sedang berada diluar kota menghadiri rapat penting, sehingga nyonya Kimata hanya sendirian disana.

Syoya membuka pintu ruang VIP rumah sakit, ruang dimana nyonya Kimata sedang terbaring lemah dengan infus yang terpasang ditangan kirinya. Pakaian formal yang biasa nyonya Kimata kenakan sudah diganti dengan baju khas pasien rumah sakit. Kaki Syoya melangkah pelan, mendekatkan dirinya ke ranjang rumah sakit yang berada didekat jendela. Ia melihat wajah ibunya dengan lekat, memikirkan bagaimana sulitnya hidup berkeluarga tetapi seperti hidup untuk sendiri.

Nyonya Kimata memiliki bisnis sendiri, sehingga selalu pulang larut. Syoya hanya bisa melihatnya berada dirumah di hari libur, itupun hanya sebentar karena dirumah pun nyonya Kim sibuk dengan pekerjaannya yang ia bawa pulang kerumah. Syoya merasa sedikit senang  karena akhirnya ia bisa melihat ibunya tidak sibuk dengan pekerjaan walaupun dalam keadaan seperti ini.

Syoya menggenggam tangan kanan ibunya yang lemah. Bahkan syoya lupa bagaimana sentuhan ibunya, ia lupa kapan terkahir kali mereka saling bersentuhan seperti ini. Lama kelamaan Syoya menjadi semakin sedih, ia jadi teringat adiknya yang beberapa tahun lalu pernah berada dalam posisi seperti ini.

Sebuah tangan mendarat dibahunya dengan lembut, seakan menyalurkan ketenangan dan membuat Syoya menjadi lebih tegar.

"Aku ikut sedih, Syoya" kata Fumi pelan. Walaupun ia tidak pernah mengetahui bagaimana rasanya melihat ibunya terbaring lemah sakit didepannya, tetapi Fumi bisa merasakan kesedihan yang Syoya rasakan. Fumi juga bisa merasakan kekhawatiran yang dibalut rapih oleh Syoya agar tidak kelihatan.

"Terimakasih, Fumi" jawab Syoya masih menatap nyonya Kimata dengan lekat, berharap ibunya bisa melihat bagaimana Syoya merasa sangat khawatir dengan keadaan beliau.

Pukul tujuh malam, nyonya Kimata sudah siuman dan sekarang sedang diperiksa keadaannya oleh dokter. Syoya berdiri sambil bersandar ditembok dekat ranjang sambil melihat kearah luar jendela, namun telinganya sibuk menyimak apa yang dikatakan dokter kepada nyonya Kimata. Sedangkan Fumi berada didekat Ruki sambil memainkan jarinya ikut menyimak apa kata dokter meskipun ia banyak tidak mengerti, hanya menebak-nebak apa yang disampaikan dokter kepada nyonya Kimata.

"Ruki-san.." panggil nyonya Kimata setelah dokter dan seorang perawat keluar dari ruangan,

"Hai'"

"Terimakasih sudah berkunjung dan maaf sudah membuatmu repot. Lalu.. Fumi-chan, benar kan?" Tanya nyonya Kimata yang sekarang melihat kearah Fumi,

"Hai' benar.." jawab Fumi canggung,

Nyonya Kimata tersenyum, "kamu sangat manis, mirip seperti ibumu" kata nyonya Kimata membuat Fumi bingung,

"I—ibuku?"

Nyonya Kimata mengangguk, "kami pernah bertemu sekali, saat itu bersama tuan Shiroiwa juga. Maaf, Ruki-san aku tidak bermaksud membongkar rahasia Shiroiwa-san"

"Tidak masalah.."

"Saat itu, ibumu terlihat sangat manis meskipun terlihat sangat muda. Ibumu orang yang sangat baik, Fumi"

Fumi hanya bisa terdiam sambil mendengarkan nyonya Kimata mendeskripsikan bagaimana ibunya dahulu. Mungkin jika ia diberi satu permitaan, ia akan meminta untuk bisa bertemu dengan ibunya meskipun hanya sekali. Semua yang dikatakan nyonya Kimata membuat jantungnya berdegub lebih cepat kemudian menampakkan senyuman tipis meskipun kini air matanya sudah berkumpul dipelupuk mata.

"Oh.. maaf, Fumi-chan. Aku tidak bermaksud membuatmu menangis"

Fumi menggelengkan kepalanya "tidak, Nyonya. Aku justru merasa senang" jawabnya sambil menunjukan  senyumnya,

My Oniichan-s || JO1 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang