Chapter 1.13

450 66 2
                                    

"Minum lagi!!!" ucap amare sambil menuangkan minuman ke dua gelas milik asuka dan fanji disertai sorakan banyak orang.

"Hmp!" suara yang keluar dari asuka yang menahan muntahnya karena terlalu banyak minuman yang sudah dia minum.

Melihat reaksi asuka pun membuat semua orang disana bersorak lebih ramai lagi, kecuali fanji yang juga sedang meminum bersama mereka.

"Semabuk itu kah minuman ini?" batin fanji menatap gelas yang dia pegang. "Tapi aku hanya merasakan sedikit mabuk saja?" lanjut batin fanji setelah meminumnya.

"A-aku gak kuat lagi.... Huek!!" ucap asuka yang sudah tidak bisa menahan mabuknya.

"Fanji pemenangnya!!!" teriak amare sambil menunjuk fanji yang membuat semua orang bersorak ramai, tetapi membuat fanji kaget karena dia tidak tau kalau dia dan asuka sedang di permainkan oleh amare.

"Mas fanji.... Hiick..." ucap asuka dengan cegukan karena mabuk sambil merangkul fanji dan mendekatkan wajahnya ke fanji.

"Bau alkohol" batin fanji menutup hidungnya.

"Mas fanji tidak boleh begitu... Hiick.. Kamu harus kalah.." lanjut asuka sambil memegang wajah fanji yang membuat fanji gugup. Tetapi kejadian itu malah membuat semua orang tertawa dan membuat fanji malu, sedangkan asuka masih mabuk.

"Iya.. Aku kalah" balas fanji mencoba menjauhkan wajah asuka darinya. "Jadi tolong lepaskan aku" lanjut fanji karena tidak bisa melepas rangkulan asuka yang terlalu kuat.

"Ti-tidak boleh.. Hiick.. Kau harus membayarnya.. Malam ini ayo kita lakukan bersama.. Hanya berdua.. Didalam kamar... Bruukk" ucap asuka dengan berakhir jatuh kebelakang karena mabuk. Tetapi kata-kata terakhir dari asuka membuat semua orang semakin ramai dan menyemangati fanji.

"Aku tidak tau kalau muridku yang pemalu itu akan seganas ini saat mabuk" ucap amare sambil menggaruk belakang kepalanya.

"Itu gara-garamu! Sampe buat permainan kayak gini" ucap fanji kesal pada amare.

"Hehehe.. Kalau gak gini gak seru" jawab amare yang membuat fanji kesal.

"Tenanglah fanji.. Berkat tuan amare juga, malam ini kau akan hohohihe bukan? Santai... Di tempat kami ada pengaman dengan banyak varian rasa" ucap pria dengan memakai baju seperti tabib jaman dulu dan dia merangkul fanji.

"Baru masuk udah asal main malam aja nih bochil" ucap wanita dengan baju seragam sekolah biasa.

"Eh? Apa wanita ini cuma pelajar?" batin fanji melihat seragam yang wanita itu kenakan.

"Eh.. Kenapa liat-liat tubuhku.." ucap wanita sambil memegang dagu fanji. "Mau bermain denganku kakak ganteng??" ucapnya sambil menunjukkan pisaunya dan menjilatnya. Melihat hal itu, fanji pun sadar bahwa sepertinya wanita itu juga termasuk pembunuh bayaran.

"Su-sudahlah! Biar ku bantu asuka.." ucap fanji lalu mencoba membantu asuka berdiri yang sejak tadi tergeletak ditanah.

"Kau mau ke kamar sekarang? Tidak ku sangka fanji juga tidak sabaran untuk tancap gas" ejek amare yang membuat fanji menghela nafas.

"Huft.. Ouh ya, boleh ku tau dimana kamarnya asuka?" tanya fanji kepada amare.

Mendengar pertanyaan fanji, guru alciel mendekati amare dan berbisik padanya. Terlihat sekilas ada senyuman di wajah amare dan guru alciel yang membuat fanji merasa tidak enak.

"Apalagi yang akan terjadi..." batin fanji melihat amare dan guru alciel tersenyum menatap fanji dan gadis yang dia bantu berdiri.

"Ouh fanji! Ayo kuantarkan ke kamarnya asuka.." ucap guru alciel.

The Four Pillars of God : The forgotten pillars (On-Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang