Tepat pukul 10 malam deru mobil Taehyung terdengar, dengan cepat Haeri menutup buku pelajaran nya dan segera beranjak ke tempat tidur. Sejujurnya ia masih sangat malu dengan kejadian yang menggelikan itu. Untuk saat ini ia tidak ingin berpapasan dulu dengan Taehyung, mungkin besok menurutnya sudah harus membaik. Bagaimanapun, besok orang tua Taehyung dan orang tuanya akan berkunjung karena berhubung hari libur. Tidak lucu saja jika Haeri masih malu-malu karena kejadian kemarin di depan kedua keluarga itu.
Deritan pintu kamarnya terdengar dan Haeri semakin merapatkan matanya. Derap langkah kaki Taehyung terdengar begitu merdu masuk ke dalam rungunya, Haeri sudah gila bahkan dengan hanya dengan mendengar nya keringat dingin sudah bercucuran. Haeri harus menyadarkan dirinya sendiri bahwa ia memiliki kekasih.
Dengan tangan yang meremat selimut ketika ia merasakan baju Taehyung terlempar lembut ke atas kasur, keringat benar-benar sudah membasahi leher dan wajahnya. Haeri kesal karena mendapati dirinya seperti wanita mesum saja, padahal ia masih duduk di kursi sekolah. Teringat bagaimana bibir basah dan lembab itu menyentuh bibirnya menggoda, dan bagaimana telapak tangan besar itu mengelus surainya dan meremas tengkuk sekaligus pinggang nya. Sialan sekali memang.
Sibuk dengan pikiran nya yang terbang entah berantah, perlahan kesadarannya mulai tertarik ke alam bawah sadar, tapi mendadak ia melebarkan matanya akibat teriakan Taehyung dari kamar mandi. Ia lupa untuk menyiapkan air hangat untuk suaminya mandi, tadi setelah menyelesaikan tugasnya ia langsung buru-buru karena mendengar suara mobil Taehyung. Ia merutuki dirinya karena terlalu sering menunda-nunda sesuatu. Dengan cepat Haeri bangkit dan mengikat rambutnya, setelah itu ia langsung melangkah ke kamar mandi dan mendadak kepalanya menabrak dada tegap Taehyung yang hendak keluar kamar mandi saat itu.
Haeri meringis dan mengusap dahinya. Seketika ia menelan saliva ketika matanya mendapati dada telanjang Taehyung yang terpajang tepat di depan dirinya dengan handuk yang melilit pinggangnya yang ramping. "A...aku akan menyiapkan nya. " Haeri ingin melempar dirinya ke rawa-rawa karena kesal, kenapa harus gugup?
Taehyung menahan bahu Haeri, pria itu menatap wajah cantik istrinya yang tanpa polesan di sana. Sebenarnya Taehyung belum yakin dengan perasaannya saat ini di tambah lagi Haeri memiliki kekasih di belakang nya yang juga merupakan adik lelakinya sendiri. Tapi jika bermain-main sebentar tidak salah, toh Haeri juga istri nya sah. Melupakan sejenak perih di hatinya yang masih membekas sampai sekarang, Taehyung lantas menarik sebelah sudut bibirnya. "Jika kau saja yang menghangatkan ku bagaimana hm?"
Pribadi di depannya tidak henti dari tadi mengucap permohonan meminta perlindungan, Haeri menelan ludahnya susah payah, saat begini yang paling ia benci. Taehyung memang kurang ajar baginya. "Ahjussi jangan begini bisa tidak? A....aku ingin menyiapkan mu air hangat dan kemudian aku ingin istirahat." Haeri menegapkan tubuhnya seolah menantang Taehyung, ia tidak boleh lemah kalau tidak suaminya akan berasumsi yang tidak-tidak.
"Ahjussi hm? " Taehyung semakin merapatkan tubuhnya membuat Haeri terimpit di dalam kukungannya. Enak saja di panggil dengan sebutan ahjussi, Taehyung tidak setua itu bahkan banyak gadis-gadis di luar sana yang mengejarnya. "Katakan sekali lagi."
Haeri sama sekali tidak boleh lengah dalam hal ini, dalam keadaan seperti ini keberanian harus di nomor satukan. Haeri memberanikan menatap atensi Taehyung dengan jantung yang berdegup kencang, tapi ia berusaha untuk tampak gugup. "AHJUSSI BOLEH TIDAK JANGAN MENGHALANGI! "
Taehyung langsung membungkam bibir kecil itu dengan beberapa lumatan, jika bukan cara ini ia yakin Haeri akan terus memanggilnya ahjussi. Taehyung menahan tangan Haeri dan meletakkannya di atas kepala gadis itu, Taehyung melakukan ini hanya karena ingin dan tidak lebih. Sekalian juga peringatan kepada istri mudanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married Him [END]
Fanfiction[COMPLETED] Kejadian yang terjadi 15 tahun lalu membuat Taehyung dan haeri saling terikat dengan janji suci. Pada awalnya memang tidak ada ketertarikan di antaranya, siapa tau jalan hidup tidak begitu selama nya buruk. Tapi semua tidak sesederha...