Chapter 1.22

307 43 2
                                    

"Bibi hanako?" tanya gadis kecil itu sambil mengikuti hanako didepannya.

"He'em" jawabnya

"Nama yang indah!" balas gadis kecil itu dengan mata berbinar-binar yang membuat hanako tertawa kecil.

"Melihatmu, aku teringat anakku yang ada di panti asuhan" ucap hanako yang membuat gadis kecil itu penasaran.

"Apakah anak bibi setinggi aku??" tanyanya dengan semangat sambil menunjukkan ukuran badannya.

"Eh.. Ya mirip sepertimu" jawab hanako

"Apakah aku bisa berteman dengannya?!!" tanya gadis itu yang membuat hanako berhenti berjalan dan menatap heran kepadanya.

"Pertanyaan ini..." batin hanako.

"Memang kenapa?" tanya hanako

"Kata nenek, teman itu orang yang baik! Teman itu mempunyai tinggi yang sama denganmu! Nenek dulu pernah punya teman katanya! Jadi aku juga mau punya teman!" jawab gadis itu dengan polosnya.

"Hahaha iya.. Tentu bisa.. Kau pasti bisa berteman dengannya" jawab hanako sambil mengelus kepala kecil gadis itu.

"Tapi.. Teman itu tidak harus sama tingginya denganmu.. Teman itu tidak bisa diukur dengan apapun, entah tinggi pendek, kaya miskin, baik atau jahat, jika dia dekat denganmu dan kenal denganmu, maka dia adalah teman.. Jika kau punya teman, bersikap baiklah dengannya, maka dia akan baik denganmu" jelas hanako dan gadis kecil itu sedikit bingung.

"Benarkah? Hm.. Berarti nenek adalah temanku? Bibi juga? Orang-orang di sekitarku juga??" tanya gadis itu.

"Iya dong" jawabnya melanjutkan perjalanannya.

"Hm.. Kalau gitu gak jadi teman sama anak bibi" jawab gadis itu membuat hanako kaget.

"Eh? Kenapa?"

"Kebanyakan teman nanti aku" jawab gadis itu membuat hanako tertawa.

"Tidak masalah! Banyak teman itu lebih baik!" jawab hanako

"Benarka-"

"Kita masuk kereta dulu" ucap hanako saat tiba didepan jalan masuk stasiun bawah tanah.

"Kereta?! Apakah itu mobil yang berbentuk ular?" tanya gadis itu dengan polosnya.

"Hahaha iya" jawab hanako tertawa geli mendengarnya.

Mereka berdua pun masuk kedalam kereta. Gadis kecil itu merasa sangat ketakutan saat berada didalam kereta tersebut, tangan kiri hanako dipegang erat-erat olehnya. Melihat reaksi gadis kecil itu, hanako menepuk-nepuk pelan kepala gadis itu sambil memberi isyarat "tidak apa-apa".

Saat sampai ditujuan, mereka berdua keluar dari kereta. Saat itu juga gadis kecil itu merasa mual dan hendak muntah. Hanako pun langsung mengajaknya ke kamar kecil terdekatnya, dia tidak sadar gadis kecil itu pertama kalinya menaiki kereta bawah tanah.

Setelah selesai dari urusannya, mereka berdua melanjutkan perjalanannya. Tempatnya tidak begitu jauh dari stasiun itu, hanya berjalan kaki beberapa menit, mereka pun sampai ditujuan.

"Kita sudah sampai" ucap hanako saat didepan panti asuhan miliknya.

Gadis kecil itu diam melihat rumah yang cukup besar didepannya, dia kaget saat mengerti hanako pemilik rumah besar ini.

"Rumah yang besar.. Bibi pasti orang banyak uang.." ucap gadis itu yang masih menatap rumah itu.

"Hahaha tidak kok, ini panti asuhan.. Jadi uang yang ada disini bukan punyaku, itu milik mereka yang mendonasikan untuk panti asuhan ini" jelas hanako dan gadis kecil itu kebingungan tidak mengerti.

The Four Pillars of God : The forgotten pillars (On-Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang