Berharap itu sakit, apa lagi jika orang yang kita harapkan tak mengenal kita.Angin malam tergerak menyapu setiap inci muka. Terasa dingin dan begitu sejuk untuk di rasakan. Mata yang terpejam seolah menjadi pertanda, bahwa penikmat sang malam sedang menikmati itu semua. Rambut yang dibiarkan tergerai indah, di sapu ribuan angin yang terus menerjang dirinya. Sesekali ia melebarkan tangannya, berusaha untuk menikmati setiap detik angin yang mencoba untuk menyapa dirinya. Ia bahagia, walau ada setitik luka yang tak tahu kapan hilangnya.
Mata indah dengan manik mata coklat legam membuka, menatap pemandangan kota yang selalu menjadi favorit dirinya. Tak ia sangka, bahwa letak rumah yang strategis, membuat ia bisa melihat hamparan gedung pencakar langit juga rumah-rumah mewah yang ada di kompleks perumahan dirinya. Tempat ini, tempat di mana ia menyimpan seribu kenangan indah bersama sang pria yang melupakan dirinya. Tempat di mana ia berkeluh kesah juga menghibur diri bersamanya yang selalu membuat dirinya terus mengingat apa yang terjadi sebelumnya.
Sangat dramatis memang, tapi itu lah hidup, seperti skenario indah dari sang penulis, yang harus di perankan oleh aktor dan pengarah sutradara. Peradegan membuat ia paham, bahwa setiap detik waktu yang berputar, akan sangat berharga ketika kita sudah kehilangan. Kehilangan orang yang di sayang membuat kita lemah, lemah dalam menanggapi dan terus mencoba untuk menguatkan hati. Ya, walau orang itu masih ada, tapi lupa ingatan membuat ia tak bisa memungkiri apa yang ia rasakan saat ini.
"Apa gue gak penting buat lo? Kapan lo sadar, sih? Gue butuh lo, Fajar." Rani kemudian memegang kalung yang masih terpasang indah di leher jenjangnya. FR singkatan dari Fajar dan Rani.
Tatapan bahagia tergantikan oleh tatapan sendu penuh makna. Akhir-akhir ini, ia lebih sering merasakan luka dari pada bahagia ketika ia di samping Fajar yang menimbulkan tawanya. Kalau di tanya apa ia merindukan dirinya? Maka jawabnnya adalah tentu. Seseorang yang membuat kita terus tersenyum hilang seperti di terpa badai yang tak berujung. Yang ia inginkan hanya Fajar.
"Cepat sadar, gue cinta sama lo, dan gue gak bisa janji, kalau gue akan baik-baik saja setelah lomba itu." Rani kemudian mencium kalung itu dengan tetesan air matanya. "I missing you."
Yap! Malam ini dan malam-malam sebelumnya, Rani selalu merindukan sosok Fajar yang seperti biasa, sosok yang membawa ia pada hal optimis, berkata bahwa ia akan baik-baik saja, dan selalu mendukung dirinya. Sekarang apa yang ia dapat? Tak ada satu pun rasa bahagia, walau sosoknya ada di dekat dirinya. Rani terisak dan terus mencium kalung itu dengan hati yang susah untuk ia rasa.
"I missing you ..."
***
"Tumben banget, biasanya lo paling malas kalau di suruh ke perpustakaan. Kesambet apa lo?" tanya Allicia sedikit berbisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Missing You (COMPLETED)
Fanfiction"Kamu itu nyata, tapi tak terlihat ada." ~Maharani~ Kamu hanyalah ilusi terbesar bagiku. Orang lain tak bisa melihatmu, tapi aku bisa menemukan kehadiranmu di sisiku. Kamu hidup, tapi tak pernah terlihat. Kehadiranmu ada, tapi...