•10•

375 103 20
                                    

Yongseung mengerjap perlahan. Kepalanya terasa berdenyut dan pusing. Ketika kesadarannya sepenuhnya pulih, ia menghela nafasnya berat.

Informasi dari Kangmin membuatnya shock berat. Hantu? Hah mana mungkin!

Bel pulang sekolah berbunyi kencang membuat Yongseung sadar dari lamunannya. Ia segera bangkit untuk kembali menuju kelas.

"Sudah sadar?" tanya seorang dokter wanita petugas UKS.

Yongseung mengangguk canggung.

"Tadi temanmu panik dan bersikeras menunggumu di sini. Tapi aku meyakinkannya bahwa hal seperti ini sering kali terjadi pada remaja."

"Kalau boleh tahu dia mengatakan apa tentang penyebab saya pingsan?"

"Katanya kamu shock karena nilaimu tiba-tiba anjlok. Agak aneh sih karena ini belum seminggu dimulainya tahun ajaran baru dan sudah ada guru yang memberi kuis." jawab sang dokter diselingi tawa renyah.

"Ah kalau begitu saya pergi dulu. Terima kasih." ujar Yongseung seraya membungkuk sopan dan keluar meninggalkan UKS.

Jujur saja, Yongseung selama ini terus berdoa agar serentetan kejadian tidak masuk akal ini hanyalah mimpi.

Dan ia berharap tidak pernah bertemu dengan Kangmin di sekolah ini.





***





"Yongseung lo gapapa kan?!" seru Kangmin ketika Yongseung baru tiba di depan pintu kelas seraya mengguncang-guncangkan bahunya heboh.

"Lepasin."

"Lo jangan marah dong!" jawab Kangmin dengan nada suaranya yang meninggi.

"Telingaku sakit."

Yongseung berlalu begitu saja dan dengan acuh mengambil tasnya. Kangmin yang merasa Yongseung tak menghiraukannya sama sekali segera memutar otak.

"Gue tadi udah catetin materi hari ini di buku lo. Jadi lo nggak perlu takut ketinggalan mapel."

Yongseung menoleh dan menatap Kangmin datar. Ia lalu mengambil bukunya di dalam tas dan memeriksa catatan yang Kangmin tulis.

Sebenarnya Yongseung tadi sudah berharap banyak dan berniat memaafkan teman sebangkunya itu karena ia sendiri masih butuh penjelasan lanjut mengenai hantu dan iblis itu. Tapi ternyata harapan Yongseung langsung pupus begitu saja ketika ia melihat tulisan tangan yang asal-asalan.

Sungguh, ini merusak estetika buku tulis yang selama ini ia rawat dengan baik.

Matanya langsung sakit melihat ini.

"Kenapa? Kurang ya? Tapi emang segitu doang tadi materinya, gurunya kebanyakan curhat sih bukan jelasin materi." ujar Kangmin dengan senyum lebarnya.

Yongseung tersenyum sarkas. "Kamu sendiri bisa baca catatanmu?"

"Yah, gimana ya, namanya juga cepet-cepet." jawab Kangmin seraya mengaruk tengkuknya.

WHUSHHHH!!!

Tiba-tiba angin bertiup kencang meski hanya sedetik. Yongseung benci angin seperti ini. Dimana angin tersebut merubah suhu ruangan dengan drastis, sama seperti saat ia melihat mahkluk mengerikan itu di rumahnya.

Hening yang tak terelakkan pun datang.

Sunyi sekali sampai Yongseung dapat mendengar suara detak jantungnya sendiri.

"Kangmin..." ujar Yongseung dengan matanya yang bergetar takut.

"Diem dulu!"

"Ini persis seperti di kamarku."

[i] PHOTO | VERIVERYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang