•23•

287 80 32
                                    

Yeonho segera mendatangi Gyehyeon di tempat persembunyian mereka. Mereka berdua menempati sebuah rumah kosong yang letaknya sekitar satu kilometer dari sekolah sejak mereka memutuskan untuk membelot dan meninggalkan kastil.

Sedangkan Dongheon dan Hoyoung memilih menempati sebuah gedung tua bekas peninggalan zaman belanda yang letaknya berada di belakang sekolah. Mereka berdua dapat tinggal disana setelah melakukan perjanjian dengan hantu-hantu senior yang sudah lebih dulu tinggal di sana.

"Gye, gawat!" seru Yeonho seraya mengguncang-guncangkan tubuh sobatnya yang sedang tidur.

Gyehyeon yang tak terima tidurnya diganggu sontak saja menatap Yeonho nyalang. "Apa sih?! Ganggu orang mulu kerjaan lo!"

"Iblis itu..."

"Iblis itu kenapa?" ujar Gyehyeon tak sabaran. Kali ini justru ia yang balik mengguncangkan tubuh Yeonho.

Yeonho sebisa mungkin mengatur nafasnya. Ia sendiri merasa takut setelah melihat tatapan mata sang iblis yang seolah siap menerkam apa saja yang berada dihadapannya.

"Kangmin diikuti oleh sang iblis."

Tangan Gyehyeon yang sebelumnya aktif mengguncangakan bahu Yeonho, kini berhenti. "Bukannya lo harus ke rumah Yongseung?"

Yeonho mengangguk takut. "Gue udah ke rumah Yongseung, terus tiba-tiba Kangmin datang dan dibelakangnya ada sang iblis. Gue sendiri nggak tahu kenapa Kangmin bisa datang padahal bukan jadwal dia."

Gyehyeon mengernyit. Tangan kanannya ia gunakan untuk memijit dahinya karena saat ini ia merasa sedikit pusing dengan informasi mendadak dari Yeonho.

"Tunggu, kalau Kangmin diikuti oleh sang iblis harusnya dia tahu kan?" tanya Gyehyeon meminta pendapat dari sahabatnya yang sampai saat ini masih gemetar.

"Harusnya begitu, tapi tadi gue lihat Kangmin nggak merasa sama sekali. Dia kelihatan santai, aneh kan?!"

"Terus Yongseung gimana?"

Yeonho tiba-tiba menepuk jidatnya keras karena teringat sesuatu. "Gue suruh dia jangan bukain pintu buat Kangmin. Apalagi di rumahnya sepi, orang tuanya lagi nggak ada di rumah."

"Kenapa lo nyuruh gitu ke Yongseung?"

Tiba-tiba tatapan mata Yeonho berubah. Ia menatap Gyehyeon lekat-lekat dan sahabatnya itu balas melakukan hal yang sama.

"Gue yakin kita berpikir hal yang sama." ujar Gyehyeon lirih.

Yeonho mengangguk.

"Itu bukan Kangmin kan?"

Yeonho mengangguk lagi.

"Apa yang buat lo yakin kalau itu bukan Kangmin?"

"Nggak ada suara kendaraan yang datang maupun pergi. Tiba-tiba aja bel rumah Yongseung berbunyi. Logikanya Kangmin nggak akan datang ke rumah Yongseung tanpa kendaraan kan? Jarak rumah mereka lumayan jauh."

Gyehyeon mengangguk seraya menepuk pundak Yeonho. "Lo kabarin kak Dongheon dan kak Hoyoung sedangkan gue ke rumah Yongseung, saat ini dia pasti lagi ketakutan."

Yeonho segera pergi untuk meminta bantuan pada Dongheon dan Hoyoung. Andai Minchan bisa membantu mereka untuk saat ini. Namun kemungkinannya sangatlah kecil.

Minchan masih dihukum.

Dan Yeonho benci hal itu.







***







"HEH SIAPA LO!"

Yeonho terkejut dan langsung mendongak ke arah sumber suara. Ternyata di salah satu pohon besar itu ada sosok yang sedang duduk seraya mengamatinya.

[i] PHOTO | VERIVERYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang