Chapter 18 : Over Jealousy.

1.6K 170 11
                                    

—Over Jealous—
.
.

"Huh! Jim! Kamu harus tahu ini!"

Jimin menaikkan sebelah alisnya ketika Namjoon–leader digrupnya itu tampak sangat lelah.

"Eoh, kenapa hyung?"

"Tae!" Jimin semakin tidak mengerti.

"Maksud hyung?" Namjoon menghela nafasnya besar.

"Taehyung marah denganku karena aku live denganmu tadi."

"Hah?"

"Iya. Dia mengatakan bahwa aku pengganggu kalian." Jimin tertawa mendengarnya. Sangat lucu bagi Jimin.

"Yaampun, Taetae emang begitu hyung kalau sedang cemburu. Kau maklumi saja. Nanti juga ia akan baikan sendiri." Namjoon mengangguk.

"Sebaiknya kau temui dia. Di ruang latihan dia mendumel saja dari tadi. Sudah seperti anak tk yang tidak dibelikan mainan yang ia mau." Jimin tertawa, lalu membereskan barang-barangnya distudio milik Namjoon.

"Baiklah hyung aku akan menemuinya."

...

"Taehyung!"

Begitu sudah sampai diruang latihan, bisa dilihatnya Taehyung tidak menjawab panggilannya. Tetap fokus pada latihan koreografi yang belum dikuasainya.

"Yaampun Tae!" Jimin yang sudah jengah diabaikan mematikan audio lagu tersebut. Taehyung yang menyadarinya menatap tajam Jimin. Jimin hanya bisa menghela nafasnya. Kalau sudah begini Taehyung benar-benar seperti cewek pms.

"Apa?" Taehyung menjawab dengan masih berdiri ditempatnya. Berpura-pura sibuk dengan ponselnya. Membuat Jimin harus menghampirinya.

"Kau marah?"

"Tidak." Jimin yang melihat ekspresi Taehyung saat ini sungguh ingin sekali tertawa.

"Baiklah uke ku aku-"

"Siapa yang kau bilang uke?" Taehyung menatap tajam Jimin.

"Hehehe maaf." Taehyung menghembuskan nafas besarnya, kemudian memeluk tubuh mungil Jimin. Dan Jimin pun membalas pelukan tersebut.

"Harusnya aku denganmu akan live bersama. Tapi apa daya, pd-nim meminta bertemu denganku. Membuat kau harus live bersama dengan Namjoon hyung. Aku tidak suka Jim." Jimin mengangguk. Mengusap-usap punggung lebar Taehyung.

"Iya aku tau. Tapi kau tidak harus sampai mengatakan Namjoon hyung pengganggu. Itu menyakiti hatinya tau." Jimin melepaskan pelukannya. Bisa dilihat wajah Taehyung yang nampak kesal.

"Habisnya aku kesal Jim. Aku sudah menunggu-nunggu untuk melakukan live denganmu. Terakhir kali kita live bersama entah dua ribu berapa. Itu sangat lama sekali."

"Dan kemarin jika saja aku tidak dipanggil pd-nim, mungkin kita akan melakukan live bersama." Jimin hanya mengangguk mendengar tuturan kesal Taehyung.

"Tapi kau harus minta maaf dengan Namjoon hyung! Kalau Namjoon hyung tidak bisa datang juga aku akan live sendirian tau! Apa kau mau aku live bersama Jungkook?" Dengan cepat Taehyung menggeleng. Dengan Namjoon saja ia cemburu apalagi dengan si kelinci bongsor tersebut.

"Iyaa iyaa. Aku akan minta maaf dengan Namjoon hyunh nanti." Jimin tersenyum lalu mengusap rambut hitam dia.

"Oh ya Jim, kemarin kau buat apa bersama Namjoon hyung? Tadi malam kau mengeluh terus bahwa tanganmu sakit. Tidak melakukan hal-hal aneh kan?" Jimin melebarkan matanya.

"Ya tidak mungkin Tae!"

"Terus kalau gitu apa?"

"Aku dengan Namjoon hyung membuat dalgona coffe." Taehyung mengernyit.

"Apa itu dalgona coffe?"

"Lebih baik kamu browsing di internet. Aku malas menjelaskannya." Taehyung yang medengarnya hanya mendengus.

"Lagian juga ya, ini nih coffe. Kau kan tidak suka coffe."

"Tapi kan bisa saja diganti dengan strawberry. Jadinya dalgona strawberry." Jimin paling malas kalau sudah melawan Taehyung dengan fikirannya yang tidak masuk akal.

"Ya tidak bisa Tae. Itu akan berbeda."

"Bisa. Kalau niat."

"Yaudah iyaa. Serah Taehyung aja." Taehyung tertawa melihat wajah kesal Jimin, kemudian kembali membawa tubuh mungil Jimin mendekat padanya.

"Yak! Mau apa kau hah?!" Taehyung tidak menjawab.

Jimin memejamkan matanya. Dirinya saat ini bisa merasakan nafas Taehyung yang beraroma mint ini.

Taehyung yang sudah tidak bisa menahannya lagi segera mendekatkan labiumnya pada Jimin. Melumat bibir Jimin dengan pelan. Membuat Jimin terbawa suasana dan membalas lumatan tersebut.

"H-hah. Kau gila Tae!" Jimin terengah-engah. Taehyung kalau sudah bermain memang lupa waktu.

"Iya. Aku gila karena kamu Jim." Wajah Jimin memerah mendengarnya.

"A-apasih kau ini. Sudahlah. Ayo kita makan pangsit." Taehyung menahan lengan Jimin, saat pemilik lengan tersebut ingin melangkah pergi.

"Tunggu dulu Jim." Belum sempat Jimin bertanya ada apa, Taehyung kembali mendekatkan wajahnya pada Jimin. Lebih tepatnya pada leher putih Jimin.

Dan tanpa menunggu lama, Taehyung dengan segera mencium leher tersebut. Jimin menaikkan wajahnya, yang mana membuat Taehyung semakin leluasa bermain disana.

"Tae ini berbekas! Nanti kalau ketahuan kayak mana?!" Taehyung hanya menaikkan bahunya acuh.

"Sengaja. Biar orang-orang tau kalau kamu itu milik aku. Milik Kim Taehyung."

"Yak Taeee!"

"Serius Jim." Taehyung memegang bahu Jimin erat. Membuat Jimin juga sedikit terkejut.

"Kalau memang bisa, aku ingin sekali memberitahukan pada seluruh orang didunia ini bahwa Park Jimin milik Kim Taehyung."

"T-tapi, Tae kau tau kan-"

"Iya aku tau. Maka dari itu aku selalu cemburu saat kan selalu berdekatan dengan orang lain selain aku. Aku rasanya ingin sekali memukul orang yang berani menggoda kamu saat kita sedang interview. Tapi tidak bisa."

"Maaf Tae, selama ini aku selalu membuat mu cemburu. Aku.."

"Sudahlah. Kita lupain aja." Taehyung dengan segera memeluk Jimin erat.

"Aku mencintaimu Park Jimin. Bahkan sampai aku mati pun aku akan selalu mencintaimu."

"Hei ucapanmu itu! Tidak usah berlebihan. Dan, aku juga mencintaimu Kim Taehyung."

End

Kalo sempet nanti malem aku bakal apdet lgi :>

Btw, thanks for support me, love you all💜

Our Story [vm]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang