Tubuh Yongseung tersentak kaget ketika seorang anak kecil terus menggoyang-goyangkan lengannya.
Ah, tiba-tiba ingatan masa lalunya kembali lagi.
Perjuangan panjang di mana ia harus bertahan hidup hingga harus kehilangan para sahabatnya.
"Papa melamun." ujar anak itu cemberut.
Dia Kim Kangmin, anaknya yang berusia lima tahun.
Bukan tanpa alasan ia menamainya Kangmin. Rasa kehilangan sahabat yang begitu besar membuat Yongseung menamai anaknya dengan nama Kangmin. Di samping itu, ini adalah bentuk rasa terima kasihnya pada Kangmin karena telah menyelamatkan nyawanya.
Ia juga berharap anaknya akan tumbuh menjadi sosok yang pemberani dan tanpa pamrih, sama seperti Kangmin.
Yongseung yang gemas segera mencubit hidung Kangmin. "Memangnya Papa melamun lama?"
Anak itu mengangguk sembari menyuapkan sesendok nasi ke dalam mulutnya. "Tanya Mama kalau nggak percaya."
Yongseung menoleh ke depan, tempat di mana istrinya duduk. Di meja makan mereka bertiga selalu duduk seperti ini. Yongseung dan istrinya berhadapan sedangkan anaknya duduk di samping Yongseung.
Merasa sang istri menatapnya aneh, Yongseung segera bertanya. "Ada apa?"
Wanita itu menggeleng. "Makan dulu aja kak, keburu dingin."
***
Malam harinya setelah ia menidurkan Kangmin, Yongseung segera kembali ke kamarnya. Punggung dan pundaknya pegal karena sejak tadi siang ia harus menata semua barang-barang pindahan.
Di kamar, istrinya duduk di samping kasur, menghadap jendela yang gordennya sengaja ia buka.
"Aku tahu ada sesuatu yang mau kamu omongin." ujar Yongseung lirih seraya berjalan pelan menghampirinya.
"Kakak nyembunyiin apa?"
Yongseung mengernyit. "Aku nggak nyembunyiin apapun."
Choi (Y/N) yang sudah enam tahun ini berstatus sebagai istri Yongseung, mendengus. "Di meja makan tadi kak Yongseung terus-terusan melamun. Kangmin udah negur beberapa kali, kakak sadar, tapi ngelamun lagi, begitu terus. Pasti ada sesuatu kan?"
Yongseung mengalihkan tatapannya ke arah lain. Ia bingung harus menjawab apa, masa lalu terburuknya itu sudah berlalu hampir 15 tahun lamanya. Namun, tiba-tiba kenangan itu datang lagi dengan sebuah pertanda.
"Kamu ingat tentang ceritaku yang nggak masuk akal dulu?"
Istrinya mengernyit, perempuan itu lupa.
"Tentang masa laluku yang membuat Kangmin--ah, maksudku sahabatku, Yoo Kangmin, meninggal."
"Ah, tentang kak Yongseung yang jadi takdir sang iblis?"
Yongseung mengangguk. "Aku pernah cerita di menit-menit akhir sebelum penyerangan kami semua sempat berfoto. Foto itu sengaja aku buang saat Kangmin baru saja lahir. Waktu itu aku pikir sang iblis nggak akan pernah kembali lagi karena udah bertahun-tahun dia belum menampakkan diri. Tidak ada tanda kehadiran Kangmin dan teman-teman hantuku yang lain. Jadi mungkin saat itu memang benar adalah akhir sang iblis. Tapi tiba-tiba foto itu kembali. Foto itulah yang menjadi tanda kehadiran para sahabatku."
"Jadi permainannya dimulai lagi?" tanya (Y/N) cemas.
Yongseung menggeleng. "Aku nggak tahu."
"Selain karena udah bertahun-tahun sang iblis belum menunjukkan dirinya, faktor apalagi yang ngebuat kak Yongseung membuang foto kenangan itu? Pasti ada alasan lain kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[i] PHOTO | VERIVERY
Fanfiction[COMPLETED] «Don't keep staring, now it's game over. I catch you.» Ketika kamera, layar, tombol klik, lensa, flashlight, dan memori menjadi foto, semua itu butuh pengorbanan. Pengorbanan dari setiap komponen itu adalah jiwa. Hasilnya berupa foto ya...