Malam bertabur bintang hari ini dimanfaatkan Yongseung untuk membuat rencana apa saja yang akan ia lakukan besok. Ia harus menulis jadwal untuk dirinya sendiri agar pembagian waktunya sesuai dengan porsi masing-masing.
Setelah ia selesai menulis jadwalnya, ia menghela nafas panjang dan menyandarkan punggungnya pada kursi. Yongseung menoleh ke arah jendela kamarnya dan mengamati bintang yang bersinar terang di atas sana.
Hari ini terasa begitu berat karena serentetan kejadian yang tak pernah Yongseung bayangkan. Kangmin, yang mendeklarasikan dirinya sebagai temannya menuduh Yongseung aneh. Tapi bukankah perilaku Kangmin pada Dongheon dan Hoyoung juga aneh?
Yongseung hanya ingin hidup ssbagai pelajar normal. Tak masalah jika ia tak memiliki teman seperti masa SD dan SMP-nya, toh ia bisa menyibukkan diri dengan belajar, bermain rubik, mengikuti berbagai olimpiade, atau memainkan piano sembari menulis lagu.
Tetapi bagaimana ya rasanya memiliki teman?
Apakah membuat seseorang semakin bahagia? Atau justru menambah beban?
Tiba-tiba pintu kamarnya diketuk dan seseorang masuk ke dalam kamarnya.
"Ah, Mama, ada apa?"
Mamanya tersenyum, menghampiri anak tunggalnya yang ia sudah ketahui pasti sedang melakukan apa di depan meja belajarnya.
Apa lagi kalau bukan belajar dan membuat jadwal?
Semua itu keinginan Yongseung sendiri, bukan paksaan dari kedua orang tuanya. Namun, karena itu semua anak tunggalnya itu jadi sosok pendiam hingga tak ada yang mau berteman dengannya.
Lalu tiba-tiba keajaiban datang malam ini membuat Mamanya tak bisa menghilangkan rasa bahagianya. "Ada yang mencarimu."
Yongseung mengernyit, mana mungkin ada yang mencarinya? Teman saja ia tak punya.
"Siapa, Ma?"
"Katanya temanmu. Kamu udah punya teman kok gak cerita sama Mama?"
"Lh--lho, Yongse--"
"Udah sana turun dulu. Temanmu udah Mama suruh masuk, dia nunggu di ruang tamu."
Yongseung segera di dorong keluar oleh sang Mama yang nampak bahagia. Saat Yongseung turun di sana ia melihat Kangmin sedang berbicara dan Papanya.
"Kangmin?" tanya Yongseung kaget. Bagaimana mungkin Kangmin tahu alamat rumahnya sedangkan ia tak pernah memberitahukan alamat rumahnya pada siapapun?
Kangmin nyengir lebar. "Pasti belajar kan lo--eh, kamu?"
Kangmin meringis menyadari ucapannya dan segera membungkuk meminta maaf. Papa Yongseung justru menepuk-nepuk pundak Kangmin. "Halah nggak masalah, udah biasa kan anak muda ngomongnya gue-lo?"
"Ah, iya, tapi Yongseung selalu aku-kamu."
Papa Yongseung menoleh pada sang anak dan berkata. "Nak, sekali-kali jangan belajar terus. Bergaul dengan teman sebaya juga nggak akan bikin kamu bodoh kok."
Yongseung yang merasa jengah mendapat ceramah dari orang tuanya segera menyeret Kangmin ke kamarnya.
Sesampainya di sana Yongseung langsung menatap Kangmin tajam. "Tahu darimana alamat rumahku?"
Bukannya menjawab, pemuda itu justru sibuk berkeliling kamar Yongseung yang dipenuhi dengan poster-poster karya ilmiah, misi menuju ruang angkasa, serta dua papan tulis yang berisi penuh dengan rumus matematika dan fisika.
Yongseung meraih lengan Kangmin agar menghadap ke arahnya. Hal itu disambut decakan lidah dari sang empunya.
"Ck, harus banget ya lo tau?"
Wah, minta dihajar ini anak!
Enggak! Yongseung sabar, dia gak akan melukai orang lain karena masalah sepele seperti ini.
Melihat Yongseung yang semakin geram, Kangmin menghela nafasnya. "Gue tahu dari kesiswaan."
"Alasannya?"
"Ya gue bilang pengen belajar bareng, tapi karena lupa tanya alamat jadinya tanya kesiswaan deh."
Yongseung memejamkan matanya sembari menghela nafas. "Alasan sebenarnya kamu kesini apa?"
Tidak mungkin Kangmin menemuinya hanya untuk belajar. Pasalnya tadi saat guru baru pertama kali masuk kelas dan memberitahukan materi apa saja yang akan ia ajar selama satu semester ke depan, Kangmin langsung mengeluh. Di pikirannya hanya ada makan, makan, dan makan.
Tiba-tiba raut wajah Kangmin berubah serius. Hal itu membuat Yongseung merasakan sesuatu yang tidak enak.
"Lo punya kemampuan ya?"
"Kemampuan apa?"
"Ngelihat hal-hal yang nggak semua orang bisa lihat."
"Maksudmu hantu?" tanya Yongseung to the point.
Kangmin mengangguk.
"Nggak tuh."
"Gak usah bohong deh, toh yang tau cuma gue!" desak Kangmin membuat Yongseung merasa tak nyaman.
Dia benar-benar tidak bisa melihat hantu!
Hal-hal seperti itu sulit dijelaskan dengan sains, makanya Yongseung tak pernah percaya hal seperti itu ada.
"Aku beneran gak bisa lihat!"
"Halah, buktinya lo bisa melihat mereka!"
"Mereka siapa?"
Kali ini Kangmin menatapnya tajam seolah tak percaya dengan semua ucapan Yongseung.
"Kak Dongheon dan Kak Hoyoung."
Tbc
010720Aku bingung sebenarnya mau up hari ini atau nunggu hari Jumat. Yah, tapi karena VERIVERY comeback hari ini aku juga ikutan up aja :)
Tapi hari Jumat aku ga up lagi ya wkwkwk, setelah ini up nya tetep sesuai jadwal muehehe.
Kuy VERRER kita streaming MV mereka!!!
Asli lagunya keren bngt! 😭😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
[i] PHOTO | VERIVERY
Fanfic[COMPLETED] «Don't keep staring, now it's game over. I catch you.» Ketika kamera, layar, tombol klik, lensa, flashlight, dan memori menjadi foto, semua itu butuh pengorbanan. Pengorbanan dari setiap komponen itu adalah jiwa. Hasilnya berupa foto ya...