76. papa dan mama

501 71 8
                                    

"Rara, rara! Yuk main yuk!"

Ryujin tuh bucin sama anak kecilnya kebangetan, makanya dia senang banget waktu ketemu sama anaknya Chaeryeong sama Haechan yang baru berusia satu bulan.

Chaeryeong sekarang udah balik ke Indonesia, karena bulan Agustus depan dia udah harus masuk kuliah lagi setelah cuti satu semester. Awalnya mau cuti lagi satu semester, tapi setelah dirembug sama Haechan dan juga keluarga mereka berdua, mereka sepakat biar Chaeryeong pulang sama bayinya.

Haechan juga ikut pulang ke Indonesia, tapi lagi tiga minggu harus balik ke Birmingham karena lelaki itu udah mulai kuliah sekaligus ngumpulin draft skripsi.

Karena Chaeryeong pulang, akhirnya para orang tua atau lebih tepatnya Tante Hyoyeon, Tante Taeyeon, Tante Yoona, sama Tante Jina sepakat buat beli apartemen si daerah Dago buat Chaeryeong. Jeno sama Yeji juga disuruh pindah ke apartemen, biar Chaeryeong ada temannya.

Rencana awalnya sih Rayana Mahendra atau Rara mau disuruh tinggal sama para mama, nanti Chaeryeong pompa aja asi ke kantung kedap khusus asi. Terus disimpen deh di frezeer. Setiap minggu baru pulang ke Jakarta.

Tapi kalau dipikir-pikir rempong juga dan anak kecil tuh apa-apa bawaannya mah sama ibunya mulu, enggak bisa jauh. Ya udah beliin apartemen aja, nanti Tante Hyoyeon sama Tante Taeyeon bakal giliran dateng buat jagain cucu mereka.

Kalau Tante Hyoyeon sih udah biasa ngurus bayi, orang udah punya cucu duluan anaknya Abang Baekhyun. Tapi Tante Taeyeon tuh yang kelabakan. Karena udah lama juga kan enggak ngurus bayi, terakhir ya waktu Chaeryeong kecil. Eh sekarang udah pegang cucu aja. Chaeyeon aja sama Sunwoo masih mau ngomongin tunangan, ini udah dilangkahin duluan sama Chaeryeong.

"Ma! Ini ambil yang tanggal berapa?"

"Yang mama pompa tiga hari lalu pa! Itu yang paling lama."

Samar-samar Ryujin bisa dengar teriakan Haechan dan Chaeryeong dari luar kamar. Sepertinya tengah membicarakan ASIP.

"Rara sayang, papa datang! Ayo minum susu dulu!

Tuh kan benar tebakan Ryujin. Haechan pasti nanyain kantong penyimpanan ASIP yang mana bisa ia hangatkan untuk Rara minum kemudian. Oh iya, ASIP adalah singkatan dari air susu ibu perah. Beberapa ibu biasanya langsung menyusui bayinya ASI. Tapi untuk Chaeryeong, ASI enggak terproduksi normal. Kadang ada waktu produksinya berlebih, kadang ada waktu enggak berproduksi sama sekali. Makanya kalau lagi banyak, suka Chaeryeong pompa terus masukin ke kantong-kantong gitu biar yang berlebih enggak kebuang.

Kayaknya lagi stress, tapi Chaeryeong enggak nampak lagi stress. Ryujin juga enggak mau nanyain, takut sahabatnya itu sensitif. Ryujin enggak berani tanya di luar hal tentang Rara, soalnya sejak menikah Chaeryeong kelihatan banget tertutup.

Maksud Ryujin bukan yang tertutup gimana gitu. Chaeryeong tetap seperti bagaimana perempuan itu biasanya selama ini. Ceria, heboh, pokoknya biasa aja. Tapi kelihatan ada yang Chaeryeong tutupi. Ryujin sebagai satu-satunya sahabat Chaeryeong kini hanya bisa mendukung apapun yang perempuan itu putuskan.

Jangan tanyakan soal Somi. Ryujin saja secara enggak sadar lebih berpihak ke Chaeryeong, apalagi pas tahu Somi udah jalan sama cowok lain. Udah makin enggak jelas hubungan mereka sama gadis keturunan Canada itu.

"Tante Ryujin kok bengong?" Panggilan Haechan membuyarkan lamunan Ryujin.

"Ah enggak kok kak, g..."

"Kamu mending bantuin Chaeryeong aja Ryu. Biar Rara aku aja yang urus," potong Haechan.

Ryujin mendengus sebal. Sejak kehadiran Rara, Chaeryeong sama Haechan kayak ngehindari banget pake gue-lo ketika ngomong sama siapapun. Pasti aku-kamu. Ryujin sebenarnya risih, tapi mereka sebagai orang tua maunya Rara belajar mendengar bahasa yang sopan-sopan dulu. Jadi Ryujin harus membiasakan diri. Enggak mau ngatain, takut entar pas dia nikah terus punya anak juga begitu dianya.

Ryujin pun memutuskan ke dapur, membantu Chaeryeong yang tengah memasak bersama Yeji. "Kak Yej, masak apaan sih?"

"Ini bantuin Chaer masak semur ayam. Katanya Haechan pingin, ya udah aku bantuin. Pas aja tadi baru pulang dari kampus," ucap Yeji.

Ryujin lalu menghampiri Chaeryeong. "Chaeryeong mau dibantuin apa?"

"Siapin meja makan aja dong Ryu. Nungguin Kak Jeno sama Kak Renjun beli minum di bawah lama banget naiknya. Pasti ngopi dulu tuh, mentang-mentang ada Sbux di samping minimarket," keluh Chaeryeong.

Ryujin dan Yeji terkikik pelan, sedikit lucu mendengar Chaeryeong mengeluh. Udah persis kayak punya anak tiga aja si Chaeryeong, padahal aslinya baru punya satu.

Ryujin pun mengerjakan apa yang Chaeryeong minta. Ryujin ambil peralatan makan dengan jumlah masing-masing enam biji, ia rapikan posisinya di atas meja agar rapi dan tidak terlihat penuh.

Tak lama, Renjun dan Jeno kembali dengan membawa beberapa botol soda dan juga tiga kaleng beer. Kayaknya ini dua mau ngajakin Haechan minum.

"Ngapain beli beer sih? Kakak mau nyekokin suami aku ya?" tanya Chaeryeong yang sudah selesai masak dengan nada sewot.

Kan jadi ngomel lagi si mama muda. Udah tahu si Chaeryeong sensi, masih nekat aja di Renjun sama Jeno.

Untung Haechan datang cepat. Ia rangkul bahu Chaeryeong pelan. "Mama jangan teriak gitu. Rara baru aja tidur, nanti kebangun lagi. Papa enggak akan minum kok, jangan marah lagi ya ma."

Haechan sebisanya menghibur Chaeryeong biar marahnya enggak jadi tangisan. Kalau dengar cerita Renjun beberapa bulan yang lalu, sejak hamil si Chaeryeong tuh suka nangis kalau abis marah. Setelah melahirkan kayaknya masih, makanya Haechan usaha biar istrinya itu enggak nangis.

Renjun sama Jeno sih geli dengar, tapi kalau Ryujin jadi trenyuh gitu. Padahal kan mereka berdua nikahnya juga terpaksa karena ada anak, tapi dalam hitungan bulan nikah udah kelihatan kayak pasangan yang nikah tahunan.

Duh salah enggak sih Ryujin iri sama Chaeryeong?

Tapi Ryujin langsung berhenti mikir gitu. Karena dia tahu untuk bisa di posisi yang nampak bahagia itu, banyak hal yang Chaeryeong korbankan. Dan pengorbanan sahabatnya itu enggak sebentar, tapi bisa jadi sepanjang sisa hidupnya di dunia. Chaeryeong enggak bakal bisa main sebebas Ryujin karena udah punya tanggungan anak. Setiap hari pasti hanya anak yang akan jadi fokusan sahabatnya itu.

Hanya ada rasa bangga yang harusnya Ryujin rasakan. Ryujin bangga karena sahabatnya itu bisa bangkit dari keterpurukan. Terus senang juga karena Chaeryeong enggak sendiri, ada banyak orang termasuk dirinya yang akan selalu ada untuk si bungsu Antoine.

"Loh sayang, kok kamu nangis?" tanya Renjun saat perjalanan kembali ke Depok.

Jadi Ryujin tuh ngelamunin hal yang sama sejak di apartemen Chaeryeong sampai sekarang udah di mobil, perjalanan kembali rumah Depok. Sampai nangis karena ngebayangin seberapa hebatnya Chaeryeong melewati masalah hidupnya.

"Eh enggak. Cuma terharu aja sama perjuangan Chaeryeong. Dia kuat banget. Kalau aku jadi dia pasti mau mati aja rasanya," ungkap Ryujin.

"Hush! Enggak boleh ngomong mati-mati gitu, yang nentuin kematian tuh Tuhan. Bukan kamu ataupun orang lain," omel Renjun.

"Iya, iya, maaf."

"Tapi aku bisa jadi sosok yang selalu ada buat kamu disetiap perjalanan hidup kamu. Jadi jangan ragu buat lari ke aku, karena genggamanku akan selalu terbuka sampai kamu yang menggapainya," lanjut Renjun dengan suara lebih lembut.

Abis ngomel bisa aja ngalus gitu.

Kalau kalian jadi Ryujin ambyar enggak tuh?

my page | renjun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang