Semua ini tidak mudah bahkan bagi Kangmin sang anak indigo sekalipun. Meskipun ia berkali-kali melihat dan melawan hantu, tetap saja sang iblis memiliki kekuatan yang tak sebanding dengannya.
Bagi Yongseung ini adalah sesuatu yang tidak pernah terbayangkan olehnya. Selama ini ia selalu berkutat dengan sains, fisika, matematika, dan hal-hal eksak lainnya yang dapat dijelaskan secara ilmiah, tetapi kejadian paranormal seperti ini tiba-tiba hadir menjungkirbalikkan kehidupan Yongseung yang normal.
Semua hal itu merusak semua rencananya di masa depan.
Seperti kata Kangmin, ia bisa mati kapan saja.
Jujur saja Yongseung belum siap mati. Ia belum memecahkan misteri alam semesta, belum menjadi penemu yang hebat dan belum sempat mendaratkan diri di bulan.
Jika dia tiba-tiba mati karena jiwanya diambil iblis itu, bukankah matinya sangat tidak elit? Kematiannya hanya akan membuat dunia sains malu.
Kalau saja ada alat yang dapat memusnahkan iblis--
Ah benar! Yongseung dapat menciptakan alat itu.
"Bagaimana kalau kita memulai penelitian untuk menciptakan alat yang dapat menghancurkan iblis itu?" ujar Yongseung di tengah heningnya rapat.
Saat ini Yongseung dan Kangmin sedang rapat di salah satu ruangan milik keluarga Kangmin yang mereka gunakan untuk menyimpan benda-benda paranormal.
Orang tua Kangmin memiliki pekerjaan sampingan yaitu melakukan pengusiran roh jahat. Dan malam ini mereka sedang melakukan pekerjaan sampingan itu.
Rapat itu sengaja diadakan oleh Kangmin dengan mengundang Yongseung dan empat hantu lainnya, Dongheon, Hoyoung, Gyehyeon dan Yeonho.
Untunglah sekarang Yongseung sudah mulai terbiasa menyadari bahwa mereka benar-benar hantu, bukan manusia.
"Jangan halu!" ujar Gyehyeon sengit membuat Yongseung ikut memandangnya tak suka.
"Hal-hal seperti ini nggak bisa diselesaikan dengan sains, Kim Yongseung." jawab Hoyoung lembut.
Yeonho yang sejak tadi melayang mondar-mandir di ruangan tertawa keras mendengar ucapan Yongseung. "Pikirannya orang pinter mah beda."
"Lo bisa ikutan duduk nggak sih?!" ucap Gyehyeon sewot. Matanya kesemutan setiap melihat Yeonho mondar-mandir tidak jelas seperti itu.
"Males duduk. Kalian serius soalnya."
"Ya namanya juga rapat." celetuk Dongheon yang mulai gemas.
Kini Kangmin mendongak, ia mengabaikan Yeonho yang sedang memainkan sebuah boneka yang dulunya pernah dirasuki oleh roh jahat.
Ia menatap Dongheon dan Hoyoung lekat-lekat. "Kalian beneran pengen lepas dari jerat iblis itu?"
Dongheon menghela nafasnya berat. "Gue selama ini tersiksa. Iblis itu menjanjikan hal yang gak pernah ia tepati selama ini."
Hoyoung mengangguk, menyetujui ucapan temannya. "Rasanya hampa. Kita udah lama terjebak di dunia ini, sudah saatnya kita kembali."
"Benar. Sudah saatnya iblis itu hancur." ujar Kangmin seraya mengangguk.
Gyehyeon memajukan duduknya, ia terlihat sangat serius. "Yongseung memiliki aura yang sama seperti Minchan, bagaimanapun caranya kita harus ngelindungin Yongseung karena jika tidak, kekuatan iblis itu justru akan semakin besar."
Kangmin berdiri ia berjalan ke sudut ruangan untuk mengambil tas ranselnya. Ia merogoh sesuatu di dalam sana lalu mengeluarkan secarik kertas.
"Simbol ini harus disempurnakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
[i] PHOTO | VERIVERY
Fiksi Penggemar[COMPLETED] «Don't keep staring, now it's game over. I catch you.» Ketika kamera, layar, tombol klik, lensa, flashlight, dan memori menjadi foto, semua itu butuh pengorbanan. Pengorbanan dari setiap komponen itu adalah jiwa. Hasilnya berupa foto ya...