Chapter 1.6

740 89 1
                                    

"Akira.. Apakah orang yang kau maksud.." tanya orang berambut biru

"Apakah dia juga.." lanjut orang berambut merah.

"Iya.. Karim hanbal pilar sihir, amare faraday pilar kekuatan, aku pilar keilmuan dan dia.. Pilar yang terlupakan" ucap akira sambil membalik layarnya kearah fandi

"Eh? Ahh iya hai.." ucap fanji agak gugup sambil melambaikan tangan.

"Tunggu, akan ku buatkan tempatnya" ucap karim keluar dari komunikasi

"Buat... apa??" tanya fanji kepada akira, tapi akira hanya tersenyum kecil membalasnya.

"Lihat saja" jawab singkat dari akira

Baru semenit setelah karim memutuskan komunikasinya, tiba-tiba muncul sebuah lingkaran besar seperti portal di ruangan akira. Hal itu membuat fanji kaget setengah mati yang sampai membuatnya jatuh dari kursinya.

"Ayo masuklah, ini ruangan rahasia kami" ucap akira sambil menarik lengan fanji untuk membantunya bangun.

Fanji yang masih kaget hanya bisa mengangguk kaku kepada akira. Mereka berdua pun masuk kedalam portal itu.

Setelah melewati portal itu, fanji melihat ruangan yang amat gelap dan hanya ada beberapa sofa untuk tempat duduk. Disitu juga sudah ada orang yang menunggu, yaitu amare dan karim.

"Kau.. Kau adalah orang pilihan bukan?" tanya amare saat fanji mendekat.

"Tenang amare, duduklah dulu fanji. Disini tidak ada yang bisa mengetahui kita" ucap akira yang sudah duduk di sofa.

Fanji pun duduk dan masih memandang seluruh ruangannya. Melihatnya seperti itu, karim angkat bicara.

"Ini ruangan yang ku buat, dimana waktu dan ruang disini berbeda dengan ada yang dibumi.. Yah bisa dibilang beda dimensi" ucap karim yang membuat fanji kaget.

"Kau bisa membuat hal semacam itu??!!! Keren!!" ucap fanji kagum dengan kekuatan karim

"Lalu apa kelebihan yang diberikan oleh tuhan untukmu?" tanya amare pada fanji. Pertanyaan itu membuat fanji sedikit murung.

"Aku tidak tau.. Aku sudah mencoba apapun seperti melakukan sihir atau mematahkan sebuah batu bata, tapi hasilnya nihil." balas fanji yang membuat mereka bertiga bingung.

"Hm.. Siapa namamu? Fanji? Di mana negaramu berasal?" tanya amare menatap fanji

"Iya, fanji cakrawangsa dari Indonesia" balas fanji sedikit gugup

"Kau benar-benar pilihan tuhan kan?" tanya karim menatap tajam pada fanji

"Aku tidak tau.. Saat itu, aku sedang bermain game, tiba-tiba sebuah pedang muncul tepat diatas kepalaku, arah mata pedangnya pun mengarah kepadaku. Saat pedang itu menamcap ke kepalaku, aku bangun di tempat gelap, tidak bisa melihat siapa-siapa disana. Tapi ku mendengar suara yang persis dengan kalian! Lalu ada suara yang sangat aneh, sepertinya itu tuhan.. Setelah dia datang, aku pun terbangun dan pedang yang sebelumnya menancap di kepalaku menghilang" jelas fanji yang membuat amare dan karim kaget. Mereka berfikir bahwa fanji memang benar-benar orang pilihan seperti mereka.

"Tunggu dulu, bukannya kalau pedang itu menancap ke kepalamu, rumahmu juga ikut hancur?" tanya akira sambil memegang dagunya.

"Bagaimana bisa hancur? Ouh sebentar.. Aku baru ingat, pedang yang menancap kepada kalian sangat besar bukan? Tapi punyaku hanya sebesar pedang biasa, pedang itu pun jaraknya denganku juga dekat, dari tempat ku berdiri sampai langit-langit rumah saja" jelas fanji yang membuat mereka bertiga kaget.

"Huft.. Lalu kekuatanmu itu apa ya.." gumam akira yang masih memegang dagunya, dia sepertinya berfikir keras memecahkan masalah ini.

"Ouh ya, jangan katakan kepada siapapun ya kalau aku juga termasuk pilar seperti kalian" ucap fanji yang membuat mereka kaget kecuali akira yang masih berfikir.

The Four Pillars of God : The forgotten pillars (On-Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang