|IMY 25| Pencarian

227 42 2
                                    

Pada dasarnya seorang anak hanya membutuhkan keluarga yang hangat, bukan harta yang melimpah ruah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pada dasarnya seorang anak hanya membutuhkan keluarga yang hangat, bukan harta yang melimpah ruah.

Seorang ibu harusnya bisa memberikan perhatian dan kasih sayang pada anaknya sendiri. Ketika anak merasa sendiri, maka anak akan pergi dengan sendirinya. Kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya di hidup kita. Apa kita masih saja kaya? Atau setelahnya kita menderita? Semua itu tak pernah kita ketahui nantinya. Ketika apa yang kita tunggu tak datang juga, pasti rasa khawatir timbul dalam benak dirinya. Ke mana Rani pergi? Bahkan sopir pribadinya sudah ia perintahkan untuk mencari Rani di gedung sekolah, tapi tak bisa ditemukan keberadaannya.

"Kenapa kamu tak bisa menemukan anak saya?" tanya Evi menatap tajam pada Pak Eko yang tak lain adalah sopir dan cs Rani.

Pak Eko hanya bisa menundukkan kepalanya. "Maaf, Bu. Saya sudah cari ke penjuru sekolah, tapi Neng Rani gak ada. Semua murid sudah pulang."

Evi yang mendengar itu hanya bisa terduduk lesu di tempatnya. Pikiran dirinya melayang ke segala arah. Apa Rani akan baik-baik saja? Padahal hari ini, ia akan mengajak Rani ke psikiater untuk memeriksa jiwanya. Sebagai ibu ia khawatir mengenai kondisi anaknya. Ia tak mau Rani gila. Itu saja.

"Cari dia lagi. Saya minta sekarang juga kamu cari dia!" sentak Evi tak tahu harus berbuat apa. "Bagaimana kalau Mas Tundra tahu soal ini. Aku tak mau bertengkar dengannya lagi."

Ketika Eko pergi mencari, suasana ruang keluarga hanya tersisa Evi hanya bisa terduduk sembari mencoba menelepon anaknya. Kenapa Rani semakin menjadi-jadi? Rasanya kepala ini akan pecah sekarang juga. Berulang kali ia menghubungi anaknya, akhirnya panggilan terakhir di terima oleh Rani, membuat Evi tersenyum senang.

"Kamu di mana? Pulang sekarang."

Evi harus menelan rasa kesal, ketika Rani tak menjawab apa pun.

"Rani jawab Mama! Kamu di mana? Kita sudah membuat janji untuk ke psikiater sekarang. Pulang!"

"Kalau nelepon cuman untuk marah-marah, mending gak usah. Janji itu mama yang buat, bukan Rani. Jangan sok peduli, karena Rani gak bakal pulang, kalau mama paksa Rani pergi ke psikiater."

"Rani ..."

Tut.

Sambungan telepon yang terputus membuat Evi melempar ponselnya. Percuma saja, tak ada etika baik dari anaknya. Rani benar-benar memancing amarahnya sekarang. Semua janji sudah di buat, ia hanya ingin tahu, apa anaknya itu baik-baik saja atau tidak, tapi anak itu malah menghancurkan semua rencananya sekarang.

I Missing You (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang