Don't forget vote and coment lovee..+++
"Taehyung-ah, wajahmu kenapa tampak lebam begitu?" Tanya Jimin berusaha untuk menahan tawanya ketika menemukan temannya berpenampilan sangat menyedihkan dengan beberapa lebam di wajah. Jimin berjalan mendekat dan berdiri di hadapan Taehyung yang tengah mengobati lebam nya.
Taehyung menatap Jimin kesal sebelum ia menutup kembali kotak p3k. "Kau menertawakan bos mu huh? " Taehyung mencebik ke arah Jimin dan hampir melempar gunting ke arah pria itu.
Pria dalam balutan jas hitam itu mengulum bibirnya ke dalam untuk meredam tawa yang sempat terpancing. "Baiklah, coba kau jelaskan sekarang."
"Gadis gila yang meneriaki ku pria mesum!" Ucap Taehyung kesal dan membanting kasa yang sebelumnya ia gunakan ke lantai. Saat itu Taehyung ingin sekali menarik tas bocah itu dan membuat nya menangis di tengah jalan karena kehilangan tas. Bocah itu pasti cengeng.
Jimin tidak tahan untuk tidak tertawa melihat ekspresi Taehyung yang sedang kesal tampak sangat lucu baginya. "Yak, kau memang mesum Taehyung-ah. " Tawa Jimin pecah saat itu juga.
Taehyung langsung memukul lengan Jimin kuat sebelum akhirnya menatap Jimin dengan tatapan membunuh. "Yak kau merendahkan CEO seperti ku eoh?"
Jimin menyudahi tawanya dan menatap Taehyung kembali dan kali ini serius. "Salah sendiri karena tidak menerima tumpangan ku dan lebih memilih naik bus. Kau seperti bukan seorang CEO saja. "
Taehyung menatap kesal ke arah Jimin kemudian bangkit dari kursi kerjanya, tak ingin melanjutkan karena hanya membuat Jimin semakin semangat untuk menertawakan dirinya. Taehyung bangkit dan berjalan menuju ke jendela kaca ruangannya yang menampakkan jelas seluruh kota seoul dari sana. Ia berdiri menghadap kaca dengan tangan yang di masukkan kedalam saku celana kainnya. Tiba-tiba saja pikirannya terbawa dengan ucapan sang ayah beberapa hari lalu tentang perjodohan nya.
Taehyung menarik nafas dan membuangnya perlahan lantas membuka katup bibirnya. "Jim, jika kau di paksa oleh orang tuamu dengan keputusan yang sama sekali tidak kau inginkan apa kau akan menerimanya dengan ikhlas? " Manik kembar Taehyung masih setia menatap pemandangan luar. Sejujurnya ia sangat frustasi dengan rencana gila ini, dia sudah dewasa dan sangat mapan bahkan banyak wanita di luar sana mengejarnya.
Jimin tampak berpikir sebelum memutuskan membuka mulut untuk memberi pendapat dirinya. "Menurutku sih keputusan yang telah di buat oleh orang tua untuk anaknya itu yang terbaik, tapi jika itu tidak sesuai dengan keinginan sang anak sendiri mungkin ia bisa menolak lagian ia juga berhak untuk menentukan kehidupan nya. "
Taehyung membalikkan tubuhnya menghadap Jimin yang masih setia terduduk di sofa ruang kerjanya. Raut wajahnya berubah sendu dan tidak bersemangat. "Mau seberapa kuat aku untuk menolak, orang tuaku tetap bersikeras dengan perjodohan bodoh ini, aku tidak dapat menolak nya sama sekali. " Ia masih ingin meneruskan bisnis nya hingga luar negri bukan malah menikah begini.
Jimin bangkit dan menepuk bahu sahabatnya, ia tau kalau Taehyung sama sekali tidak ingin menikah dulu-mungkin butuh beberapa tahun lagi sampai luka di hatinya benar-benar sembuh dari luka masa lalu. "Tapi percayalah apapun keputusannya itu yang terbaik dan kau harus benar-benar menerimanya dengan ikhlas karena kau adalah seorang pria dewasa. "
Taehyung membuang nafas nya dan mengangguk samar. "Terimakasih Jim, ku harap wanita itu bisa bertahan walau tanpa cinta di dalam rumah tangga. "
"Cinta akan hadir seiring bagaimana kau mampu menyikapi nya."
***
Haeri meletakkan pulpennya dengan lega setelah tugas matematika miliknya telah mendarat di meja guru, dan membuang nafas lega. Keadaan Soora yang tengah kesusahan membuat Haeri terkekeh sendiri melihat penampilannya yang berantakan dengan rambut yang tidak teratur, pulpen yang ia gigit di mulutnya dan wajah yang tampak seperti orang kebelet pipis.

KAMU SEDANG MEMBACA
Married Him [END]
Fanfiction[COMPLETED] Kejadian yang terjadi 15 tahun lalu membuat Taehyung dan haeri saling terikat dengan janji suci. Pada awalnya memang tidak ada ketertarikan di antaranya, siapa tau jalan hidup tidak begitu selama nya buruk. Tapi semua tidak sesederha...