Chapter 1.34

260 40 4
                                    

"Aku pulang.." ucap brian saat membuka pintu kamar.

"Bfftt!! Kenapa dengan wajahmu?! Apakah peringkat satu bisa babak belur seperti itu?! Hahahaha!" ucap fanji melihat brian dengan wajah penuh lebam, mendengar ucapan fanji, asuka mencoba menahan tawanya walaupun sedikit cemas dengan apa yang terjadi pada brian.

"Kau belum tahu rasanya dihajar pake sihir sih" balas brian langsung merebahkan badannya ke kasur.

"Sihir?" tanya fanji bingung.

"Oh.. Sepertinya ku tahu alasannya" sahut asuka lalu berbisik ke fanji.

"Bfftt! Hahaha!! Jadi kau ke-"

"Ya ya ya itu" potong brian kesal.

"Makanya diajak ama tuan karim tadi" ucap asuka lalu membongkar-bongkar koper miliknya mencari kotak obat.

"Ya itu.. Gak usah dibahas.. Oh ya, omong-omong dah selesai debatnya?" tanya brian yang membuat fanji dan asuka merinding bersamaan seketika.

"De-debat apa ya..." balas fanji.

"I-iya.. Ah.. Ini kotak obatnya ketemu" sahut asuka lalu berjalan mendekati brian.

"Debat yang i-"

"Mana yang luka?" potong asuka sambil membawa perban.

"Aku cuma lebam aja, gak ada yang bocor, kenapa harus perban?" balas brian kesal.

"Omong-omong, debat yang ku-" ucapan brian terpotong seketika saat asuka langsung membelit mulut brian dengan perban.

"Jangan tanya lagi ya...." bisik asuka sambil tersenyum, tapi itu bukanlah hal yang baik.

Mendengar bisikan asuka, secara reflek pun dia langsung menganggukkan kepalanya dengan cepat.

"Jadi.. Butuh obat oles saja kan????" tanya asuka dengan nada menekan.

"I-iya.." balas brian tersenyum masam.

"Tidak kusangka.. Walau hanya peringkat 7 tapi kalau cewek pasti berbahaya.." batin brian sambil menelan ludahnya.

"Kau belum makan? Ku buatkan ya" ucap fanji berjalan kearah dapur.

"Ah iya, terimakasih" balas brian.

Setelah beberapa saat, sebagian besar di kepala brian sudah diolesi obat milik asuka. Brian pun pergi kedapur dengan niat menanyakan yang dipikirkannya.

Tok tok tok

"Mas bro.." panggil brian pada fanji yang sedang memotong beberapa sayuran.

"Hm?" balas fanji singkat.

"Jadi.. Bagaimana kabarmu dengan asuk-"

Cep..

Ucapan brian seketika berhenti saat sebuah pisau terlempar hampir mengenainya dan sekarang tertancap di tembok dibelakang dia berdiri.

"Ah! Maaf, jatuh.. Tadi kau tanya apa?" ucap fanji tersenyum mengambil pisau yang tertancap tersebut.

"Baj*ngan, mana ada jatuh nancap kedinding as*" batin brian kesal.

"Hahahaha iya-iya, biar ku jelaskan" ucap fanji lalu menjelaskannya pada brian.

"Ohhh... Nice nice.., baguslah kalo gitu" balas brian setelah mendengar penjelasan dari fanji.

"Huum..., dah sana, aku masak dulu" ucap fanji.

"Oke..." balas brian lalu meninggalkan fanji.

Beberapa saat kemudian, fanji datang dengan seporsi nasi goreng seperti sebelumnya.

The Four Pillars of God : The forgotten pillars (On-Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang