|IMY 32| Fakta

222 36 6
                                    

Fakta memang seringkali menyakiti hati, namun ada yang lebih sakit, apa? Ketika kita di bohongi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Fakta memang seringkali menyakiti hati, namun ada yang lebih sakit, apa? Ketika kita di bohongi.

Sering kali pepatah mengatakan, bahwa kejujuran adalah nyawa kedua dari manusia itu sendiri. Jujur memang menyakitkan, tapi apa baik jika tak terus terang? Ya, tidak. Yang ada kita akan menyakiti orang yang paling kita sayang. Tak semua orang mau menerima kebohongan, karena kebohongan sangat menyakiti hati dan perasaan. Kita tak pernah tahu, ketika kita bohong, apa rasa kepercayaan akan kembali timbul? Ketika hati sesak dan tak terima.

Rani merasakan hatinya pecah berkeping-keping sekarang. Bagaimana tidak? Fajar yang selalu ada untuknya, menemani dirinya, dan menjaga dirinya hanyalah sebuah ilusi dan bukan kenyataan yang seperti ia rasakan selama ini. Ia merasa bodoh, bodoh karena mencintai seseorang pria yang bahkan tak pernah ada nyata di sampingnya. Pria yang membuat ia di anggap sebagai orang gila. Rani tak paham, dan ia tak mengerti.

"Ma, mending Mama keluar, ya." Rani berbicara dengan suara serak.

Evi pun menatap anaknya. "Gak bisa, kamu masih lemah. Gak mungkin Mama tinggalkan kamu di sini sama orang yang bahkan gak bergerak sama sekali."

Rani pun menatap sang mama dalam. Matanya memerah, bersamaan dengan air mata yang terus mengalir di matanya. "Please. Aku mau ngomong sesuatu sama Fajar. Rani akan kembali ke ruangan."

Evi menatap anaknya sekilas. Ia tak bisa membantah, karena Rani adalah anak yang keras kepala, walau ia mencoba tapi anak itu akan berpendapat sama. Evi pun mengangguk dan keluar.

Hanya Rani satu-satunya orang yang berada di ruangan Fajar. Shock dan tak percaya kini tengah ia rasakan. Rani berulang kali memegang sisi ranjang Fajar untuk menjaga keseimbangan dirinya. Rani pun mengedarkan pandangannya, berusaha untuk mencari Fajar yang selama ini selalu berada di sampingnya.

"Fajar," panggil Rani berusaha untuk mencari keberadaan Fajar.

Tak lama sentuhan di bahunya membuat Rani menoleh. Ia menatap Fajar dengan air mata yang mengalir deras. Rani hanya diam menangis sembari menatap pria yang sedang menatapnya sendu.

"Kenapa lo gak pernah bilang?" Rani pun mengarahkan pandangannya pada tubuh Fajar yang terbaring lemah. "Tubuh lo ada di sini, tapi kenapa Lo malah pergi? Please, comeback for Me."

Fajar pun menatap Rani dalam. Tangannya mulai bergerak meraih tangan Rani. Pandangan mereka pun saling bertemu satu sama lain. Fajar menatap Rani dengan penuh rasa bersalah dan aura kesedihan, ketika sampai sekarang tubuhnya masih terbaring lemah di ranjang.

"I can not. Kalau gue bisa balik, dari dua bulan lalu gue akan kembali ke tubuh gue, tapi gue gak bisa." Fajar pun menatap tubuhnya yang terpasang berbagai alat medis. "Alat medis itu cuman bantu gue tetap ada di rumah sakit, tanpa kematian. Mungkin kalau kedua orang tua gue gak punya harapan lagi, gue bakal mati untuk selamanya. Selama ini gue selalu bertahan, bertahan biar alat monitor ekg itu bergerak normal, biar mereka tahu, bahwa gue masih hidup di sini."

I Missing You (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang