Chapter 1.46

179 29 2
                                    

"Mank.. Uy!"

...

"Bangun uy!"

...

"Dasar manusia jaman sekarang..."

...

"Oh... Lihat! Asuka bergandengan tangan dengan xiao yan!"

"Dimana?!" teriak fanji langsung bangun dari tidurnya.

Beberapa menit dalam keheningan, fanji melihat ke sekitarnya, lalu dia melipat tangannya.

"Jadi aku dimana?" tanyanya sambil menundukkan kepalanya berharap dia seperti pose keren.

"Kau lupa dengan tempat ini?"

"Oh?! Tuhan? Kau tuhan, bukan?" tanya fanji bersemangat.

"Bukan-bukan.. Hm.. Gimana jelasinnya.. Sebenarnya aku ini sama seperti kalian"

"Apa maksudmu?" tanya fanji bingung.

"Memang benar ini kekuatan tuhan, tapi aku bukan tuhan.. Aku ini manusia seperti kalian, aku juga mendapatkan kekuatan ini, hanya saja aku yang langsung menerima kekuatan dari-Nya"

"Secara langsung? Berarti kau tahu seperti apa tuhan?" tanya fanji terkejut.

"Hm.. Tidak, mataku sejak lahir memang sudah buta.. Kau tidak bisa melihat apapun bukan disini? Itu karena aku membagikan penglihatanku kepada orang yang ada di ruang ini"

"Hm... Apa ini sihir?? Ini cukup luar biasa, jika sihir ruangan seperti ini ada" tanya fanji melihat-lihat kembali kesekitarnya, namun hanya ada kegelapan yang dia lihat.

"Bukan.. Ini.. Hm.. Ini kekuatan yang disebut kehampaan"

"Kehampaan? Kekuatan macam apa itu?" tanya fanji penasaran.

"Entahlah, males jelasin.."

"Dih.. Yaudah, ku ganti pertanyaannya.. Kenapa aku kesini lagi? Apa ini akhirat?" tanya fanji sedikit kesal.

"Akhirat? Bukankah sudah ku jelas jika ini ruang buatanku?"

"Ya-ya aku tahu.. Hanya saja, saat aku dulu mati tertancap pedang juga berakhir disini.. Tiga orang lainnya juga" balas fanji menganalisis sesuatu.

"Sebenarnya, saat kalian tertancap pedang juga belum mati... Disini itu kehampaan, mau sesekarat apapun kau, jika umurmu sejak awal tidak ada, jika takdir kematianmu tidak ada, maka tidak akan mati"

The Four Pillars of God : The forgotten pillars (On-Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang