•24•

277 86 4
                                    

Kangmin memandang ponselnya bingung. Tidak biasanya Yongseung mematikan panggilannya lebih dulu. Dari nada suara pun sepertinya ada yang aneh.

Tapi apa?

Pemuda dengan bibir yang menawan ketika tersenyum itu kini menopang dagunya di pintu mobil.

Padahal ia memilih naik taksi agar cepat sampai di rumah Yongseung. Nyatanya ia justru ikut terjebak macet bersama banyak mobil dan bus.

Pada malam hari dengan taburan gemintang di langit, tiba-tiba Dongheon dan Hoyoung menghampiri Kangmin dengan ekspresi wajah sedih.

"Tolong bantuin Minchan jauhin kita."

Kangmin mendengus. "Kalian berdua ini kenapa sih? Ya itu urusannya kak Minchan dong."

"Kangmin..."

"Lee Dongheon!"

Dongheon terkejut ketika Kangmin memanggilnya langsung tanpa embel-embel 'kak', begitu juga dengan Hoyoung yang langsung mengernyit tak suka.

"Ma--maaf, gue ga maksud ngomong gi--"

"Lo nggak tahu masalah ini sebesar apa?! Nyawa Minchan terancam!" bentak Hoyoung.

Kini Kangmin menatap Hoyoung dan Dongheon nyalang. "Kak Minchan lagi sedih karena kak Gyehyeon dan kak Yeonho mati secara tiba-tiba. Pelarian kak Minchan kalau di sekolah cuma ke lo berdua. Apa susahnya sih ngehibur kak Minchan?"

"Bukan masalah kita bisa ngehibur Minchan atau nggak, justru kalau Minchan deket-deket kita dia bisa berakhir seperti Gyehyeon dan Yeonho." ujar Dongheon seraya memohon pada Kangmin.

"Kenapa bisa gitu?"

Hoyoung menatap Kangmin tak percaya. Bagaimana mungkin Kangmin belum memahami apa yang terjadi?

"Kita berdua bukan manusia." jawab Hoyoung lirih.

Kangmin mengusak rambutnya ke belakang lelah. "Gue tahu kalian bukan manusia. Kak Minchan sejak awal udah gue kasih tahu tapi gamau denger. Terus sekarang pas keadaan lagi kacau, kalian berdua pengen gue tetep bilang ke kak Minchan kalau dua sahabatnya yang tersisa itu bukan manusia? Gila aja!"

"Tapi Kangmin--"

"Gue pengen kak Minchan bahagia. Orang tuanya terlalu keras dan dia cuma bisa bahagia ketika sahabat-sahabatnya berkumpul. Di sekolah tinggal kalian yang kak Minchan punya."

Dongheon menghembuskan nafasnya lelah. "Gue tahu dan paham apa yang Minchan rasain. Tapi dia udah gak aman lagi di deket kita."

"Lo jauhin aja kak Minchan, beres kan? Kenapa harus nyuruh gue sih?!" elak Kangmin seraya menuju kasurnya. Ia berbaring tengkurap, berusaha menjauhi tatapan Dongheon dan Hoyoung.

"Cuma lo yang bisa bantu, Kangmin." jawab Hoyoung memohon.

"Gue gak mau berurusan sama masalah kalian. Gue udah punya cukup banyak kasus sama hantu. Gue capek dan gue gak pengen nambah beban." ucap Kangmin final dengan menekan setiap kata yang ia ucapkan.

Setelah cukup lama hening, akhirnya Dongheon berkata. "Oke kalau lo nggak mau bantu. Tapi gue harap lo jangan pernah merasa menyesal."

Kangmin menyeringai. "Buat apa gue merasa bersalah? Bukannya itu kesalahan kalian yang nggak bisa bikin kak Minchan bahagia?"

"SIALAN LO!"

"Dongheon cukup! Udah kita balik aja!" cegah Hoyoung meraih bahu Dongheon yang siap menyerang Kangmin.

[i] PHOTO | VERIVERYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang