Chapter 1.18

399 58 0
                                    

"Maafkan... Aku sayang.. Aku terlalu lemah.. Kan? Hehe.." ucap seorang wanita sambil tersenyum masam dengan luka yang amat parah di seluruh tubuhnya.

"Siapa wanita ini? Kenapa dia sekarat? Aku tidak bisa melihat wajahnya..."

"Bukan!!! Aku yang salah! Aku yang terlambat datang!!! Kau kuat!! Bertahanlah! Aku akan menyembuhkanmu! Tenang saja!!" teriak pria berambut putih dengan air matanya mengalir sambil menggenggam erat tangan wanita itu lalu mengeluarkan mantra sihir.

"Siapa pria berambut putih itu?"

"Sudahlah.. Kau pasti sudah tau itu tidak bisa menyembuhkan ini.. Tenang saja.. Ini tidak sakit kok..." balas wanita itu dengan nada lemas dan senyuman yang terlihat dipaksakan.

"Tidak.. Hiks.. Ini tidak mungkin.. Ah iya!! Ku tahu! Para pillar pasti bisa!" balas pria itu terlihat sangat cemas lalu hendak mengeluarkan sihir, tapi tangannya yang ditarik wanita itu membuatnya terhenti.

"Jangan.. Aku hanya minta satu hal padamu.. Jaga Taku ya.." ucap wanita itu dengan lemas.

"Tidak! Kau yang harus menjaga anak nakal itu! Kau ibunya.. Hiks.. Kau ibunya.. Hiks.. Huaarggghhhhh!!!"
........................................................................

"Huaaarrrrggggg!!!!" teriak fanji bangun dari pingsannya yang membuat asuka melompat kaget menjauh dari fanji.

"Apa-apaan kau in- eh? Kenapa kau menangis?" ucap asuka bingung melihat air mata fanji mengalir deras.

"Eh?" ucap fanji yang juga bingung sambil mengusap air matanya. "Entahlah, aku seperti melihat mimpi buruk" lanjutnya.

"He?? Kau baru beberapa menit berlatih denganku terus pingsan dan menangis?" ejek amare yang membuat fanji mengingat bahwa dia sebelumnya baru saja pingsan karena pelatihan milik amare.

Kembali beberapa jam yang lalu, fanji ditemani asuka mengunjungi amare untuk meminta pelatihan khusus darinya dan entah kebetulan atau tidak, amare juga hendak mencari fanji untuk melatihnya tetapi malah fanji sudah mendatanginya terlebih dahulu.

Pada saat itu pun fanji di ajak oleh amare ke tempat khusus yang hanya beberapa orang saja yang diperbolehkan masuk, sebenarnya asuka masih belum tidak diperbolehkan masuk tetapi karena fanji yang memintanya untuk menemaninya, amare pun memperbolehkannya.

Tempat khusus itu sangat luas, seperti lapangan sepak bola umumnya, memiliki alas berupa rumput dan dipagari dinding besi yang lumayan tinggi. Didalamnya terlihat ada beberapa orang sedang berlatih dengan kemampuan yang mereka punya.

"Biar ku jelaskan pelatihan milikku.. yang pertama, kau tidak akan bisa masuk ke pelatihan lainnya karena pelatihan yang ada disini khusus untuk melatih seseorang yang memang sudah memiliki bakat. Pelatihan dengan menitikberatkan perkembangan bakat yang sudah dimiliki. Lalu yang kedua semua yang ada disini adalah muridku.. Ehmm.. Maksudku hanya aku yang mengajar. Lalu yang ke tiga, kau harus tau Element Ki yang kau miliki" jelas amare yang membuat fanji dan asuka sedikit kaget saat mendengar kata yang familiar ditelinga mereka.

"Ki??!!" balas fanji dan asuka bersamaan.

"Ki yang kekuatan-kekuatan kayak... Sstt... Boam! Gitu?" ucap fanji sambil memperagakan apa yang dia pikirkan.

"Bukan seperti itu! Pasti seperti kekuatan dalam atau kekuatan batin! Benarkan tuan amare?!" sahut asuka yang tidak kalah semangatnya.

Mendengar tanggapan dua orang didepannya, membuat amare tertawa terbahak-bahak. Dia tidak menyangka gadis yang dia bawa dari panti asuhan bisa sepolos itu, ditambah lagi orang yang sama sepertinya, salah satu pillar juga seperti itu.

The Four Pillars of God : The forgotten pillars (On-Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang