Chapter 1.31

258 43 3
                                    

"Kenapa tidak menyala?"

Itulah kata-kata yang keluar dari mulut fanji dan sekitarnya.

Ini adalah pertama kalinya dimana seseorang yang menyentuh batu itu dan simbol itu tidak menyala. Pada umumnya manusia memiliki maksimal mana masing-masing, entah itu sangat besar maupun kecil.

"Apa artinya itu?"
"Tidak punya mana?"
"Tidak bisa menggunakan sihir?"
"Kasihan sekali.."
Suara bisik-bisik terdengar jelas disekitar fanji.

Sedangkan fanji masih diam menatap kearah simbol tersebut. Dia masih memikirkan apa yang telah terjadi dihadapannya sekarang.

"Batunya rusak? Kan?" tanya fanji dengan wajah yang sangat terlihat kecewa kearah karim dan teman-temannya.

"Mas fanji.." ucap asuka tidak tega melihat ekspresi fanji saat itu, sedangkan brian hanya diam tak menjawab.

"Ohh... Kasihan sekali kau... Tidak memiliki mana sama sekali ditubuhmu.. Oh.. Tidak.. Mengapa tuhan melakukan ini padamu.. Oh.." sahut karim dengan nada yang dibuat-buat seperti merasa kasihan.

Mendengar ucapan karim, fanji hanya diam menunduk kebawah. Sedangkan orang disekitarnya ikut sedih melihat fanji.

"Tuan.. Maafkan saya bila tidak sopan hari ini.. Walaupun mas fanji tidak bisa menggunakan sihir, rasa kasihan anda tidak ada gunanya untuk mas fanji! Mas fanji sudah cukup kuat tanpa sihir!" ucap asuka kesal merasa ucapan karim seperti ejekan.

"O-oh... Benarkah? Wow sekali..." balas karim yang membuat asuka semakin geram.

"Tenanglah.. Tidak apa-apa.., aku akan kembali saja, kalian lanjutkan saja pelatihannya.." ucap fanji menepuk pundak asuka lalu berjalan pergi.

"Tu-tunggu!" sahut asuka dan mengikuti fanji.

Saat itu, keadaan sangat hening. Para murid berpencar pergi karena merasa tidak enak melihat keadaan tegang antara karim dan asuka sebelumnya. Sedangkan karim dan brian masih berdiri ditempat.

"Hm? Kau tidak ikut dia?" tanya karim pada brian yang masih disampingnya.

"Gak ah.. Saya ini karakter yang sangat tidak cocok untuk menghibur" balas brian sambil melipat tangannya.

"Lalu? Kenapa masih disini? Oh... Apa kau mau ikut-ikutan marah? Ululululu..." ejek karim.

"Gak juga, saya cuma ingin bertanya sesuatu.. Kenapa simbol itu tidak menyala?" tanya brian yang membuat karim sedikit kaget.

"Bukankah sudah kubilang? Tidak memiliki mana" balas karim sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Sepertinya bukan itu.. Ahh.. Baiklah.. Saya ganti pertanyaan saya, kenapa saat simbol itu tidak menyala.. Anda terlihat tersenyum?" tanya brian yang membuat karim terkejut.

"A-ah.. Itu.. Anu.. Oh ya! Aku ingat, cewek kelas C-2 sedang ganti baju, bye!" balas karim seketika menghilang.

"Sudah kuduga.. Ku juga tidak akan percaya pilar seperti fanji tidak bisa menggunakan sihir" gumam brian tersenyum kecil.

Sedangkan di tempat lain, di dalam kamar, fanji langsung duduk di pinggir kasur dengan muka menatap kebawah. Asuka yang melihatnya pun duduk disampingnya dengan pikiran bingung hendak melakukan apa.

"Aku tidak apa-apa kok.. Kau bisa ikut ke pelatihan" ucap fanji tersenyum kearah asuka.. Walaupun itu terlihat seperti terpaksa.

"Tidak masalah kok! Itu hanya pelatihan saja.." balas asuka.

The Four Pillars of God : The forgotten pillars (On-Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang