|IMY 34| Niat Awal

210 35 2
                                    

Hari ini, hari di mana kita memulai untuk tak saling kenal, hari dimana aku harus menerima kenyataan, bahwa kamu sudah melupakan semua kenangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini, hari di mana kita memulai untuk tak saling kenal, hari dimana aku harus menerima kenyataan, bahwa kamu sudah melupakan semua kenangan.

"Jangan pergi ke sekolah dulu, ya. Mama sudah izinkan kamu," tutur Evi ketika Maharani sudah duduk di kursi makan menggunakan baju seragamnya.

Kali ini Evi berani untuk mengatur Rani, karena semenjak insiden yang lalu, Rani merubah pandangan terhadap mamanya sendiri. Pandangan bahwa seorang anak tak boleh membenci orang tuanya sendiri. Ya, seperti yang Fajar katakan, bahwa walau bagaimanapun dia adalah orang tua kita, orang yang melahirkan juga membesarkan kita hingga beranjak dewasa.

Pagi ini Rani memutuskan untuk pergi ke sekolah, tujuannya hanya satu, ia ingin melihat pria yang sudah lama tak menjenguk dirinya. Walau hanya dua hari lamanya, namun ketika kedua orang saling dekat dan tak dapat terpisah di jauhkan, apa keduanya tak saling merindukan? Ralat, satu orang di antara mereka, karena yang satunya sudah lupa akan semuanya. Bagi Rani ini tak jadi masalah, karena masalah yang sesungguhnya adalah, sampai kapan ia akan bertahan hidup? Jujur, ia ingin menyaksikan Fajar kembali padanya, menempati semua janji yang sudah terucapkan dari bibir manisnya.

"Aku kangen Allicia." Rani hanya membalas singkat sembari memakan roti yang ada di atas meja.

"Kamu masih lemah, penyakit kamu semakin parah, kalau kamu tidak mau menuruti saran kami," tutur Tundra secara tiba-tiba membuat Rani menatap sang mama yang menundukkan kepalanya.

Merasa Rani menatap dirinya, Evi pun hanya bisa menatap dengan rasa bersalah. "Maaf, Mama gak bisa diam aja. Papa harus tahu yang sebenarnya."

"Maafkan, Papa, ya. Papa salah selama ini sama kamu. Kita terlalu sibuk, sampai gak tahu ada penyakit ganas yang bersarang di tubuh kamu." Tundra pun terlihat berjalan ke arah anaknya, memeluk Rani dengan meneteskan air mata.

Selama ini ia hanya sibuk bekerja, tanpa memikirkan apa yang di perbuat atau apa yang terjadi dalam keluarganya. Jujur ia telah salah, salah karena terus memarahi Rani yang bahkan hanya karena kesalahannya sendiri.

Bisa dikatakan ia tak berguna sebagai kepala keluarga. Tak peduli apa yang akan di lakukan oleh istri dan anak-anaknya, dan hanya sibuk mencari nafkah. Tundra akan memperbaiki semuanya sekarang. Ia ingin anaknya sembuh, dan mengobati luka di hatinya.

"Pa ... Rani sudah memaafkan Papa. Alhamdulillah kalau Papa sadar." Rani pun tersenyum menatap sang papa yang menangis. "Papa jangan marah-marah, lagi, ya. Hidup Rani gak akan lama, kok. Rani janji, gak akan buat Papa marah lagi, tapi Papa harus janji, jangan sibuk kerja Mulu. Terutama Mama, Rani butuh kalian sekarang."

Benar apa yang dikatakan dirinya, jika Fajar tak bisa menemani dirinya, lantas siapa yang akan mendekati dirinya jika bukan kedua orang tua? Ia tak mau ada lagi perdebatan dan amarah di dalam keluarganya. Walau rasa kecewa masih ada, tapi untuk apa tak dihilangkan begitu saja? Semua manusia mempunyai kesalahan, terutama kedua orang tuanya.

Evi pun mendekati mereka, memeluk secara tiba-tiba dengan air mata yang menetes deras. Kali ini ia juga bersalah, terutama pada Rani dan suaminya sendiri. Selama ini ia hanya mengikuti ego tanpa tahu perasaan yang menghiasi mereka berdua. Bahkan kata cerai pernah ia ucapkan, namun Tundra tak mau mengabulkan dirinya. Ia merasa bersalah dan berdosa pada suaminya.

"Maafkan aku juga, Mas. Selama ini aku tak bisa menjadi istri yang baik. Aku minta maaf, karena tidak bisa mengurus Rani. Aku juga melanggar janji, dengan bekerja dan meninggalkan kalian berdua. Aku minta maaf," ujar Evi secara tulus.

"Iya, semuanya juga sudah terjadi. Kita ulang semuanya dari awal, ya." Tundra pun memeluk mereka sangat erat.

Rani hanya bisa tersenyum. Tersenyum senang dan lega, setidaknya ketika ia pergi, kedua orang tuanya berada dalam fase yang baik-baik saja dan harmonis.

"Kita berobat ke Singapura, ya," ucap Tundra secara tiba-tiba.

Rani yang mendengar itu tercengang. Biaya di sana pasti sangat mahal. Belum lagi penginapan juga dirinya yang harus meninggalkan sekolah membuat ia tak rela. Bahkan tak melihat Fajar satu hari saja ia tak berdaya, bukan karena alay atau bagaimana, tapi ada rasa kehilangan di dalam dirinya. Kehilangan yang tak akan pernah bisa di ceritakan, namun hanya bisa di rasakan.

"Enggak usah, Pa. Percuma aja, Rani gak akan sembuh," jawab Rani pada kedua orang tuanya.

"Kamu pasti bisa sembuh. Kamu yakin, kan, bahwa Allah akan memberikan jalan? Kamu pasti sembuh kalau mau berusaha," tutur Evi memberikan semangat pada Rani.

Hanya ada beberapa jenis pengobatan yang bisa Rani lakukan.
Kraniotomi. Dokter akan membelah tulang dari rangka kepala pada lokasi tumor yang diketahui dari pemindaian. Setelah tumor diangkat, potongan tulang akan dipasang kembali menggunakan pengaman berupa briket logam kecil.
Neuroendoskopi. Dalam prosedur ini, tumor akan diangkat melalui lubang kecil yang dibuat pada rangka kepala.
Operasi melalui hidung (transsphenoidal surgery). Operasi ini dilakukan untuk mengangkat tumor pada kelenjar pituituri, tanpa melakukan pembedahan rangka kepala. Dalam, transsphenoidal surgery, dokter akan memasukkan selang berkamera melalui hidung pasien untuk memotong dan mengeluarkan tumor.
Kemoterapi

Dalam terapi ini, obat antikanker dimasukkan dalam tubuh untuk membunuh sel kanker. Kemoterapi dapat dilaksanakan pasca operasi untuk mencegah tumor muncul kembali, dan memperpanjang usia harapan hidup penderita.

Dalam kemoterapi, obat yang dapat digunakan adalah temozolomide atau vincristine. Untuk pasien anak-anak, dapat diberikan obat cyclophosphamide, vincristine, cisplatin, etoposide, carboplatin, atau methotrexate. Obat-obatan tersebut dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dikombinasikan.

Kemoterapi dapat diberikan dalam bentuk tablet atau kapsul yang diminum, suntikan pada cairan otak dan tulang belakang, serta suntikan pada pembuluh darah vena. Pelaksanaan kemoterapi dilakukan dalam suatu siklus yang terdiri dari pemberian obat dan masa istirahat. Tiap siklus biasanya berlangsung selama beberapa minggu.

Itu lah mengapa, Evi bersama Tundra ingin membawa Rani ke Singapura untuk melakukan berbagai macam pengobatan, di Indonesia memang tersedia hanya saja mereka memilih rumah sakit yang lebih canggih.

"Rani takut, Ma. Kalau operasi gak akan berhasil bagaimana? Rani bisa mati," ucap Rani secara tiba-tiba.

"Kamu pasti bisa. Setelah kamu selesai ujian, kita berangkat, ya?" tanya Tundra yang memang sudah menyiapkan semuanya.

Rani pun menatap sang papa ragu, apa ia yakin ingin melakukan itu semua? Bahkan saat ini sangat sulit mencari jati dirinya yang sangat pemberani seperti biasanya. Apa ia bisa sembuh? Entah lah, bahkan ia tak percaya akan sembuh sepenuhnya.

"Iya, Pa."

#TBC

GIVE ME VOTMENT PLEASE 💜💜

gimana nih? Rani mau operasi yakin bakal sembuh gak?

Part kali ini gimana guys?

Yuk. Berikan komen terbaik kalian.

Jangan lupa untuk follow akun wattpad shtysetyongrm dan Instagram shtysetyongrm.

Baca juga cerita aku yang LAINNYA ya.

I Missing You (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang