•21•

310 88 4
                                    

Lagi-lagi Kangmin mengumpulkan semua orang di rumahnya untuk mengadakan rapat. Sebenarnya siang ini Yongseung harus pergi les seperti biasanya di akhir pekan, tetapi Kangmin berkata bahwa rapat ini penting sehingga Yongseung harus izin.

Ruangan yang digunakan untuk rapat adalah ruangan yang sama seperti rapat sebelumnya. Hanya saja boneka yang saat itu dimainkan Yeonho sudah tidak ada. Kata Kangmin boneka itu harus dihancurkan sesaat setelah dilakukan pengusiran roh jahat. Yeonho langsung mencebikkan bibirnya saat Kangmin mengatakan hal tersebut.

Boneka itu adalah mainan favoritnya di sini. Saat ini Yeonho hanya bisa duduk tenang di samping Gyehyeon karena tidak ada benda yang menarik perhatiannya di sini.

Soal pembunuhan Minchan, Gyehyeon dan Yeonho saat mereka masih hidup dulu, Kangmin sudah menjelaskan semuanya pada mereka bertiga bahwa semua itu bukan murni kesalahan Dongheon dan Hoyoung.

Kangmin pun ikut andil dalam tragedi itu. Jika Kangmin mendengarkan apa yang diucapkan Dongheon dan Hoyoung pasti kejadian itu tidak akan pernah terjadi.

Gyehyeon dan Yeonho yang sudah tahu sejak awal sudah memaafkan kesalahan masa lalu. Mereka berdua percaya bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna, pasti setip orang pernah melakukan kesalahan masing-masing.

Sedangkan Minchan yang baru tahu beberapa waktu yang lalu awalnya sempat merasa tertekan. Namun ia harus memaafkan karena untuk melawan sang iblis mereka semua perlu yang namanya kebersamaan.

Dan kebersamaan itu harus dibangun dari hati yang sejalan.

Meja yang digunakan untuk rapat adalah meja bundar dengan ukuran yang besar, sehingga mereka bertujuh duduk memutari meja tersebut.

Dongheon sejak tadi memijit pelipisnya. Ia baru tahu bahwa kejadian di perpustakaan tempo hari hanyalah sandiwara.

"Jadi waktu itu cuma sandiwara aja?" tanyanya memastikan.

Kangmin dan Minchan mengangguk bersamaan.

"Siapa aja yang tahu kalau semua itu cuma sandiwara?"

"Gue, kak Minchan, kak Gyehyeon dan kak Yeonho."

"Jadi Yongseung nggak tahu?" tanya Hoyoung seraya bergiliran menatap Yongseung dan Kangmin.

Kangmin tertawa mendengarnya. "Nggak lah. Kalau Yongseung tahu yang ada sang iblis bakal tahu kalau kita cuma sandiwara. Dia gak pinter bohong."

"Terus kenapa kita harus repot-repot ngelakuin sandiwara? Kalau iblis itu emang ngawasin kita, kenapa nggak kita tunjukin aja kalau kita bisa ngelawan dia?" sanggah Dongheon.

Kangmin menggeleng. "Nggak. Justru kalau dia tahu kita semua satu komitmen dia nggak akan segan menghancurkan kebersamaan kita apapun caranya."

"Jadi kita bisa aja terpecah belah gitu?" tanya Yongseung.

Kangmin mengangguk.

"Kita harus jaga jarak satu sama lain." celetuk Gyehyeon yang pada akhirnya disetujui oleh mereka semua.

"Kalau gitu kak Minchan langsung kasih tahu Kangmin aja beberapa simbol yang belum Kangmin tulis. Katanya simbol itu bisa buat ngehancurin sang iblis?" tanya Yongseung menatap Minchan penuh harap.

Minchan menatap mereka semua satu per satu. Tatapan mereka penuh harap dan itu membuat hati Minchan mencelos.

Ia merogoh saku celananya untuk mengeluarkan secarik kertas. Ia membuka kertas itu dengan hati-hati karena dapat membuat semua hantu di sana merasa panas tak terkecuali dirinya sendiri.

"Memang benar simbol ini dapat menghancurkan sang iblis, tapi ada syaratnya agar iblis itu benar-benar hancur."

"Apa syaratnya?" tanya mereka semua bersamaan.

[i] PHOTO | VERIVERYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang