Chapter 1.27

291 48 3
                                    

"Terimakasih ya"  ucap fanji sambil tersenyum kearah wanita didepannya, yang baru saja dibuatnya menjadi patung.

"ehm.. Bagaimana tadi caranya amare ya.. Gini ya.." gumam fanji mengingat gaya amare melompat tinggi meninggalkan mereka sebelumnya dan sekarang fanji jongkok mengikuti apa yang dia ingat.

"Lalu arahnya... Oke.." lanjutnya langsung melompat jauh mirip seperti amare sebelumnya. Sedangkan asuka masih diam menatap dimana wajah fanji menatapnya sebelumnya.

Bruukk!!

"Sekarang aku sudah siap malaikat maut.." gumamnya sambil tersenyum setelah jatuh kebelakang dan berakhir pingsan.

Disaat yang sama, di tempat pelatihan amare.

Bleemm!!

"Seperti biasa, kau langsung menirunya" ucap amare tersenyum masam kearah fanji yang baru saja jatuh tepat didepannya.

"Uhuk.. Uhuk.. Aku tidak akan melakukannya, kenapa harus ada efek debu-debu berterbangan seperti ini? Tidak baik untuk alveolus-ku... Yah.. Walaupun ada sillia dihidung sih.." keluh fanji yang membuat amare bingung.

"Yah.. Efek debu seperti itu banyak disukai viewer atau reader, mungkin saja kisah kita dijadikan novel atau komik, bukan? Oh ya... Bukankah seharusnya buruk untuk paru-paru?" tanya amare sedikit bingung dengan penjelasan fanji.

"Ya emang, alveolus itu ada di dal-" ucap fanji hendak menjelaskan tapi dihentikan oleh amare.

"Stop! Kau bukan akira dan jangan sampai menjadi penggantinya, aku terlalu malas memikirkan hal yang rumit" ucap amare.

"Kalau begitu.. Kita mulai saja?" ucap fanji tersenyum kearah amare.

"Kau tau apa yang ku inginkan" jawab amare tersenyum juga kearahnya.

Mereka berdua langsung meloncap kebelakang untuk memberi jarak antar mereka.

"Ayo kita mulai" ucap amare hendak menyerang.

"Tunggu! Aku punya syarat, jika kita selesai duel, kau harus tau apa element ki milikku" ucap fanji membuat amare tertawa keras.

"Hahahaha! Baiklah! Ayo kita mulai! Aku akan serius!" ucap amare hendak menyerang.

"Baik-baik.." balas fanji dengan halus.

Seketika mereka berdua menghilang dan terjadilah pertarungan tak kasat mata.

Di kamar tuan lu xiang

"Apa? Mereka bertarung lagi? Dan ku harus kesana? Huft.. Sepertinya banyak pekerjaan hari ini" keluh tuan lu xiang saat tuan edward datang ke kamarnya dan mengajaknya datang ke pelatihan amare.

"Hahaha ya maaf, tuan amare sangat senang saat dia bertarung dengan fanji, apakah kau bisa merasakan rasanya menjadi terkuat dan tidak pernah terkalahkan?" balas tuan edward sambil berjalan kearah pelatihan anare bersama tuan lu xiang disampingnya.

"Hm.. Bosan bukan? Yah ku paham kok, seperti anakmu itu" balas tuan lu xiang yang membuat tuan edward tertawa.

"Oh ya memang kemana anakmu itu? Dia sudah lama tidak terlihat sejak dia menjadi peringkat satu itu" tanya tuan lu xiang.

"Entahlah, dia bisa disebut tuan amare versi kecil, dia hanya ingin berduel dengan orang yang menjadi guru disini.. Yah kau tau sendiri, seniornya sendiri kalah telak" jelas tuan edward dengan wajah sedikit cemas.

"Hei.. Kau itu punya anak yang berbakat, harusnya kau senang! Aku saja sangat iri denganmu!" keluh tuan lu xiang.

"Bukankah kau dan alciel berpacaran? Kenapa tidak menikah sekalian?" tanya amare penasaran.

The Four Pillars of God : The forgotten pillars (On-Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang