79. keputusan

560 84 5
                                    

Renjun mengambil tas carrier seratus liter miliknya dari conveyor belt setelah tiba di bagian kedatangan bandara. Lelaki itu benar-benar menuruti saran yang Ryujin berikan soal berlibur sendiri menjelajahi Indonesia.

Ya enggak benar-benar sendiri, soalnya Sanha sama Chani ikut. Tapi ditengah perjalanan kedua manusia itu balik ke Jakarta duluan karena ada interview kerja memanggil.

Jadi perjalanan pertama Renjun bersama teman-temannya adalah Kota Semarang. Kemudian turun ke selatan menuju Kota Solo dan Jogja. Setelahnya ke Kota Surabaya, berlanjut ke Bali, Lombok, Sumba, Labuan Bajo, Raja Ampat, Makassar, Balikpapan, Samarinda, Danau Toba, Padang, banyak banget lah pokoknya. Chani sama Sanha cuma ngikut sampai Labuan Bajo. Sisanya ya sendirian.

Selama dua bulan lebih berlibur, dia juga belajar banyak hal seperti kebudayaan yang sesuai dengan semboyan Indonesia yaitu Bhinneka Tunggal Ika, semua daerah yang dikunjunginya punya budaya yang berbeda. Terkadang Renjun juga berinteraksi dengan anak-anak di daerah yang memang lebih mudah untuk didekati. Dari anak-anak itu Renjun belajar kalau masih banyak orang yang lebih tidak beruntung dari. Renjun juga mengajari anak-anak itu hal-hal yang ia ketahui. Kadang juga dengerin cerita-cerita mereka.

Perjalanan Renjun menyenangkan banget lah pokoknya. Dari perjalanannya itu pula, Renjun tahu apa yang harus ia lakukan kedepannya.

Tas carrier lalu ia letakkan pada troli. Ngapain harus digendong sih kalau ada bantuan troli, ya minimal enggak buang tenaga sampai area batas troli boleh dipakai lah.

"KAK RENJUN!!!" Teriakan Ryujin menjadi hal pertama yang Renjun dengar saat keluar dari area kedatangan.

Kekasihnya itu datang menjemput bersama Johnny dan Seola, yang memang ditugasi untuk menjemput si bungsu Abinaya. Johnny yang dapat tugas, Seola sebagai kekasihnya cuma ngikut aja setelah pulang kantor.

Ryujin langsung lari dan melukin Renjun. Kangen banget pasti, orang udah dua bulan lebih ditinggal sama kekasihnya melalang buana. Rasa rindunya udah enggak terbendung.

Renjun otomatis berhenti dorongin troli. Ia balas pelukan si gadis, mengusap surai Ryujin sementara tangan yang lain memeluk punggung belakang Ryujin. Saking rindunya, Ryujin sampai nangis di pelukan Renjun. Kaget dong si Renjun.

"Loh kok nangis sih?" panik Renjun, mendorong tubuh kekasihnya lalu dengan cepat mengusap air mata yang membasahi pipi Ryujin menggunakan tangan.

"Hiks...hiks...kangen...."

Johnny sama Seola yang nyusul dari belakang cuma bisa ketawa ngelihat Ryujin nangis dipelukan Renjun.

"Kamu inget enggak pernah nangisin aku pas jaman lulus SMA?" tanya Johnny pada Seola tiba-tiba.

Seola tentu ingat, tapi pura-pura enggak ingat. "Ah kapan? Enggak pernah tuh!"

"Idih ngelak. Dulu nangis kan waktu aku ke berangkat ke US?" desak Johnny.

"Enggak ada ya!"

Biarkan saja Johnny dan Seola berdebat, sekarang kita kembali pada Renjun yang masih berusaha menenangkan Ryujin. Gadisnya itu masih aja sesegukan.

"Ih udah dong nangisnya! Aku udah nyampe jugaan. Udah balik. Jangan kayak ditinggal mati gitu deh."

"Kakak!" omel Ryujin sembari memukul bahu Renjun. Lagi sedih gini malah ngomong sembarangan, bikin kalut aja.

"Ahaha iya, iya, udah dong makanya. Berhenti dulu nangisnya. Masa datang-datang aku malah dikasih muka jelek," ucap Renjun.

"Kakak ngatain aku gitu?"

"Iya. Soalnya aku enggak suka lihat kamu nangis. Sukanya lihat kamu senyum aja. Kamu manis kalau senyum."

Dua bulan lebih di perantauan tidak membuat Renjun lupa bagaimana caranya mengeluarkan gombalan pada sang kekasih.

"Ih! Nyebelin banget sih!" Ryujin kembali memukul bahu, tapi kali ini karena tersipu.

"Weh berdua, malah pacaran. Ayo buru! Udah ditungguin di rumah, katanya mau pesta barbekyu di taman belakang," panggil Johnny yang sepertinya udah selesai debat sama Seola.

Perjalanan di mobil pun habis dengan membicarakan apa saja-saja hal menarik yang Renjun alami selama perjalanannya. Terus akhirnya Renjun sama Ryujin malah sibuk mesra-mesraan. Di depan Johnny sama Seola, enggak ada malunya main cium sana sini. Untungnya dua orang itu maklum, soalnya mereka juga suka gitu kalau ketemu. Apalagi sekarang mulai jarang ketemu karena udah mulai sibuk sama urusan nikahan mereka. Para orang tua mulai ngurangin intensitas Johnny sama Seola buat ketemuan biar enggak zina. Alah, enggak perlu dibatasin pun udah pernah yang iya-iya.

Setengah perjalanan juga Renjun gunakan untuk tidur. Rasa lelah lebih mendominasi, makanya setelah obrolan habis lelaki itu masuk ke alam bawah sadar. Ryujin akhirnya malah mainan handphone, soalnya si gadis udah waktu perjalanan ke bandara buat jemput Renjun.

Beberapa jam berlalu, kini Renjun sudah duduk ramai-ramai di taman belakang. Seperti kata Johnny, para papa ingin merayakan kedatangan Renjun dengan pesta panggang daging. Padahal anaknya cuma pergi liburan loh, bukan yang sekolah lama di luar negeri terus kembali. Tapi ngerayainnya heboh banget.

Ting.

Makan malam kali ini ditemani dengan beberapa botol wine yang disimpan oleh Jiyong di basement rumah. Jadi sebenarnya rumah Renjun itu ada lantai basement-nya, buat parkir mobil. Soalnya di rumah sekarang ada tiga mobil, mobil Jiyong, Wendy, dan Renjun. Sistemnya kayak lift gitu, nanti lantai garasi bakal naik biar kita bisa masukin mobil. Terus karena ada sisa tempat, ya udah buat nyimpen wine sama gudang buat nyimpen peralatan olahraga.

"Renjun, tadi waktu di telepon sebelum boarding mau bilang sesuatu. Apaan?" tanya Wendy setelah semua meneguk wine di gelas masing-masing.

Renjun tersenyum mendengar pertanyaan Wendy. "Ah iya, mumpung semua ngumpul. Aku mau bilang kalau aku udah tahu mau ngapain abis ini."

Semua jadi antusias ingin mendengar cerita Renjun, termasuk Ryujin yang duduk di samping Renjun. Merasa lega karena sarannya menyuruh Renjun berlibur membuat pikiran si lelaki jernih dan seperti sudah tahu harus melangkah kemana setelah ini.

"Jadi selama liburan panjang ini Renjun ketemu banyak orang. Saling ngobrol, bertukar pikiran, cerita. Ya banyak lah yang Renjun dapat. Terus seperti yang kalian tahu, Renjun kan sebenarnya ingin sekali lanjut ke pendidikan profesi. Renjun tahu banget papa sama mama masih bisa biayai Renjun untuk itu, tapi kali ini Renjun ingin nabung sendiri untuk bisa lanjut sekolah. Renjun mutusin buat jadi relawan di Into The Lights, semacam organisasi untuk meningkatlan awareness akan kesahatan jiwa. Renjun ingin belajar lebih banyak tentang problem yang dihadapi anak-anak dan remaja, karena selama perjalanan kemarin Renjun banyak dengar cerita dari anak-anak. Mereka secara enggak sadar cerita hal-hal yang sebenarnya berpengaruh ke psikis mereka. Renjun  merasa harus jadi salah satu bagian untuk meningkatkan awareness itu."

"Kalau jadi relawan, emang dibayar dek?" tanya Dara.

Renjun terkikik pelan. "Belum selesai ma. Selain itu, Renjun udah tahu harus ngapain sambil ngumpulin duit buat sekolah lagi."

"Apaan?" tanya yang lain berbarengan.





































"Jadi influencer psikis, ya semacam Youtuber tapi di bidang psikologi. Gimana? Keren enggak tuh?"

my page | renjun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang