Mungkin rasa sakit ini akan berhenti, ketika detak jantung tak lagi berbunyi dan berdetak.Suara riuh suporter memenuhi gedung perlombaan antar sekolah. Banyak sekali spanduk dan drum untuk memeriahkan acara. Tunggu. Apa ini pertandingan sepak bola? Tentu saja bukan, ini pertandingan sains yang melibatkan sekolah di seluruh Jakarta, termasuk SMA Tunas harapan. Para murid sudah memenuhi tribun dalam gedung. Spanduk dari yang kecil hingga yang terbentang lebar terlihat jelas dari atas sana. Suara teriakan histeris dan semangat tak henti-hentinya di keluarkan. Padahal ini belum waktunya sekolah mereka berlomba, tapi untuk memeriahkan mereka rela melakukan itu semua. Teriakan kencang menyebut seorang nama membuat seorang gadis yang tengah berdoa menoleh dan berusaha untuk menemukan orang itu di balik puluhan orang yang memenuhi tribun.
Suara panggilan yang menyebut namanya membuat Rani mencari siapa yang memanggilnya. Senyum manis terbit di bibirnya, ketika yang memanggil dirinya Allicia. Tunggu dulu, apa ia tak salah melihat? Untuk pertama kalinya dari sekian banyak lomba yang ia ikuti, orang tuanya tengah duduk untuk melihat. Apa ini nyata? Rani pun hanya bisa tersenyum dan melambaikan tangan pada mereka. Baginya ini lomba yang berarti dan tak akan pernah tergantikan dalam hidupnya.
"Sekolah kita habis ini. Lawan sekolah Taruna yang gue yakin, dia gak bisa kita remehkan. Semua sekolah di bantai habis sama mereka. Tinggal kita doang," ucap Fajar yang tanpa mengalihkan pandangannya pada buku yang sedang ia baca.
"Kita bantai balik. Jangan baca mulu, ingatan lo itu hebat, dan lo pintar. Kita hanya perlu kerja tim dan saling bantu," balas Rani memperhatikan SMA yang akan menjadi lawan mereka. Tengah tanding di atas podium.
Rani kemudian kembali menoleh, ketika tak ada tanggapan dari pria yang ada di sampingnya. Rani menyenggol lengan Fajar, membuat pria itu menatapnya.
"Apa? Gue lagi belajar," tutur Fajar membuat Rani merebut bukunya.
"Lo mau buku ini balik?" Rani mengangkat tinggi-tinggi buku yang ia pegang, sementara Fajar hanya melihatnya. "Lo harus janji satu hal ya?"
"Janji apa, lagi, sih?"
"Kalau kita menang hari ini, lo bawa gue ke pasar malam? Ini terakhir festival itu. Setelah malam ini, pasar malam itu gak ada lagi. Janji, ya? Gue mau naik komedi putar. Janji, ya?" tanya Rani penuh harap.
Yap! Festival tahunan ini hanya di selenggarakan satu tahun sekali. Dan berlangsungnya pun hanya seminggu. Sekarang seminggu terakhir, dan yang ia ingin, Fajar kembali pada ingatan dan menempati janji, sebelum pasar malam itu tak ada lagi. Ketika seorang berjanji maka kita yang ingat harus memberi tahu dan mengingatkan. Makanya Rani melakukan itu semua, walau Fajar tak akan pernah sadar dengan janjinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Missing You (COMPLETED)
Fanfiction"Kamu itu nyata, tapi tak terlihat ada." ~Maharani~ Kamu hanyalah ilusi terbesar bagiku. Orang lain tak bisa melihatmu, tapi aku bisa menemukan kehadiranmu di sisiku. Kamu hidup, tapi tak pernah terlihat. Kehadiranmu ada, tapi...