•02•

488 126 30
                                    

Bel masuk berbunyi membuat semua siswa kembali ke kelas masing-masing setelah mengikuti upacara pembukaan tahun ajaran baru di lapangan. Yongseung mendapat tempat duduk di belakang karena ia datang terlambat —itupun karena mendapat bantuan dari dua kakak kelasnya.

Ia duduk sendiri.

Sudah biasa sebenarnya tapi ia berharap ada seseorang yang mengisi tempat duduk disampingnya. Setidaknya ia bisa memiliki teman sekelas yang dapat diajak berbicara.

Beberapa menit setelah bel seorang guru wanita dengan rambut dicepol ke atas memasuki kelas. Lagi-lagi Yongseung melirik bangku disampingnya dan mendengus.

Sepertinya kelas ini berisi siswa ganjil.

Saat guru itu baru saja selesai memberi ucapan selamat tiba-tiba pintu kelas terbuka, menampakkan seorang anak lelaki dengan senyum lebarnya tengah menatap sang guru cemas.

"Maaf saya terlambat." ujarnya merasa bersalah.

Sang guru mengangguk maklum lalu berkata. "Silahkan masuk tetapi jangan diulangi lagi."

"Baik, Bu."

Anak itu segera menelisik seluruh kelas dan mendapati bangku kosong di samping Yongseung. Tanpa basa-basi ia segera duduk di sana lalu mengatur nafasnya karena berlari tadi.

"Hai?" sapanya dengan senyum lebar.

Yongseung tersenyum seraya mengangguk kaku.

Anak itu segera mengulurkan tangannya pada Yongseung. "Yoo Kangmin."

"Kim Yongseung."

"Semoga kita bisa akrab ya setelah ini."

Yongseung mengangguk seraya tersenyum tulus.

Akhirnya ia akan memiliki teman.


***


"Waaahhh laparnya, ayo ke kantin." ajak Kangmin setelah meregangkan badannya.

Ia mengelus perutnya sejenak sebelum akhirnya menggaruknya.

Kesan pertama Yongseung pada Kangmin adalah :

Anak itu cukup blak-blakan atau mungkin kelewat polos (?)

Yongseung mengangguk sembari membereskan buku-bukunya.

"Jawab 'iya' gitu dong jangan ngangguk doang." ujar Kangmin protes pasalnya teman sebangkunya itu sejak tadi hanya mengangguk atau tersenyum sebagai jawaban.

"Iya."

"Dih kaku bener."

Yongseung menoleh dan mengerjap polos.

"Iya-iya itu udah bener." jawab Kangmin pada akhirnya.

Setelah itu Yongseung menuju kantin bersama dengan Kangmin yang terus berbicara untuk mencairkan suasana dan Yongseung yang hanya mengangguk-angguk terus.

Iya, berbicara dengan Yongseung itu seperti arus listrik DC, searah doang karena Yongseung hanya mengangguk, menggeleng, atau tersenyum.

Sesampainya di kantin mereka langsung mengambil nampan dan antre.

"Mau duduk di sana?" tunjuk Kangmin pada empat murid yang duduk di tengah ruangan. Yongseung tahu bahwa keempat orang itu adalah teman sekelasnya, meski pendiam ingatan Yongseung sangat kuat.

"Boleh."

Kangmin di sambut dengan senang hati oleh empat murid yang duduk di meja itu. Lalu saat mereka menoleh pada Yongseung yang menyusul di belakang Kangmin sontak mereka mendengus sebal dan bangkit sembari membawa nampan mereka untuk pindah meja.

"Lho kalian mau kemana?" tanya Kangmin terkejut dengan reaksi mereka yang tiba-tiba.

"Pindah."

"Kenapa?"

Salah seorang dari mereka memutar bola matanya malas. "Lo yakin mau temenan sama dia? Gue yakin lo bisa punya banyak teman yang baik karena lo asik. Tapi karena lo temenan sama dia kita semua jadi mikir dua kali buat temenan sama lo."

"Ta—tapi kenapa? Yongseung baik kok cuma pendiam aja."

"Kalau pendiam sih masih bisa diubah tapi kalau udah nggak waras gimana?"

"H—hah?"

Yongseung menoleh pada Kangmin. "A—anu, aku aja yang pindah kamu disini aja sama mereka."

"Emang lo mau pindah kemana?"

"Ke sana." tunjuknya pada salah satu meja kosong di pojok kantin.

Kangmin menatap Yongseung sendu. Sepertinya anak itu begitu putus asa sampai-sampai harus makan sendiri di saat kantin ramai begini demi Kangmin.

"Lo yakin mau makan sendiri?"

"Sendiri gimana sih orang di sana ada dua kakak kelas kita." jawab Yongseung seraya mengernyit bingung.

Setelah mengucapkan hal itu Yongseung langsung pergi menuju meja tersebut dan tampak tengah menyapa seseorang. Namun yang orang lain lihat justru Yongseung tampak tengah berbicara sendiri.

"Gue bilang juga apa, anak itu nggak waras." ujar salah satu teman sekelasnya sembari menepuk-nepuk bahu Kangmin.

Kangmin menggeleng sambil matanya tak bisa lepas dari meja yang ditempati Yongseung. "Nggak."

"Ha?"

"Nggak, Yongseung nggak lagi ngomong sendiri."

"Maksud lo?"

"Di sana emang bener ada dua murid lain yang lagi duduk."



















Tbc
270620

[i] PHOTO | VERIVERYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang