|IMY 40| Diskusi

187 31 1
                                    

Andai saja luka dan kecewa bisa ku sembunyikan dalam dada, pasti mereka tak akan tahu, bahwa kecewa dan perjuangan saling terhubung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Andai saja luka dan kecewa bisa ku sembunyikan dalam dada, pasti mereka tak akan tahu, bahwa kecewa dan perjuangan saling terhubung.

Rumah mewah sudah terpampang jelas di depan mata, seorang gadis dengan langkah lelah berusaha untuk berjalan menuju pintu utama. Letak halaman yang terlalu luas, membuat Rani mempercepat langkahnya. Matahari sudah berganti dengan sinar orange milik sang senja. Awan sudah hitam tergantikan dengan pergantian siang dan malam. Dalam hati Rani khawatir, khawatir mamanya akan marah padanya, karena pulang sore dan tak sesuai jadwal yang telah di berikan.

Tangan kanannya membuka handle pintu ruang utama. Sepi dan sedikit gelap itu lah yang ia rasakan. Rani masuk dengan napas panjang. Bahkan janji pun bisa di ingkari oleh mereka. Dengan gontai dan pasrah Rani berjalan menuju tangga, namun suara lembut milik ibunya membuat senyum terbit di bibirnya.

"Rani," panggil Evi berjalan menuju Rani. "Capek? Kamu mandi dulu, abis itu makan dan tidur, ya."

Ketika Rani menoleh, ternyata bukan hanya sang mama yang ada di rumahnya, tapi papanya juga tengah duduk di meja makan dan menatap dirinya dengan senyuman miliknya. Rani pun merasa bahagia, setidaknya karena penyakitnya ia bisa berkumpul dengan keluarganya lagi.

"Mama gak kerja?" tanya Rani pada Evi yang ada di depannya.

"Mama udah gak kerja lagi. Mama dan papa sudah sepakat, bahwa hanya papa saja yang kerja, sementara mama di rumah saja, jagain kamu." Evi pun mengelus rambut halus milik Rani.

Rasa senang jelas terbit di hatinya, apa ini puncak bahagia dari segala perjuangan yang ia lakukan selama ini? Bahagia karena kedua orangtuanya akhirnya menyadari, bahwa ada seorang anak yang membutuhkan kasih sayang juga perhatiannya. Rani pun memeluk Evi dengan air mata. Entah mengapa, beberapa hari belakangan ini, perubahan kedua orangtuanya membuat ia senang dan terharu.

"Makasih, Ma. Makasih karena mau relakan kerjaan mama untuk menemani umur Rani yang gak akan lama lagi," lirih Rani memeluk Evi sangat erat.

Hati Evi sebagai seorang ibu merasa sakit tak berarti. Bagaimana bisa ini terjadi? Kenapa ia melupakan dan fokus pada kerjaannya selama ini? Padahal ia membutuhkan Rani yang membutuhkan dekapan hangat miliknya di saat seperti ini. Evi pun ikut menitikkan air mata bila mengingat Rani dan segala penyakitnya.

"Kamu pasti akan sembuh. Percaya, dan tetap semangat, Nak. Kami di sini mendukung untuk kesembuhan kamu," balas Evi kemudian mencium dahi Rani.

"Ais, Rani belakangan ini cengeng. Aku mau mandi dulu, ya, Ma. Mama dan Papa tunggu di meja makan aja, Rani pasti akan ke sana," pamit Rani membuat Evi menghapus air matanya dan berjalan meninggalkan Rani yang sudah naik ke atas tangga.

I Missing You (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang