[28]

1.3K 119 0
                                    


Halo, ak ngaret bgt utk crita ini
pdahal mau tamat:)

Ayo di vote atuh, jgn sungkan ya..
And klo klian berkomentar di sini pas ak bcaaiin bsa buat penyemangat trsendiri buat aku...

Bbrapa bab ini ga mncul Bpk kim atau mgkin kita gbsa jmpa Bpk kim lgi:(

Okee, happy reading love💜💜

+++

Jiya mengenggam payung dengan erat di tangannya, kedua jenjang nya masih setia menetap memandang lurus ke arah apartemen Jungkook. Hati nya masih ragu untuk bertemu dengan pria itu namun perkataan tuan kim kemarin membuat nya nekat untuk kembali, hari ini dan di sini ia berada.

Dirinya seumpama seseorang yang terjatuh ke dasar lalu di selamatkan dan di beri tempat yang layak. Tangan yang menyelamatkan nya memiliki maksud lain untuk dirinya untuk di jadikan bahan menyembuhkan luka seseorang. Memberi tempat untuk sebuah yang kosong dan menyediakan kehangatan yang sama sekali tidak pernah ia pikirkan namun terpaksa ia menurutinya karena tidak ingin tangan yang menyelamatkan nya kembali membuat nya jatuh terperosok ke dasar.

Perlahan tanpa pemberitahuan perasaan itu merambat dalam hatinya, semakin hari dirinya seperti seolah candu untuk mengisi terus- menerus ruang kosong seorang pria yang awalnya asing. Yang tanpa ia tau ternyata dirinya mengambil paksa tempat itu dari seseorang lain dan merasa egois sebelum ia mengetahui jika dirinya hanya di jadikan sebuah permainan.

Sekarang hanya tinggal selangkah terakhir, membuktikan jika Jungkook memang sudah tidak lagi membutuhkan nya dan memberi tahu kepada tuan kim bahwa mereka telah selesai. Karena bagaimana pun merusak sebuah hubungan orang lain tidak pernah di benarkan.

Ia akan melakukan ini dengan cepat, namun saat tungkainya ingin melangkah ia melihat Jungkook keluar dari apartemen nya dengan buru-buru. Ia terlihat memasukkan sebuah benda ke dalam saku mantelnya dan berlari menyebrangi hujan menuju sebuah taksi.

Beruntung tepat saat Jungkook masuk kedalam taksi, sebuah taksi lain lewat di depannya dan dengan cepat ia  memberhentikan taksi itu untuk mengikuti Jungkook dari arah belakang. Sebelum Jungkook benar-benar masuk kedalam mobil tadi ia sempat melihat jika Jungkook menyeringai, entah kenapa Jiya menaruh rasa penasaran akan ekspresi itu. Ia merasa harus mengikuti pria itu, bagaimana pun Tuan kim menyuruhnya untuk kembali kepada Jungkook dengan berbagai cara.

Taksi yang ia tumpangi sempat kehilangan arah karena curah hujan yang semakin deras yang menghalangi penglihatan, kemacetan mendadak terjadi di sekitar lampu merah membuat taksi milik Jungkook kehilangan arah. Jiya mengenggam jari-jarinya khawatir, ini aneh.

"Pak cepat temukan taksi tadi! " Ujar Jiya tak sabaran, syukur saja kini taksi Jungkook sudah kembali terlihat dan memasuki pelantaran rumah sakit. Jiya semakin di buat bingung dengan ini. Setelah membayar ongkos taksi Jiya keluar dari taksi dan ikut berlari mengikuti jejak Jungkook dari arah belakang, pria itu kini tampak lebih santai menapaki lantai rumah sakit.

Jiya melihat Jungkook bertemu dengan seorang pria berbadan tegap di ujung lorong rumah sakit, mereka seperti membicarakan sesuatu dan Jungkook terlihat menerima sebuah botol kaca kecil dari tangan pria berbadan tegap itu. Jiya mengerutkan alisnya dan berusaha menangkap maksud dari pembicaraan keduanya melalui gerak bibir mereka.

"Reaksinya akan tampak begitu tenang, pasien tidak akan mengalami kejang-kejang karena pemberhentian kerja jantung bekerja dengan lambat dalam waktu 12 jam."

Sebuah kalimat yang berhasil Jiya tangkap dari bibir si pria tegap itu dengan teliti, seketika tubuhnya menjadi kaku mengingat akan ada suatu buruk yang akan terjadi setelah ini. Melihat ekspresi Jungkook yang aneh membuat diri nya tidak tenang. Pergi atau teruskan? Perdebatan kecil dalam benak Jiya saling bersuara, ia juga tidak mengenal orang itu dan pasti seseorang yang sedang mereka bicarakan merupakan nseorang musuh bagi Jungkook.

Sesaat Jiya hanya berdiri termenung sampai tidak menyadari jika Jungkook dan seorang pria berbadan tegap itu tidak ada lagi di sana. Siapapun itu Jiya tidak peduli, ini menyangkut nyawa manusia dan Jiya harus memeriksa siapa itu.

***

"Alex, apa eomma sudah mengetahui kabar Taehyung?" Tanya Jungkook dengan suara setengah berbisik karena Haeri sudah tertidur di sebelahnya dengan mata sembab.

"Nyonya Kim belum mengetahui apapun tentang penurunan kesehatan tuan Taehyung, obat itu bekerja sangat lambat sampai sulit untuk di prediksi oleh seseorang, efeknya akan menggerogoti jantung pasien dengan perlahan. "

Jungkook merasa kejam, Jungkook merasa berdosa sampai tega membuat hyung yang paling menyayangi nya tersiksa dengan obat yang ia suntikan. Jungkook menggeleng dan tetap berkeras hati. Sebentar lagi kebahagiaan nya akan datang, tidak ada lagi penganggu dalam hidup nya. "Periksa semua hal yang terlihat mencurigakan, jangan terlewat apapun itu. "

"Baik tuan. " Setelah mendapat persetujuan dari Alex, Jungkook langsung menutup panggilannya dan merasakan Haeri yang bergerak tidak nyaman dalam pelukannya. Gadis itu berkeringat dan tubuhnya terasa panas.

"Sayang apa kau baik-baik saja? " Tanya Jungkook khawatir dan meletakkan tangan nya menyentuh dahi Haeri dan mengelap keringat yang berada di sana.

"Panas kook, Taehyung oppa mana? Apa kau melihat nya? Bisa kau panggilkan sebentar? " Haeri berucap lirih, tubuhnya terasa lemas dengan kondisi tubuh yang panas.

Jungkook segera merangkum kembali daksa Haeri dan mengelus punggung sang gadis pelan. "Bentar lagi kita akan menemuinya sayang, istirahat dulu sampai keadaan mu membaik." Jungkook menjauhkan tubuhnya dan membiarkan Haeri tertidur kembali di atas ranjang, menaikkan selimut sampai batas lehernya dan melenggang keluar untuk mengambil kain kompres.

Masih dalam keadaan lemah Haeri perlahan menyingkap matanya saat mendengar ponselnya berdering pelan dari arah mantel Jungkook yang tergeletak di bawah lantai, akhirnya setelah Jungkook membawanya kemari ia bisa melihat lagi ponsel nya. Syukur Jungkook tidak menonaktifkan ponsel milik nya, dengan sisa tenaga ia meraih ponsel dalam saku mantel Jungkook. Ada beberapa pesan dari Soora di sana dan perhatian nya tertuju pada sebuah pesan dari nomor yang tidak di kenal.

Unknown
Pergilah ke Private Villa Kim Family di desa handong dan jangan membawa siapapun. Besok malam pukul 9.

Jantung Haeri berdegup kencang setelah membaca pesan singkat itu, apa ini dari Taehyung tapi Jungkook mengatakan jika pria itu telah tiada. Lagi-lagi hatinya perih, besok ia harus keluar dari sini dan mengetahui maksud dari pesan singkat ini.

Haeri memasukkan  ponselnya ke dalam selimut agar Jungkook tidak mencurigai nya, tepat saat itu pria itu masuk dengan membawa sebuah baskom berisi air kompresan beserta semangkuk bubur. Haeri hanya bisa tersenyum kecut, Jungkook tidak boleh mengetahui isi pesan tadi.

Jungkook duduk di tepi ranjang dan mulai mengambil kain kompresan dan di tempelkan di kening Haeri dengan posisi yang bersender di kepala ranjang. "Setelah kau kembali pulih kita akan menemui tae hyung."

Haeri tidak sanggup menjawab, bibir nya kelu dan pikirannya terbang entah kemana. Lalu Jungkook mulai menyuapkan beberapa sendok bubur dan Haeri hanya bisa menerima nya.

Dalam hati, Jungkook senantiasa bergumam permintaan maaf pada Haeri dan Taehyung. Ini sudah berakhir dan cerita ini sudah menjadi miliknya. Setelah setengah bubur dari mangkuk yang Jungkook bawa telah habis, Haeri tidak ingin lagi memakannya. Perut nya sudah terasa penuh dan hampir membuat tekanan pada lambungnya, Jungkook membantu Haeri kembali berbaring dengan kain kompres yang sudah di rendam kembali.

Tidak banyak berbicara Haeri kembali menutup matanya untuk mengumpulkan energi agar bisa mengetahui maksud dari si pengirim pesan tadi. 

To be continue..

Married Him [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang