"Kak Minchan?!"
Gyehyeon dan Yeonho ikut menoleh mendengar teriakan Kangmin yang tiba-tiba.
Kedua orang tua Yongseung tak menghiraukan teriakan Kangmin karena mereka masih terlalu terkejut dengan kondisi anak mereka. Papa Yongseung berusaha menelepon seorang dokter sedangkan Mamanya sibuk menghentikan pendarahan yang masih keluar dari leher dan pipi Yongseung.
Gyehyeon yang sama terkejutnya dengan Kangmin, memanggil lirih. "Min--minchan?"
"Kok bisa..." Yeonho tidak melanjutkan ucapannya karena otaknya bekerja sangat keras saat ini.
Minchan hanya bisa berdiri termenung di hadapan Kangmin. Jarak mereka hanya sepuluh langkah tapi rasanya seperti memiliki jarak berkilo-kilo meter jauhnya.
Lagi-lagi Kangmin merasakan sesak di dadanya dan kedua matanya memanas.
Ingatan masa lalu membuatnya tak dapat menahan air matanya.
Selalu sakit begitu ia memikirkan atau melihat sosok di depannya saat ini.
Minchan perlahan-lahan berjalan mundur seraya tersenyum tulus pada Kangmin. Kangmin yang menyadari itu segera menghapus air matanya dan berkata,
"Jangan pergi..."
"Untuk apa gue di sini?"
"Gue butuh kak Minchan, tolong--"
Minchan tersenyum tulus. "Gue udah nyelametin temen lo. Jaga temen lo baik-baik ya."
"Ada sesuatu yang perlu gue omongin."
Ucapan Kangmin itu ditanggapi anggukan kepala dari Gyehyeon dan Yeonho. Semua ini harus diakhiri, sebelum nyawa Yongseung atau Kangmin diambil.
"Tentang masa lalu? Gue gak mau kalau itu bahas masa lalu."
Dada Kangmin terasa makin sesak ketika Minchan mengatakannya secara langsung. Masa lalu itu memang terasa sangat menyakitkan untuk diingat, tapi sebenarnya hal itu juga ingin Kangmin luruskan disamping keinginannya untuk mengetahui beberapa simbol yang hilang.
"Bukan itu, tapi hal itu juga yang pengen gue lurusin."
"Nggak ada yang perlu dilurusin dari masa lalu, Kangmin. "
"Kak--"
"Semuanya udah terjadi, jadi buat apa?"
Pada akhirnya Minchan berbalik. Sebelum pergi ia menoleh menatap Gyehyeon dan Yeonho.
"Pergi aja kalau mau pergi biar gue yang urus iblis itu."
"Minchan!"
Sebelum tubuh Minchan perlahan menghilang, Kangmin dengan cepat berlari ke arahnya.
Kangmin tahu hal ini mustahil karena mereka berdua berbeda. Tapi entah mengapa tubuh Kangmin tiba-tiba saja bergerak sesuai kontrol hatinya.
Ia mencegah Minchan pergi dengan memegang lengannya.
Iya, Kangmin benar-benar bisa menyentuh lengan Minchan dan memegangnya erat.
Kedua bola mata Gyehyeon dan Yeonho membola melihat hal itu.
Bagaimana mungkin?
Itu mustahil.
Minchan menunduk seolah tak percaya lengannya dapat digenggam oleh Kangmin. "Bagaimana mungkin..."
Kangmin menatap Minchan tajam seolah tidak ada ketakutan sama sekali di matanya.
"Ayo kita tantang iblis itu."
***
"PENGKHIANAT!!!"
"AKHHH!!!"
"Lepasin Hoyoung!"
Sosok itu menyeringai kejam. "Kalau kalian mau membelot, ya memebelot aja! Kenapa harus ngajak Minchan?!"
Dongheon berusaha melepaskan sahabatnya dari jerat sosok itu. Hoyoung sejak tadi memberontak dan berusaha sekuat tenaga agar terlepas tapi kekuatannya tidak sebanding dengan sosok itu.
"Jika Tuan kembali dia akan marah!"
Dongheon melayangkan pukulan pada pipi sosok itu, membuatnya jatuh terjerembab dan otomatis melepaskan cengkramannya pada Hoyoung.
"Gue gak peduli dia mau marah atau nggak!" tandas Dongheon seraya membawa Hoyoung menjauh dari anak buah iblis itu.
"Toh, itu kemauan Minchan sendiri!" tambah Hoyoung membuat sosok itu marah.
Anak buah iblis itu mulai memanggil teman-temannya yang lain yang memang bertugas menjaga tempat Minchan. Jelas mereka semua marah karena telah dikelabuhi oleh Dongheon dan Hoyoung.
Tuan mereka akan marah jika tahu bahwa Minchan kabur.
"Omong kosong! Hidup dia yang paling enak di sini, mana mungkin dia mau membelot?!" jawab salah satu dari mereka.
"Hidup? Kalian pikir ini hidup?!" ujar Hoyoung dengan nada suaranya yang meninggi.
"Kalian juga menikmati hidup yang diberikan Tuan kan? Kenapa sekarang berpura-pura seolah Tuan yang menyebabkan kalian seperti ini?"
Dongheon mendengus saat salah seorang dari mereka mulai menjulurkan tongkatnya ke arahnya dan Hoyoung, bersiap menyerang mereka berdua.
"Itu kesalahan." jawab Dongheon lirih.
Sosok yang tadi mencengkeram Hoyoung mendecih. "Hidup manusia lo itu kan nggak berguna, makanya Tuan memberimu hidup yang seperti ini. Terus lo justru bilang itu kesalahan?" ucapannya itu diakhiri tawa melengking yang di sambut oleh semua teman-temannya di sana.
"Kesalahan itu ada untuk diperbaiki."
Semua sosok itu makin tertawa terbahak mendengar jawaban Dongheon. "Oh lo sekarang menyesal udah bunuh banyak orang? Terus gimana caranya memperbaiki? Mau ngehidupin mereka semua yang udah lo bunuh? Cuih, mana mungkin!"
"Sialan lo!" umpat Hoyoung pada sosok itu. Ia sama sekali tidak takut pada tongkat mereka yang kini sudah berada tepat di lehernya.
Dongheon berteriak marah. "Gue gak pernah bunuh orang!"
"Tetep aja ngelak ya lo!"
"Itu kesalahan dan semua itu bukan kemauan gue!"
"Terus kasus Minchan itu apa? Minchan mati bukan karena target Tuan, tapi justru kalian berdua yang menginginkannya!"
Dongheon dan Hoyoung menatap mereka semua sengit. Nafas mereka memburu karena amarah dan bersiap menyerang balik meski mereka berdua tidak memiliki senjata.
Saat Dongheon berusaha memberi aba-aba pada Hoyoung untuk membebaskan diri, saat itu juga suhu udara di sekitar berubah drastis.
Dingin menyelimuti satu sisi ruangan dan hangat di sisi yang berlawanan.
Mereka semua menoleh lalu mendapati sang iblis, Tuan mereka, datang bersama Minchan yang menatap Dongheon dan Hoyoung sedih.
"Jadi kalian yang bunuh aku?" tanya Minchan lirih. Ia sama sekali tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.
Hoyoung gelagapan sedangkan Dongheon menoleh pada sang iblis yang saat ini tengah menyeringai senang.
Saat itu juga, rasanya Dongheon ingin menusuk dua mata merah sang iblis.
Tbc
070820Makasih ya atas saran kalian kemarin, tetep aku tampung kok sampai buku ini mau selesai nanti. Kalau keputusannya udah bulat, nanti aku kasih info lagi 👍😉
Jangan lupa tanggal 8 VERIVERY comeback MV DIY, streaming ya guys, selingin juga sama MV yang lain.
Jujur aku bener-bener udah ga sabar nunggu MV DIY kali ini, karena lagunya Connect, fav aku di album Face You selain Thunder 😭😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
[i] PHOTO | VERIVERY
Fanfiction[COMPLETED] «Don't keep staring, now it's game over. I catch you.» Ketika kamera, layar, tombol klik, lensa, flashlight, dan memori menjadi foto, semua itu butuh pengorbanan. Pengorbanan dari setiap komponen itu adalah jiwa. Hasilnya berupa foto ya...