Chapter 31

1.3K 142 56
                                    

[Lanjutan 33]

Satu sekolah tampaknya tau bahwa Jimin dan Taehyung tidak memiliki hubungan apapun lagi.

Terlihat semenjak Taehyung mulai kembali masuk kesekolah pasca insiden tertusuk, Taehyung dan Jimin tampak saling menjauhi satu sama lain. Biasanya mereka akan selalu bikin semua orang iri melihat kemesraan mereka berdua.

Tetapi sekarang, jangankan bermesraan, menyapa saja tidak jika tengah berada dikantin. Mereka seakan tidak mengenal.

Jimin sendiri tau, ia tengah diperbincangkan oleh satu sekolah karena hubungannya. Tetapi ia tidak peduli. Ia lebih peduli pada satu hal.

Jujur Jimin sendiri tidak menyangka Taehyung akan bersikap seperti itu. Jimin dulu berpikir jika ia dan Taehyung bisa kembali berkawan seperti biasa. Tidak sesuai ekspetasinya ketika Taehyung justru menjauhinya. Maka dari itu iapun berprilaku yang sama. Menjauhinya dan berpura-pura seolah tidak mengenalinya juga. Jauh dari lubuk hatinya Jimin sangat merindukan sosok Taehyung mantannya tersebut.

"Jimin seriusan lo gabawa? Lo tau sendirikan Pak Edi gimana orangnya? Kena hukum bisa-bisa lo Jim." Jimin mengangguk paham. Dirinya sendiri juga bingung sekarang.

Hari ini, entah kenapa Jimin melupakan salah satu hal yang wajib dibawa. Baju olahraganya. Apalagi guru olahraga disekolah merupakan salah satu deretan guru killer.

"Mau gimana lagi Seok, gua pasrah ajalah. Terserah mau diapain." Seokjin menatap Jimin sedih. Jimin memang terlihat lebih lesuh, seperti tidak memiliki gairah semangat semenjak putusnya dengan Taehyung tersebut.

"Apa gua juga gausah salin aja ya biar dihukum bareng?" Jimin menatap horror Seokjin. Sahabatnya itu memang sangat gila.

"Apaan? Gausah gausah! Lo salin aja buru sana!"

"Tapi–"

"Gua gapapa. Udah sanaa bentar lagi bell." Seokjin yang sudah tidak bisa membantah hanya bisa menurut sekarang.

"Park Jimin! Kemana baju olahragamu?" Jimin menelan ludahnya begitu guru olahraga yang bernama Pak Edi tengah menatapnya tajam.

"I-itu pak, baju saya–"

"Lari 15 kali keliling lapangan! Jangan berhenti sebelum selesai!" Jimin hampir tersedak mendengarnya. Tidak apa jika lapangan sekolahnya kecil. Tetapi ini sangat luas. Bahkan jika seluruh angkatan berkumpul dilapangan masih terasa luasnya. Dan ini 15 kali?

"T-tapi pak–"

"Lari atau mau bapak tambahkan hukumannya?!" Jimin menggeleng pelan.

"Yaudah lari sana! Bapak liatin kamu dari sini!" Jimin yang sudah tidak bisa mengelak lagi itu segera berlari setelah memberi tau Seokjin bahwa ia baik-baik saja. Seokjin menatap Jimi iba tidak tega.

Sepertinya hukuman Jimin ini sangat didukung oleh alam. Siang ini terik sekali. Langit bahkan tidak terlihat awannya. Dan juga kesialan yang Jimin alami hari ini. Ia lupa sarapan tadi pagi akibat terburu-buru berangkat sekolah.

Stamina yang dimiliki Jimin sudah mulai berkurang diputarannya yang ke enam kali. Ingin rasanya Jimin berhenti untuk sekadar istirahat, namun sadar Pak Edi tengah mengawasinya membuat ia kembali melanjutkan larinya.

Our Story [vm]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang