Saat rasa tak bisa terbendung, maka ujaran yang tak sepantasnya akan timbul
Semua rasa sakit, sesak, dan pedih akan keluar dengan sendirinya
Aku cuman takut, takut ketika aku berbicara hati mereka akan terluka.
Aku juga seorang anak yang mempunyai hati, bukan robot yang bisa diatur semau hati, bukan pula mesin yang dikendalikan oleh operator pengendalian. Aku cuman mau satu dari kedua orang tuaku, kasih sayang dan perhatian yang tak terbatas, karena sesungguhnya anak tak bisa membenci kedua orang tuanya.Brak!
Suara pintu yang terbuka sangat keras mampu mengalihkan pandangan Rani. Rani menghentikan aksinya, Fajar juga menatap tak kalah terkejutnya. Ada apa sebenarnya? Kenapa Mama Rani datang dan membuka pintu begitu kasar? Bahkan Fajar dapat melihat bahwa Mama Rani masuk ke dalam kamar dan ingin mencari sesuatu.
"Bicara sama siapa kamu?" tanya Evi setelah di hadapan Rani.
Rani pun memutarkan bola matanya kesal. Bagaimana bisa sang mama bertanya, padahal wanita itu juga dapat melihat Fajar yang duduk di depannya.
"Fajar, kita lanjut aja. Gak penting," cibir Rani menoleh sekilas ke arah Evi yang memandangnya tak berdaya.
"Rani, Mama kamu ..."
Fajar belum sempat mengatakan yang sebenarnya, tapi Rani memotongnya. "Biarkan aja, gak penting tahu."
Evi pun hanya bisa menatap Rani. Pandangan itu terus tertuju pada bangku yang berada di depan Rani. Pandangannya memang tak salah. Tak ada seorang pun yang ada di hadapan anaknya.
Evi pun menarik tangan Rani dengan kasar. Membuat Rani tepat di hadapannya. Evi pun meneteskan air mata, membuat Rani seakan tak bisa berkata-kata. "Maafkan, Mama. Jangan bersikap seperti ini. Mama tak bisa melihat anak semata wayang Mama dalam keadaan tak sehat seperti ini."
Tak sehat? Rani pun seakan tak bisa bernapas sekarang. Apa dokter Larasati sudah memberi tahu semuanya? Tentang penyakitnya? Rani tak bisa membiarkan kedua orang tuanya tahu mengenai ini.
"Maksudnya?" tanya Rani sesantai mungkin.
Evi pun menghapus air matanya. Ia menatap Rani dengan dalam. "Besok kita ke psikiater, ya. Besok Mama luangkan waktu buat kamu."
"Apa!" teriak Rani sedikit memundurkan badannya.
Rani menggeleng. Ini tak masuk akal bagi dirinya. Psikiater? Ia tak mempunyai gangguan kejiwaan. Apa maksud dari semuanya? Kenapa sang mama tega melakukan ini pada dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Missing You (COMPLETED)
Fanfiction"Kamu itu nyata, tapi tak terlihat ada." ~Maharani~ Kamu hanyalah ilusi terbesar bagiku. Orang lain tak bisa melihatmu, tapi aku bisa menemukan kehadiranmu di sisiku. Kamu hidup, tapi tak pernah terlihat. Kehadiranmu ada, tapi...