Sekarang semuanya sudah jelas. Alasan Iblis itu berani menampakkan dirinya secara langsung pada Yongseung karena teman sebangkunya itu sudah bertemu dengan semua komponen pembentuk foto.
"Awas Kangmin!" seru Yongseung seraya menarik Kangmin ke arah sisi kanan koridor.
Secara tak langsung hari dimana ia bertemu dengan Minchan adalah saat yang sama ketika Yongseung bertatap muka dengan Minchan.
Keduanya sudah bertemu tanpa diketahui kedua belah pihak.
Itulah hal yang Kangmin lewatkan.
"Terus sekarang gimana?" tanya Yeonho seraya melayang kesana-kemari di kamar Kangmin.
"Bisa berhenti gak sih lo?" tanya Gyehyeon sewot melihat sobatnya sejak tadi melayang mondar-mandir tidak jelas.
Yeonho melayang mendekati Kangmin yang saat ini duduk di meja belajar seraya berpikir keras. "Santai aja kali di depan Kangmin, toh ini pemandangan biasa buat dia."
"Lo tetep sama aja kek masih hidup. Gue kira pas mati udah agak mendingan."
"Heh itu mulut ya!"
Kangmin akhirnya memutar kursi belajarnya menghadap mereka. Wajahnya terlihat sangat lelah saat ini membuat Gyehyeon menghela nafasnya berat.
Setelah hening sejenak akhirnya Kangmin buka suara. "Kira-kira tujuan kak Dongheon dan kak Hoyoung bantuin kita apa?"
"Gue lebih curiga kok bisa-bisanya dia ngajakin Minchan yang gatau apa-apa." ujar Yeonho yang kali ini duduk di samping Gyehyeon setelah di pelototi oleh sahabatnya itu.
Kangmin mengacak rambutnya sendiri gemas. "Hahhhh! Sialan, terus gimana caranya kita nyelamatin Yongseung?"
"Kak Dongheon dan kak Hoyoung udah bantuin kita, secara nggak langsung dia udah nentang kehendak iblis itu sama kek gue dan Yeonho." ujar Gyehyeon seraya berpikir.
"Terus apa untungnya buat dia? Bukannya dia pengikut setia si iblis itu?" tanya Kangmin.
Gyehyeon bangkit menuju jendela kamar Kangmin. Matanya kosong menatap langit malam yang tak memunculkan bintang sama sekali. Bahkan cahaya rembulan nampak malu menunjukkan jati dirinya.
"Gue juga gak tau kenapa mereka ikut campur. Bahkan keberadaan Minchan di sana aja udah buat kita kaget." lanjut Gyehyeon membuat Yeonho dan Kangmin mengangguk setuju.
"Minchan itu kesayangan si iblis, bahkan hidupnya jauh lebih baik setelah dia mati. Tapi kenapa dia justru ikut membelot?" ujar Yeonho yang kembali melayang kesana-kemari. Itu sudah menjadi kebiasaan Yeonho ketika ia gelisah atau sedang sangat bahagia.
Kangmin menghela nafasnya ketika Yeonho dengan sengaja melewati tubuhnya. Ia benci rasa dingin ketika hantu itu menerobos masuk ke dalam tubuhnya lalu keluar begitu saja. Padahal kamar Kangmin luas dan Yeonho tidak perlu melewati tubuh Kangmin untuk acara jalan-jalannya itu.
"Mereka pengen tobat kali." celetuk Yeonho yang saat ini sedang memainkan lampu kamar Kangmin.
"Tapi apa untungnya buat dia?" jawab Kangmin.
"Surga."
Jawaban Gyehyeon itu sukses membuat Kangmin dan Yeonho menatapnya kaget.
***
Kangmin berjalan tergesa-gesa di koridor bahkan tak segan menabrak beberapa orang yang menghalangi jalannnya. Yongseung yang berjalan di belakang Kangmin hanya bisa meminta maaf pada semua orang yang ditabrak Kangmin.
"Lo kemarin malam gak diganggu kan?" tanya Kangmin yang saat ini mulai berjalan pelan. Sepertinya ia tahu bahwa Yongseung terpaksa meminta maaf mewakilinya pada semua orang yang ia tabrak.
Yongseung menggeleng.
"Itu nggak akan bertahan lama."
Yongseung menoleh bingung. "Jimat ada kadaluarsanya?"
Kangmin memutar kedua bola matanya malas mendengar jawaban polos dari Yongseung. "Nggak gitu!"
"Terus?"
"Gue udah bilang kan bahwa gue belum tahu beberapa simbol? Nah simbol-simbol itulah yang ampuh buat ngelawan si iblis. Jimat yang selama ini gue kasih ke lo cuma buat ngilangin tujuh puluh persen aura lo aja."
"Tetep aja tiga puluh persennya dia masih bisa cium aromaku."
"Makanya lo harus pinter sembunyi."
Saat ini mereka telah tiba di taman belakang sekolah yang sepi karena murid lain lebih memilih taman tengah yang dirawat dengan baik. Mereka kemari untuk menemui Dongheon dan Hoyoung. Yongseung sendiri tidak tahu mengapa Kangmin mengajaknya menemui dua kakak kelasnya itu--
--ah, dua hantu itu.
"Gimana caranya sembunyi?"
Kangmin menjentikkan jarinya. "Nah itu dia alasan kita kesini."
Dongheon dan Hoyoung sudah duduk di bangku taman itu sejak tadi. Ketika Kangmin dan Yongseung sampai, raut wajah mereka langsung berubah sendu.
"Yeonho ngasih tahu kita kalau lo pengen ngomong sesuatu." ujar Dongheon buka suara karena sejak tadi Kangmin hanya menatapnya dan Hoyoung sengit.
"Gue ke sini nggak mau nanyain alasan kalian bantu gue dan Yongseung karena dari raut wajah kalian saat ini gue udah tahu alasannya."
Sontak saja ucapan Kangmin membuat Dongheon dan Hoyoung tersenyum lembut.
Yongseung yang melihat dan mendengar semua itu hanya bisa mengernyit. Ia tidak tahu maksud satu pun kata yang mereka lontarkan.
Jika keadaan sudah seperti ini, ingin rasanya Yongseung segera kembali ke kelas dan menghafalkan angka desimal dibelakang pi.
"Kalau gitu, mau ngomong apa?" tanya Hoyoung.
Kangmin menghela nafasnya sejenak. Rasanya sulit sekali mengucapkan nama itu. Lidahnya terasa kelu seolah terjerat tali masa lalu yang tidak bisa dengan mudah ia hilangkan.
"Gue pengen ketemu kak Minchan."
Dongheon dan Hoyoung bertatapan sejenak sebelum akhirnya ikut menghela nafas berat.
"Lo tahu itu sulit kan?" ujar Dongheon sendu.
Kangmin yang melihat hal itu berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh. Hatinya terasa sesak saat ini. "Gue tahu. Gue pengen ketemu kak Minchan bukan cuma buat ngomongin masa lalu, tapi juga buat nyelamatin Yongseung."
Hoyoung mengernyit. "Nyelamatin Yongseung?"
Kangmin mengangguk. "Cuma kak Minchan yang tahu gimana caranya ngehancurin iblis itu."
"Tapi--"
"Cepet kak, gue mohon!" ujar Kangmin seraya meremas kuat kemejanya. Dadanya semakin sesak tiap bertambahnya detik dan air matanya tak bisa dibendung lagi.
Ia benci ingatan masa lalu itu.
"Tapi Minchan saat ini lagi di hukum..."
"Apa?"
"Lo pasti udah tahu dari Yeonho dan Gyehyeon kalau Minchan itu kesayangannya si iblis. Kejadian kemarin membuat dia murka dan ngehukum Minchan karena berusaha membelot." jawab Dongheon sendu.
"Ketika anak buahnya membelot, iblis itu gak masalah karena masih punya banyak anak buah. Tapi Minchan beda, dia sama sekali nggak mau kehilangan Minchan." lanjut Hoyoung membuat dada Kangmin terasa semakin sesak.
"Kenapa... kenapa saat udah mati pun kak Minchan harus nanggung beban seberat ini..."
"Kangmin--" tangan Yongseung yang berusaha menenangkan Kangmin segera ditepis oleh sang empunya.
Baru kali ini Yongseung ikut merasakan sesak melihat orang lain menangis.
Dongheon dan Hoyoung hanya bisa melihat karena tangan mereka tak mampu menyentuh pundak Kangmin.
Beberapa saat kemudian Kangmin jatuh terduduk, lalu ia pingsan setelahnya.
Tbc
240720
KAMU SEDANG MEMBACA
[i] PHOTO | VERIVERY
Fanfiction[COMPLETED] «Don't keep staring, now it's game over. I catch you.» Ketika kamera, layar, tombol klik, lensa, flashlight, dan memori menjadi foto, semua itu butuh pengorbanan. Pengorbanan dari setiap komponen itu adalah jiwa. Hasilnya berupa foto ya...