Chapter 1.24

294 45 2
                                    

Tujuh hari sudah berlalu, fanji dan asuka rajin berlatih khusus bersama amare tiap harinya, dari waktu sang surya berkata "Hi! I'm coming baby!!" sampai saat dia berkata "sayonara... Baby.."

Datang dengan tubuh yang bugar, dan kembali dengan tubuh yang remuk. Itulah yang mereka rasakan selama tujuh hari itu.

Pada pelatihan tersebut, asuka sudah mengetahui macam element ki miliknya di hari ke tiga dan selalu melatihnya sampai dia mahir dengan gaya bertarung miliknya pada hari ke tujuh.

Sedangkan... Main character kita.. Fanji cakrawangsa...

"Hiks.. A-aku sudah berlatih dengan amare selama seminggu.. Aku juga sudah menahan rasa sakit di pukul.. Dikunci.. Dibanting.. dan amare masih belum mengetahui jenis element ki milikku??!!!!  Apa dia bercanda!! Aku sudah keluar masuk di kamar tuan lu xiang lima kali tahu!!!" teriak fanji sambil menangis dipojokkan kasur dengan asuka menepuk-nepuk punggungnya.

Asuka pun merasa sedih melihat kondisi fanji saat ini. Dia sendiri tahu bagaimana amare berlatih dengan mereka, dan betapa sakitnya apa saja yang disebutkan fanji sebelumnya.. Termasuk masuk kamar tuan lu xiang, orang yang berprofesi tabib di klan red tail.. Tapi jangan berfikir didalam kamar itu seperti rumah sakit atau tempat klinik pada umumnya.. Kamar itu lebih tepat disebut tempat penyiksaan, bahkan author sendiri merasa takut untuk menjelaskannya.

"Cup cup.. Ah iya! Bukankah kau semakin kuat?! Apa kau tidak ingat tuan amare pernah menyuruhmu untuk tidak menghindari serangan miliknya?" ucap asuka berusaha menenangkan fanji yang sedih itu dengan mengingatkannya sesuatu.

Fanji pun mengingat saat dia berlatih dengan amare, dia yang sebenarnya takut dengan serangan milik amare membuatnya semakin gesit untuk menghindari serangan amare. Bahkan amare yang kesal karena tidak bisa mengenai fanji menyuruhnya untuk menerima serangan miliknya yang padahal itu bukan untuk mengetahui element ki tapi karena amare kesal tidak bisa menyentuh fanji.

"Ya.. Dan aku tidak bisa makan hari itu karena perutku sakit dipukul oleh amare.." balas fanji yang masih mengingat hal yang paling buruk selama pelatihan itu.

"Aduh.. Salah bicara.." batin asuka merasa bersalah melihat fanji semakin sedih.

"Huft... Jangan sedih lah.." ucap asuka yang masih mencoba menenangkan fanji.

"Apa yang bisa membuatmu sedikit tenang? Mungkin aku bisa mencarikannya" tanya asuka yang membuat fanji sedikit melirik kearah asuka.

"Susu"

...

Untuk beberapa detik mereka terjebak dalam keheningan.

"Su-su-susu??!!" tanya asuka dengan wajahnya yang memerah menyala.

"Iya susu" balas fanji sambil mengucek matanya.

"Ti-tidak boleh!" teriak asuka sambil membentuk tanda X dengan dua tangannya kearah fanji.

"Kenapa?" tanya fanji yang sedikit heran melihat asuka.

"I-itu.. Anu.. Di-disini tidak boleh.." ucap asuka sambil memainkan jari jemarinya.

"Memang kenapa tidak boleh? Bukankah menyehatkan?" balas fanji yang masih tidak paham dengan ucapan asuka.

"Bu-bukan begitu!!! Tunggu.. Bagaimana kau tahu itu menyehatkan?" balas asuka dengan cepat merubah nada dan tempo bicara di tipe "datar".

"Bukankan semua orang tahu? Aku juga sering saat aku stress seperti ini, aku sedikit suka mencium bau susu" balas fanji yang membuat asuka semakin kaget.

"Se-sering??!!! Dan menciumnya??? Bukankah kita harus menikah dulu!!" teriak asuka yang membuat fanji kaget.

"Apa maksudmu? Aku memang sering meminumnya, tapi apa hubungannya dengan men..." ucap fanji berhenti saat dia menyadari sesuatu.

The Four Pillars of God : The forgotten pillars (On-Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang