Layaknya murid biasa Yongseung dan Kangmin tetap pergi ke sekolah, mengikuti ujian, mengerjakan tugas-tugas sekolah dan mengikuti festival sekolah. Mereka berdua melakukannya dengan harapan dapat melupakan sang iblis meski hanya beberapa menit.
Setiap kali memikirkan tentang iblis itu, jantung Yongseung berdegup kencang. Pikiran jika ia mati terus menghantui otaknya.
Sampai saat ini sang iblis belum menunjukkan dirinya lagi. Hari-H pertempuran itu saja mereka bertujuh tidak ada yang tahu, hanya sang iblis yang tahu.
Serangan mendadak, begitu kata Minchan.
Serangan mendadak itu harus siap mereka hadapi, entah itu datang dalam waktu satu bulan, beberapa hari lagi, atau bahkan beberapa jam dari sekarang.
Mereka bertujuh tidak tahu bagaimana hasil akhirnya nanti. Menurut pengakuan kelima hantu tersebut, selama ini belum ada seseorang yang berhasil kabur dari takdir sang iblis. Hal itu terjadi karena sang korban yang memengang unsur foto tidak tahu bagaimana cara melawan sang iblis.
Berbeda dengan kasus Yongseung saat ini dimana sang korban mengetahui cara melawan sang iblis. Mereka semua hanya bertumpu pada harapan bahwa semoga saja tebakan Yongseung tentang keenam unsur yang mereka wakili benar. Karena jika tidak, maka...
Mustahil menang melawan sang iblis.
"Yongseung?" panggil Kangmin membuat Yongseung menoleh padanya.
Hari ini ada festival sekolah dan sekarang mereka berdua sedang duduk di tribun lapangan terbuka. Festival sekolah ini diadakan dalam rangka ulang tahun sekolah mereka dan sekalian promosi kepada murid-murid SMP agar bersekolah disini. Sedangkan di dalam lapangan sana sedang berlangsung lomba antar pasangan kekasih. Yongseung dan Kangmin hanya bisa melihat perlombaan tersebut karena mereka tidak memiliki pacar.
Bagaimana mungkin mereka mau memiliki pacar di saat hidup mereka sedang dikejar kematian? Huh, yang benar saja!
"Lapangan rame ya?"
Yongseung menghela nafasnya. "Namanya juga festival."
"Semua orang kelihatan bahagia banget. Murid-murid SMPnya juga banyak."
"Namanya juga festival, Min."
"Perlombaannya juga banyak."
"Namanya juga festival, Kangmin."
"Kotak hadiahnya besar semua, banyak stan makanan juga."
"Namanya juga festival, Yoo Kangmin!"
Kangmin mengernyit karena tiba-tiba nada bicara Yongseung meninggi. "Kok lo kesel sih?"
Yongseung memejamkan matanya lalu menghembuskan nafasnya sejenak. "Kalau kamu mau ngomongin sesuatu ya ngomong aja langsung, nggak usah basa-basi gini."
Jawaban Yongseung tepat mengenai sasaran, membuat Kangmin nyengir lebar. Pemuda pemilik senyum menawan itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia bingung harus mulai mengatakannya darimana, ia hanya takut jika nanti Yongseung kembali merasa takut.
"Lo masih takut?" tanya Kangmin.
Yongseung mengulum bibirnya sebelum akhirnya mengela nafas, lagi. "Kalau takut sih iya. Tapi karena ada kamu sama yang lainnya, seenggaknya aku masih ada harapan kan?"
Kangmin mengangguk. "Hari-H bisa aja terjadi besok. Jadi, gue harap lo selalu siap."
"Aku udah siap kok. Aku nggak mau hidupku berakhir di tangan sang iblis, apapun caranya aku bakal melawan sang iblis. Cukup aku yang menjadi takdir terakhir sang iblis."
KAMU SEDANG MEMBACA
[i] PHOTO | VERIVERY
Fanfiction[COMPLETED] «Don't keep staring, now it's game over. I catch you.» Ketika kamera, layar, tombol klik, lensa, flashlight, dan memori menjadi foto, semua itu butuh pengorbanan. Pengorbanan dari setiap komponen itu adalah jiwa. Hasilnya berupa foto ya...